Minggu, 28 Mei 2017

Kalau sudah tidak percaya, maka Curiga jadinya

Jakarta, 28 Mei 2017 Ada satu masalah penting disaat akan selenggarakan suatu kegiatan didaerah yaitu kepercayaan atas penawaran kerjasama. Ini sangat penting sehingga semuanya bisa berjalan dengan mulus. Saat itu sewaktu direncanakan kegiatan ke kampung halaman , saya sendiri sewaktu didalam kepanitian pernah mengungkapkan masalah tersebt kepada rekan rekan yang mau bekerjasama untuk meningkatkan pertenisan dikampung halaman sesuai gagasan awal yang saya lemparkan ke teman teman sedaerah atau sekampung halaman istilah kerennya.

Pengalaman saya selama ini baik sewaktu masih duduk dalam kepengurusan Pelti Pusat maupun saat sudah tidak menjabat diinduk organisasi jika ingin kerjasama dengan tuan rumah baik itu adalah para orangtua petenis ataupun klub tenis maupun induk organisasi, maka unsur " trust" itu sangatlah penting. Dan selama ini saya belum pernah merasakan kesulitannya.

Dalam persiapan telah dibentuk kepanitiaan dimana saya juga ikut didalamnya. Maka saya sudah jauh jauh hari mengatakan bahwa keberadaan kalian disana nantinya belum tentu bisa diterima oleh rekan rekan disana. Artinya ada yang Pro dan Kontra. Ini sudah saya amati sebelum berakhirnya tahun 2016 bagaimana sikap rekan rekan dikota kampung halaman tersebut.

Tentu saya punya alasan kuat kenapa rekan rekan tuan rumah bisa bersikap seperti demikian. Biasanya akibat adanya track record sebelumnya yang tidak disadari sama sekali sama rekan rekan saya ini. Memang saya walaupun di Jakarta dan sudah tidak duduk dalam kepengurusan tenis tai komunikasi dengan masyarakat tenis masih berjalan dengan baik. Sehingga jika ada masalah disuatu daerah seperti di Aceh sampai Papuapun saya pasti mendengarnya, karena banyak pihak yang tilpon menceritakannya dan bahkan ada yang ingin bertanya pendapat saya.


Kurang lebih tahun 2015 lalu dikota ini ada suatu turnamen dengan mengatas namakan petinggi Provinsi tersebut. Dan muncullah masalah.  Bayangkan ketika pertama kali saya terima telpon dari rekan lainnya di kota Provinsi tetangga,  menceritakan kalau ada turnamen besar dikota provinsi tetangganya dengan prize money hampir Rp 1 M. Padahal saya sudah tahu kalau ada turnamen tersebut. Saya hanya bertanya kepada rekan saya itu siapa yang sebagai penyelenggaranya. (Padahal saya sudah tahu). Maka disebutnyalah nama terkenal tersebut. Dan saya hanya bertanya balik kepada relan saya itu.
 " Kamu percaya?" ujar saya singkat, Maka terima jawaban lagi. " Ya juga ya."

Betul juga ternyata muncul masalah besar dimana ada penundaan pelaksanaan tetapi tidak diketahui oleh pesertanya, sehingga saya dapat laporan ada petenis putri Jakarta yang saya kenal sudah tiba dilapangan tenis tersebut tapi tidak ada kegiatan. Nah, kalau sudah begini siapa yang bertanggung jawab. Memang akhirnya pelaksanaannya bisa berlangsung tetapi muncullah berbagai masalah yang muncul. Bahkan ketika saya tiba dilapangan tenis tersebut maka banyak cerita masalah turnamen tersebut muncul dari rekan rekan masyarakat tenis. Bahkan ada yang katakan kalau dia itu keluarkan dana sudah sampai Rp 8o juta tapi tidak kembali.

Kembali kerencana pelaksanaan turnamen besar yang saya ikut serta. Tuan rumah sebenarnya tidak percaya 100 % atas pelaksanaan turnamen tersbut. Saya sendiri tidak tahu yang pasti alasannya. Tetapi saya pasti berpikir alasan utamanya adalah track record saja sehingga saya bisa memakluminya.
Akhirnya terungkap dalam pembicaraan bertiga dengan rekan rekan dikota tersebut sehingga kesimpulannya adalah " trust " tersebut. Dimana dikatakan kalau sampai di kantinpun masih tinggalkan utang.

Tidak ada komentar: