Selasa, 17 Januari 2017

Kenapa Bisa Ada RemajaTenis diluar Jawa

Jakarta, 18 Januari 2017. Kalau melihat peta Indonesia yang terdiri dari 34 Provinsi maka kesimpulannya sebenarnya animo tenis cukup besar. Dari 34 Provinsi tersebut yang sudah pernah saya lihat sarana lapangan tenisnya yaitu Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, Bengkulu, Sumsel, Lampung dan Bangka Belitung. Jadi seluruh Sumatra sudah pernah saya lihat bukan hanya di Ibukota Provinsi tetapi juga sampai ke kabupatennya, seperti Sumbar yaitu Payakumbuh, kemudian Riau sampai Kab Pelalawan, dan Sumsel ada 3 tempat yaiti Baturaja. Tanjung Enim/Muara Enim,Sekayu  Muba,. Lampung bahkan ke Kabupaten Lampung Tengah. 

Sedangkan Kalimantan seluruh provinsi sudah pernah saya lihat fasilitas fasilitasnya. Kalau Sulawesi hanya Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat belum terjangkau. Maluku dan  Maluku Utara sudah dikunjungi.. Begitu juga Papua dan Papua Barat sudah pernah lihat. Provinsi lainnya hanya Nusa Tengara Timur yang belum terjangkau.

Artinya dari seluruh Provinsi tersebut kecuali NTT saya belum pernah lihat sebenarnya punya kemampuan untuk selenggarakan turnamen tenis yunior. Hanya yang jadi pertanyaaan sekarang apakah mereka juga memilikinya. Kalau sepanjang ini seluruh provinsi pernah kirimkan atlet yuniornya ikuti turnamen yang saya prakarsai yaitu RemajaTenis.

Mungkin ingin diketahui kenapa saya bisa sampai ke Papua. Tahun 2013 disaat saya sudah tidak menjabat di PP Pelti justru banyak dapat rekan2 yang belum pernah saya kenal dan mayoritas tidak melalui rekan di Pelti setempat. Nanti setelah rampung perencanaan maka saya memperkenalkan diri ke Pelti setempat yaitu Pengcab Peltinya karena mayoritas tidak mengenal saya. Beda dengan rekan di Pengda sudah banyak yang kenal.


Sewaktu selenggarakan turnamen dikota Makassar, saya melihat ada 10 petenis yunior berasal dari Papua. Saya dekati dan berkenalan langsung. Mereka ini datang dari klub Bank Papua dengan 10 atlet yunior dengan seorang pelatih dan seorang manajer dari Bank Papua.

Karena ada keinginan selenggarakan di Jayapura melihat animo dari satu klub cukup besar tentunya masih ada lagi klub klub disana. Sayapun bertanya, berapa beaya dikeluarkan sekali ikut turnamen di Makassar. Maka disebutnya satu angka yaitu Rp 40 juta. Langsung spontan saya tawarkan bagaimana kalau dengan dana Rp 40 juta itu diberikan kepada saya kemudian saya adakan RemajaTenis di Jayapura. Mereka sendiri kaget juga, karena kalau diselenggarakan di Jayapura maka so pasti lebih dari 10 atlet yunior yang bisa menikmati dengan beaya rendah. Itu awal ceritanya.

Karena bersemangat sayapun tidak pakai hitung hitungan. Disaat mau berangkat dengan 5 orang saat itu berarti ada bebas bagasi 80 kg. Ternyata sewaktu berangkat harus keluar extra bagasi sebesar Rp 4,9 juta  Kok bisa begitu. Ya, so pasti karena bawa 10 (sepuluh) lembar backdrop turnamen @ 8 kg, plus bola 3 box @ 7 kg , spanduk spanduk 4 x 1 m, spanduk 6 x 1 m, Intinya materi promosi harus dibawa, kemudian kaos peserta sekitar 15 kg. Waduh belum harga tiket saat itu sekitar Rp 2 juta sekali jalan.

Jadi saat itu saya tidak mau pusing dengan pengeluaran karena tujuannya tercapai dulu.
Begitu pula dengan kota kota lainnya saya perlakukan seperti itu. Daripada kirimkan atlet ke Jawa dengan beaya besar kenapa tidak dimatangkan dulu didaerahnya dengan selenggarakan turnamen turnamen nasional juga. Nyatanya rata rata mereka tanding ke Jawa hasilnya mayoritas jadi 1st round looser.

Semasa duduk dikepengurusan PP Pelti selaku wakil sekjen 2002-2012, ketika ditawarkan kepada rekan rekan di Pengda Pelti agar ada turnamen nasional maka responsnya cukup baik. Tetapi ternyata hanya karena saya punya jabatan di Pusat sehingga mereka langsung respons. Tetapi setelah itu tidak sampai dua kali diadakannya. Tetapi sayapun tidak menyerah dan terbukti masih banyak lagi kota kota yang mau selenggarakan setelah saya lengser dari Pelti ( 2012). 

Pendekatannya cukup ke klub klub ataupun pelatih pelatih dan Pengcab Pelti yang berkeinginan mau majukan daerahnya.

Tidak ada komentar: