Senin, 02 Agustus 2010

Belajar Ikuti Aturan Entry deadline


Jakarta, 2 Agustus 2010. Ada suatu kejadian yang saya pikir perlu dirubah cara berpikir seperti ini oleh sebagian masyarakat tenis khususnya orangtua, pelatih maupun petenisnya. Dari 2 orangtua yang saya sempat bertanya yang satu juga berperan sebagai pelatih maupun orangtua. Saat itu saya sempat bertanya karena sampai hari itu saya tidak melihat kalau putrinya sudah terdaftar di turnamen RemajaTenis yang kebetulan saya monitor pendaftarannya.
"Ah, nanti saja mendaftarnya langsung ketempat pertandingannya." demikianlah statement yang saya terima. Saya tertarik bukan karena turnamen yang dimaksud adalah turnamen yang saya ikut terlibat langsung didalamnya.
Andaikan sejak petenis masih berstatus yunior sudah membiasakan diri dengan pola pikir demikian maka tidaklah heran jika selama ini saya sering perhatikan disaat entry deadline banyak petenis yunior belum ikut mendaftar termasuk di turnamen internasional sekalipun. Selama ini Pelti terlibat langsung dalam pendafaran peserta turnamen internasional yunior sehingga saya tahu betul kejadian kejadian seperti itu. Tetapi sejak tahun 2010, pendaftaran peserta dilakukan langsung ke ITF tanpa melalui Pelti lagi. Akibatnya jika kita tidak aktip mengingatkan entry deadlinenya maka hasilnya petenis Indonesia yang mendaftar amat sedikit walaupun turnamen berlangsung di Tanah Air sekalipun.
Kita seharusnya sudah membiasakan diri untuk mendaftarkan sebelum entry deadline. Tidak ada ruginya meluangkan waktu mendaftar. Apakah keuntungannya dibandingkan kalau langsung saja sign-in tanpa terdaftar sebelumnya. Ini akan ada kesulitan jika suatu turnamen sudah menentukan size of draw apakah 64 atau 48 atau 32 arau 16 sekalipun. Sebagai contoh jika ditentukan size of draw 32, maka jika tidak terdaftar kemudian mau sign-in langsung saat itu maka tempatnya tidak pasti terjamin bisa diterima jika yang sudah mendaftar melebih 32 tersebut. Walaupun punya peringkat tertinggi sekalipun akan ditolak. Yang berhak masuk adalah yang sudah terdaftar walaupun tidak punya peringkat.
Memang selama ini di turnamen nasional yunior selalu open draw, jadi size of drawnya tidak ditentukan, sehingga bisa saja terjadi pesertanya tanpa babak kualifikasi dan semua masuk babak utama mencapai 128. Ini sangat merugikan petenis peringkat tinggi karena harus bertanding sampai 7-8 kali sampai final.

Untuk memulai maka saya coba terapkan di RemajaTenis yang waktu pelaksanaannya hanya 3 hari maka maksimum size of drawnya tanpa ada babak kualifikasi adalah 48. Saat ini saya lihat yang daftar RemajaTenis ( 6-8 Agustus) mendatang untuk KU 14 tahun adalah 40, maka tempat yang masih tersedia adalah 8 tempat lagi. Yang sudah terjamin pasti diterima adalah 40 petenis baik yang telah memiliki peringkat mapun non peringkat. Jika waktu sign-in masuklah 10 petenis dengan Peringkat (misalnya) 1-10 sedangkan tempat yang tersedia hanya ada 8 tempat maka yang akan masuk dari 10 petenis tersebut adalah yang mempunyai peringkat tertinggi saja. Nah, sudah datang jauh jauh kemudian sign-in tapi tidak terjamin bisa ikut bertandinga, siapa yang rugi. Ya, dalam hal ini penyelenggara turnamen tidak akan bertanggung jawab sama sekali. Tindakan penyelenggara perlu diacungi jempol jika bisa menolaknya, karena turnamen yunior merupakan turnamen pembinaan maka semua pihak haru bisa menerima kenyataannya.
RemajaTenis tanggal 6-8 Agustus 2010 di Kemayoran telah mengumumkan kalau hanya KU 14, 16 dan 18 tahun dibuat sign-in sedangkan KU 10 tahun dan 12 tahun tidak, karena dua hari sebelumnya akan langsung diundi. Entry deadline 1 Agustus 2010. Kemudian hari ini terima permintaan mau ikut di KU 10 dan 12 tahun, langsung ditolak karena sudah ditutup. Ini seharusnya bisa dimengerti jika kita mau mendidik masyarakat tenis agar sadar akan peraturan turnamen tenis. Ayo kita mulai memberikan contoh yang baik.

Tidak ada komentar: