Senin, 30 Agustus 2010

Kenapa Prestasi Mandek ?


Jakarta, 30 Agustus 2010. Pertanyaan lainnya dari Agnes Winarti(Jakarta Post) dan Helena Fransisca (Kompas) tentang pembinaan petenis Indonesia. Mereka menyimpulkan prestasi atlet tenis itu mandek.
Sayapun sampaikan kalau kita tidak perlu saling menyalahkan dan saya sampaikan pendapat pribadi saya tentang pertenisan Indonesia.
Menurut saya yang kurang adalah KOMITMEN petenis sendiri.Ini olahraga individual dan profesional. Jika menyadari kalau Tenis itu adalah profesi untuk masa depan maka Komitmennya harus full 100 % sehingga menyadari betul kewajibannya sebagai atlet tenis. Punya tanggung jawab terhadap kemajuan dirinya sendiri.
Sayapun menilai sebagai pandangan pribadi saya selama ini dalam pengamatan saya selama ini di Tenis Indonesia.
Jika menyadari hal ini maka akan muncullah DISIPLIN atlet sendiri baik latihan maupun persiapan latihan maupun pertandingan.
Coba kita perhatikan diturnamen didalam negeri, jarang sekali kita lihat petenis latihan di venue untuk pertandingan sebelum turnamen berlangsung. Begitu juga kita perhatikan apa yang dilakukan oleh petenis tuan rumah di turnamen internasional didalam negeri. Jika selesai bertanding langsung pulang istrahat. Berbeda dengan atlet asing, mereka bukan langsung pulang istrahat ke Hotel tetapi masih latihan dengan teman teman lainnya.
Saya teringat di tahun 1990 saat Challenger putra di lapangan tenis Hilton Hotel, waktu itu bintang Australia Mark Woodbridge bersama ayahnya ikut diturnamen tersebut. waktu itu saya sebagai Direktur Turnamennya. Ayah dari Mark bertanya kepada saya, kemana perginya atlet tuan rumah setelah bertanding, tidak kelihatan diarena lapangan. Dia sampaikan banyak keuntungannya jika masih latihan bersama sama petenis asing lainnya walaupun sudah kalah. Akan menambah pngetahuan atau pengalaman dengan berbagai pukulan petenis asing. Disamping itu belajar berkomunikasi dengan petenis asing bisa melancarkan belajar bahasa Inggrisnya.
Disamping itu untuk kemajuan dirinya juga harus belajar mengetahui tentang gizinya. Jangan sudah puas makan bakso saja karena mau irit.

Siapa yang bertanggung jawab ?
Inilah pertanyaan yang sebenarnya agak sulit atau sedikit sensitip. Menurut saya disini peranan Orangtua dan pelatih sangat besar. Orangtua berkewajiban untuk membeayai putra putri disetiap latihan maupun turnamen. Tidak ikut campur masalah tehnik permainan karena ini sudah masuk kedalam ranah pelatih. Jikalau terlalu banyak ikut campur sedangkan orangtua tidak menguasai pertenisan maka akan berdampak lebih besar ke penghambat pembinaan putra/putrinya. Jadi orangtua berkewajiban membeayai putra dan putrinya.
Banyak contoh contoh saya berikan menurut pengalaman saya selama ini. Ada contoh konkrit lagi saya berikan yaitu pernah ada beberapa petenis yang mendaftarkan waktu itu ikut Men's Futures di luar negeri. Tetapi setelah waktunya ternyata mereka ini tidak berangkat. Bberapa hari kemudian saya ketemu pelatihnya dan menanyakan hal ini. Jawaban yang saya terima adalah karena dana dari sponsornya hanya 50 % dari budgetnya, sehingga tidak berani spekulasi ikut turnamen tersebut. Ini salah sekali menurut saya. Sebenarnya sudah cukup dana 50 % didapat sebelum berangkat. Nanti dibenak masing masing atlet sudah harus tahu kalau ikut turnamen itu seperti mencari uang diturnamen tersebut untuk mendanai beaya yang ditanggung.

Tidak ada komentar: