Senin, 09 Agustus 2010

Menjawab Kekecewaan Masyarakat Tenis


Jakarta, 9 Agustus 2010. Disela sela turnamen RemajaTenis di Kemayoran saya sempat berbincang bincang dengan pelatih tenis dari Jakarta maupun luar kota. Ada hal yang menarik disetiap pertemuan dengan masyarakat tenis karena kesempatan menyampaikan uneg unegnya bisa langsung kepada saya karena mereka tahu kalau salah satu pengurus teras PP Pelti.

"Saya lihat makin lama makin hancur pertenisan Indonesia." begitulah ungkapan yang disampaikan kepada saya. Setelah melihat hasil kalahnya Indonesia dari Thailand sewaktu Davis Cup by BNP Paribas berlangsung di Senayan awal bulan Juli 2010.
"Saya kuatir disatu saat Indonesia bisa kalah dari Malaysia bahkan Brunei Darusalam." ujarnya dengan semangat. Saya sendiri hanya bisa mendengar tanpa mau beri komentar lebih dulu karena mengharapkan apa yang didengar. Diakui pula kalau turnamen makin banyak tapi tidak mengangkat prestasi petenis Indonesia. memang serba complicated meliaht masalah ini. Disatu sisi petenis lebih senang ikuti turnamen TARKAM ( antar kampung) yang makin semarak. Bisa diikuti banyak petenis nasional ikuti pertandingan PORPROV, diberbagai provinsi maupun antar instansi diluar Jawa.Secara materi mereka bisa dpatkan hasil cukup besar , yang sulit didapatkan jika ikuti turnamen ProCircuit didalam negeri sekalipun. Sehingga minim keinginannya ikuti Turnamen ProCircuit diluar negeri.

Begitu juga sewaktu ada pertanyaan masalah Grace Sari Ysidora yang dipanggil PP pelti untuk ikut Youth Olympic Games 2010 di Singapore beberapa hari mendatang. Yang dipermasalahkan adalah ditunjuknya pelatih Hudani Fajri oleh PP Pelti dianggap suatu pemilihan yang salah. Melihat hal ini adalah masalah yang tidak kompleks maka sayapun menceritakan kronologisnya. "Kenapa tidak ditunjuk pelatih lainnya? "

Sayapun jelaskan bahwa pelatih yang ditunjuk adalah bukan Hudani Fajri awalnya tetapi Deddy Prasetyo yang saat ini menjadi pelatih Grace Sari Ysidora. Laporan sudah disampaikan kepada KOI (Komite Olimpiade Indonesia). Tetapi begitu Deddy mendengar kalau mengikuti Youth Olympic Games itu harus bertahan selama 2 minggu maka Deddypun mengajukan keberatannya, karena tidak bisa meninggalkan tugas sehari harinya. Disinilah masalah timbul, karena nama sudah dimasukkan untuk mendapatkan ID card. Akhirnya diambil jalan pintas dengan menunjuk pelatih Hudani Fajri yang sudah memiliki ITF Level 2 coach.
"Kalau begitu masalahnya akan lain, karena Pelti sudah menunjuk pelatih Deddy kemudian diganti." ujar pelatih Luciana olong Nahor. Dikatakan pula, suara diluar berbeda karena mereka tidak tahu kronologisnya itu.

Tidak ada komentar: