Kamis, 25 Maret 2010

Berbagai Cara Bangunkan Daerah

Jakarta, 24 Maret 2010. Sebenarnya rekan rekan didaerah khususnya yang duduk dikepengurusan Pelti sangat sibuk dengan bisnisnya sendiri sehingga kadang kala lupa akan tugas sebagai petinggi Pelti diwilayah masing masing Saya sendiri menyadari sekali masalah seperti ini, karena paling sering terima keluhan dari masyarakat tenis jika bertemu langsung disetiap turnamen yunior dimana saya paling banyak terjun langsung.

Tetapi lucunya jika terpilih Ketua Pelti setempat maka disaat formatur sedang menyusun kepengurusannya banyak orang yang menawarkan dirinya ikut duduk dalam kepengurusan dengan motif bermacam macam. Setelah pelantikan ataupun peneguhan dilakukan baik oleh Pelti Provinsi atau Pusat maka situasipun berubah sekali jika Ketuanya sendiri tidak menyadarinya. Dan ini paling sering terjadi, dan aktivitasnya terlihat hanya beberapa bulan saja. Ramai jika ada pelantikan saja. Tertarik karena ketuanya pejabat daerah lebih terihat, sehingga kadang kala membuat pusing tim formatur untuk membentuk anggota pengurus tersebut.

Menyadari hal ini sayapun mencoba membangunkan mereka dengan cara saya sendiri yang kelihatannya ada yang berhasil, semoga saja demikian. Tetapi ada yang minta agar PP Pelti menegur rekan rekan didaerah yang tidak aktip.
Menurut pendapat saya, harus ada kegiatan kegiatan sehingga gairah pertenisan bisa terangkat, sehingga kebersamaan bisa tetap terjalin dengan penuh semangat memajukan tenis diwilayah sendiri. Nah, kegiatan apa saja yang akan dilakukan. Apakah mengadakan kepelatihan mini tenis atau coaching clinic atau penataran pelatih. Ini seperti chicken and egg.
Tetapi bagi saya lebih cepat berkembang dimulai dengan adakan kegiatan berupa turnamen atau kompetisi, walaupun belum punya atlet. Star dari turnamen atau kompetisi lebih ampuh daripada cara lainnya.

Mulai dengan kerja iseng lemparkan idea dengan kirimkan SMS kepada rekan rekan didaerah. Isinya sehubungan dengan persiapan daerah menghadapi Pekan Olahraga Nasional XVIII tahun 2010 di Riau. Artinya setiap daerah sudah waktunya mulai menyiapkan tim bayangan PON dengan petenis yuniornya, karena PON mendatang ada pembatasan usia, artinya kelahiran 1991.
Setelah itu sayapun melemparkan idea dengan menawarkan pelaksanaan turnamen dengan beaya murah dibandingkan jika mereka bisa selenggarakan turnamen. daerah sebenarnya setiap tahun sering adakan turnamen lokal baik dalam rangka HUT Kemerdekaan maupun HUT Daerah tersebut ataupun instansi didaerah tersebut. Artinya, daerah sebenarnya sering adakan turnamen, tetapi anehnya tidak ada petenis yuniornya yang berprestasi. Karena apa, seperti sewaktu saya masih yunior (usia 12-18 tahun) di Singaraja Bali, dan sampai sekarang banyak terjadi didaerah daerah. Yaitu turnamen veteran yang sering dilakukan atau istilah didaerah turnamen Bapak Bapak saja. Jadi prioritas adalah untuk Pengurus Pelti sendiri yang mayoritas bisa main tenis. Cara seperti ini sudah waktunya dirubah jika pertenisan didaerah bisa berkembang.

SMS saya dibalas oleh rekan rekan didaerah. Ada yang minta agar dikirimkan proposal, atau ada yang katakan mau dirapatkan dulu. Tetapi ada yang langsung katakan "deal". Ini serunya didalam negosiasi saya, dan sayapun lebih memprioritaskan kepada yang langsung "deal". Dan menunggu kepastian dari rekan rekan yang mau dirapatkan dulu.

Saat itu saya bertanya kepada rekan saya di PP Pelti, apakah langkah saya itu salah atau tidak karena saya hanya lakukan SMS tidak menggunakan sepucuk surat, dan ternyata ada yang beri respons ? Ternyata rekan saya inipun mengatakan bukan masalah karena tujuannya untuk memajukan tenis didaerah.

Tetapi ada lagi bagi daerah daerah yang tahun lalu sudah pernah selenggarakan TDP dan sekarang tidak ada beritanya. Saya mengerti kesibukannya atau kesulitan dana yang dihadapi mereka.
Sayapun SMS ke rekan rekan seperti Pelti Cianjur, Pelti Karawang, Pelati Malang karena ketiga kota ini pernah selenggarakan TDP Nasional, tetapi tahun 2010 belum ada tanda tanda mau lanjutkan. Yang beri respons adalah Karawang dan Malang. Kalau Cianjur masih belum tergerak hatinya. Bahkan saya minggu lalu mnyempatkan diri berkunjung mendadak ke Cianjur dengan tujuan bersilaturahmi, tetapi karena mendadak maka mereka punya keibukan yang tidak bisa ditolak. tapi saya sendiri tidak putus asa, karena Cianjur punya potensi atletnya yang aktip ikuti turnamen, bahkan saya tahu saat ini ada 2 petenis yunior asal dari Cianjur yaitu Nadya Syarifah dan Tria Rizki Amalia.

Tidak ada komentar: