Jakarta, 20 Januari 2017. Saya teringat disaat tahun 1989 sudah mendapatkan tugas di kepengurusan Pelti disaat ketua umumnya Moerdiono (alm). Terima kalender turnamen di Australia itu sudah tercantum sekitar 100 turnamen yunior dalam setahun. Oleh karena itu langsung bertekadi Indonesia harus bisa juga meniru negara tetangga yang tenisnya jauh lebih maju daripada Indonesia.
Itulah awal dari "kegilaan" saya agar makin banyak turnamen di Indonesia, baik waktu masih duduk dikepengurusan maupun setelah diluar kepengeurusan PP Pelti.
Setelah bisa kembangkan turnamen dipulau Jawa, maka teringat sewaktu masa muda bermain tenis diluar Jawa yaitu Bali, Singaraja dimana tenis mulai saya kenal karena orangtua sendiri sebagai petenis mewakili Nusa Tenggara diajang PON II Jakarta-PON IV Makassar
Yang jadi masalah saat ini adalah rekan rekan dikepengurusan Pelti baik ditingkat Pengcab maupun Pengda, mayritas tidak tahu bagaimana memulainya jika buat turnamen. Tugas dari Pelti Pusat emmberikan petunjuk cara caranya bukannya untuk menghambatnya.
Tetai yang harus diketahui awalnya adalah kalau turnamen itu adalah kebutuhan atlet jika ingin berprestasi ketingkat nasional dan internasional. Secara teori jelas dikatakan minimal dalam setahun jumlah turnamen yang wajib diikutinya adalah 12-13 turnamen. Nah, bisakah kita bayangkan jika satu turnamen itu makan waktu 7 hari maka jika seluruh kewajiban tersebut dijalankan maka akan ada 13 minggu harus minta ijin sekolah atau bolos sekolah. Mana ada sekolah yang beri ijin seperti itu . Sedangkan sekolah khusus olahraga saja tidak bisa jalankan program seperti itu. Bukan karena bolos sekolahnya yang jadi masalah tetapi adalah angaran ikut turnamn tersbut yang jadi masalah. Sepengetahuan saya, baik itu sekolah olahraga di Jakarta maupun PPLP yang ada didaerah dibuat anggaran hanya untuyk 3 atau 4 turnamen dalam setahun. Nah, kalau sidah begitu bagaimana kita bisa harapkan hasil maksimal.
Mengatasi hal ini sya perkenalkan turnamen 3 hari saja yaitu Jumat sabtu Minggu. Jadi bolos sekolah nihil karena Jumat bisa dimainakn setelah jam sekolah.
Masalah rekan rekan didaerah perlu diberikan arahan. Karena dibenak mereka itu buat turnamen itu butuh dana besar bisa sampai Rp 100 juta. Nah ini yang harus diberi pengetahuan karena dengan 3 hari turnamen konsep ini justru mengutrangi beaya beaya yang tidak perlu. Jadi selama ini harus juga diketahui dalam membuat turnamen itu ada persyaratan minimum dan maksimum. Memang bagus sekali kalau bisa ikuti persyaratan maksimum dengan konsukuensi dana besar. Kenapa tidak lakukan dan ikuti saja persyaratan minimal dimana bisa memotong beaya sekiitar 40 %.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar