Senin, 07 Desember 2009

Mati Satu tumbuh Seribu


Jakarta,7 Desember 2009. Disela sela meningkatkan turnamen tenis di Indonesia, tanpa diduga mulai kehilangan turnamen internasional. Hal ini akan terjadi di tahun 2010. Kenapa bisa terjadi, tentunya timbul tanda tanya besar dan bahkan akan menjadi polemik ditimbulkan bagi masyarakat awam.

Asia Tennis Federation (ATF) maupun ITF sudah sepakat kalau turnamen ITF 14 U Asian Chmapionship 2010 dipindahkan dari Jakarta ke China, karena sudah beberapa tahun terakhir Indonesia sudah menjadi tuan rumah. Selama ini turnamen ini dikenal dengan Jubilee School 14 U Asian Championship Group 1 Asia Oceania. Dalam hal ini kita tidak bisa memaksakan kehendak kita karena disatu sisi turnamen tesebut bukan milik Pelti tetapi ITF dan ATF. Jadi keputusan mereka memindahkan ke China harus bisa diterima akal sehat. Ada keinginan pemerataan turnamen sangat diperlukan sekali.

Biasanya untuk bisa ikut serta di turnamen tersebut Pelti selenggarakan seleksi nasional KU 14 tahun di bulan Januari. Dengan tidak diselenggarakan lagi maka diputuskan seleknas 14 tahun diundurkan . Seleknas ini akan digunakan sebagai seleksi atlet 14 tahun mengikuti event World junior Tennis di China.
Hari ini saya terima telpon dari rekan , Christian Budiman yang menyampaikan keinginan salah satu orangtua petenis yunior agar seleknas tersebut tetap dijalankan dengan alasan kalau ada beberapa petenis masih berusia 14 tahun tetapi tidak punya PNP 14 tahun dengan alasan lebih banyak ikut KU 16 tahun dipakai sebagai alasan pemilihan pemain ikut ke ITF 14 U Asian Champs di China. Dalam hal ini oleh Pelti diberi kebebasan bagi atlet ang akan mengikuti ITF 14 U asian Champs di China dengan beaya sendiri. Dasarnya adalah PNP 14 tahun. Prioritas kepada PNP tertinggi yang ingin ikut. Ini yang diprotesnya. Dengan asumsi Pelti wajib lakukan Seleknas.
Ini yang perlu diluruskan sekali. saya sendiri mengatakan kalau keputusan Pelti selalu berdasarkan hasil rapat yang waktu itu dihadir lengkap dengan Ketua Umum, Sekjen, wakil Sekjen, Ketua Bidang Pembinaan Yunior,Pertandingan,Pembinaan Senior dan wakil nya ,serta Wakil Ketua Bidang Pembinaan Prestasi Daerah. Saya sendiri menyampaikan kepada Christian kalau setiap keputusan rapat jika ingin merubahnya maka harus berdasarkan keputusan rapat juga.
Adanya keinginan pihak luar selenggarakan Seleknas itu hak mereka, tetapi keputusan pengiriman atlet tetap berdasarkan PNP yang berlaku saat pengiriman (artinya PNP 2010), sehingga jika ada hasil yang berbeda maka keputusan Pelti tetap yang tertinggi. Menerima hasil atau menolaknya juga harus menjadi realita.

Tetapi ada satu event lagi yang berada dalam keadaan kritis, yaitu ITF Junior grade 2 yang sudah berusia kurang lebih 20 tahun. Mayoritas petenis top Indonesia dalan jenjang yunir pernah mengikutinya. Mungkin pernah mendengar Astra Internasional junior Champs kemudian menjadi PN Gas International, kemudian menjadi Salonpas International. Pergantian judul berdasarkan pergantian sponsor. Sudah berjalan 2 tahun turnamen ini berjalan tanpa sponsor. Yang menjadi kurang bergairahnya tuan rumah selenggarakan turnamen ITF Gr 2 ini karena tidak diimbangi oleh prestasi petenis yunior. Bisa dibayangkan petenis tuan rumah tidak menjadi juara di turnamen sejenis grade 4 yang jauh lebih rendan di bulan November lalu tidak ada satupun petenis tuan rumah masuk final tunggal putra maupun putri.
Upaya menyelamatkan sudah saya lakukan dengan restu Johannes Susanto, menawarkan kerekan rekan yang peduli di Surabaya. respons ada tetapi kepastian secara tertulis masih ditunggu. Mudah mudahan ada pihak lain yang peduli mau menolongnya. Butuh beaya tidak lebih dari Rp. 250 -300 juta karena menanggung akomodasi peserta dan pelatih yang merupakan beban besar.
"Mati satu tumbuh seribu" begitulah hiburan bagi saya melihat situasi kedepan. Berguguran turnamen internasional yang juga ada kecendrungan hilang di Women circuit 2010 di Kalimantan karena belum ada tanggapan serius dari keiga kota di Bumi Ethan ini.
Ada harapan dengan keinginan Glen Sugita dari Sportama agar seluruh ( 5 ) turnamen Sportama dengan Label Garuda Indonesia Tennis Series dijadikan turnamen internasional tetapi asih belum mulus karena pihak internal masih menghendaki berbeda. Saya sendiri tidak mau ikut campur masalah internal mereka.
Dalam hal ini saya berobsesi tetap mengorbitkan turnamen skala nasional diluar Jakarta, agar pertenisan kita tidak hanya terfokus di Jakarta saja.

Tidak ada komentar: