Rabu, 31 Oktober 2012
Tugas Pelti untuk hasilkan Juara Dunia atau....
Jakarta, 31 Oktober 2012. Sebentar lagi masa bakti kepengurusan PP Pelti sudah akan berakhir, tepatnya disaat Musyawarah Nasional Pelti tanggal 24-25 Nopember 2012 dikota Manado. Saya mau mencoba evaluasi masalah tenis Indonesia. Apakah sebenarnya tugas sebagai induk organisasi tenis itu. Apakah menghasilkan JUARA Dunia atau mengoptimalkan potensi tenis didaerah seperti dalam visi dan misinya. Pertanyaan ini pernah saya diskusikan dengan salah satu rekan tenis yang sempat diisukan akan menjadi Kandidat Ketua Umum PP Pelti mendatang.Sayangya yang bersangkutan belum mau alias masih malu malu menurut pendapat saya.Tetapipotensinya cukup besar karena masih muda dan pula wawasannya cukup luas.
Ada yang mengatakan PELTI harus menghasilkan JUARA Dunia. Pendapat ini berbeda dengan pendapat saya. Karena kalau PB PBSI sebagai induk organsasi bulutangkis boleh jadi demikian tugasnya. Tetapi untuk Pelti menurut pendapat saya adalah pendapat yang kedua. Alasan saya sederhana sekali. Apakah kita tahu sebenarnya peta kekuatan tenis nasional kita itu bagaimana. Karena saya paling sering terjun kedaerah dengan bendera RemajaTenis maka secara mudah kita ketahui bagaimana perkembangan tenis diIndonesia. Mana yang aktip dan mana yang masuh jalan ditempat ataupun bisa dikatakan masih tidur. Dimana tolak ukurnya sebagai patokan menilainya.
tetapi sebenarnya disetiap provinsi itu ada kegiatan tenis. Karena ada Pengurus Peltinya, dan juga so pasti ada lapangan tenisnya. Tapi secara sepintas saya juga tahu ada juga Pelti setingkat Kotamadya ataupun Kabupatennya non aktip alias antara ada dan tidak. Coba kita periksa secara baik baik. Pendapat saya ini bukan untuk tujuan buat polemik, tetapi mengkoreksi diri masing masing pelaku tenis. Menurut pendapat saya mayoritas kurang aktip.
Dari RemajaTenis yang saya masuki itu bukan saja diibukota Provinsi diadakannya tetapi sampai ketingkat Kabupaten seperti Sumbawa Besa di Nusa Tenggara Barat, kemudian Payakumbuh di Sumatra Barat. Solo, Cirebon, Ambarawa itu tingkat Kabupaten dan kotamadya. Jangan pikir tidak ada petenis yuniornya. Semua ada, mulai dari lapangan tenis sampai petenisnya dan tentunya ada Peltinya juga.
Mengetahui masalah ini tidak cukup kita menghimbau masyarakat tenis termasuk Pelti setempat untuk berbuat dengan adakan turnamen tenis khususnya yunior, maka saya sudah capaidengan menghimbau maka dipakai jalan pintas yaitu turun langsung menggelar turnamen nasional yunior. Ini sebagai bukti kalau bisa karena punya sarana dan prasarananya.
Jangan Mundur
Jakarta, 30 Oktober 2012. Sedih juga rasanya ketika sudah sulit cari waktu untuk selenggarakan turnamen RemajaTenis, kemudian setelah diumumkan dan selesai batas waktunya ternyata minim peserta. Terpaksa juga diundurkan walaupun dengan berat hati harus dilakukan. Sewaktu merencanakan RemajaTenis di Palu diwaktu liburan sekolah. Dipilihnya liburan sekolah dengan asumsi akan beri kesempatan atlet dengan leluasa tidak bolos sekolah. Tetapi ternyata perkiraan begitu baik kenyataannya berbeda sekali. Minim juga pesertanya. Waktu liburan jika buat turnamen diluar Jawa maka ada kesulitan lain, yaitu beaya trasportasinya cukup tinggi. Kenyataannya begitu, jadi lebih baik selenggarakan turnamen bukan diluar Jawa.
Setelah itu untuk Solo yang awalnya dapat masukan akan banyak pesertanya, ternyata menjelang 6 bulan terakhir berbeda juga sehingga diundurkna juga ke akhir Oktober 2012 dimana ada Lebaran Haji istilahnya. Untung saja pesertanya cukup banyak, walaupun ada juga yang tidak mau ikut karena tidak bisa mengantar putranya.
Sekarang yang saya alami mau selenggarakan RemajaTenis di Surabaya juga kurang minat pesertanya. Bahkan ada SMS yang mengatakan RemajaTenis perlu koreksi diri kenapa sampai demikian. Kemudian ada juga yang katakan karena tidak ada ballboysnya ataupun wasit. Tapi ada juga yang mengatakan kalau belum jelas tujuandari RemajaTenis ini.
Ya, begitulah masalah yang muncul. Ini kesempatan bagi yang tidak suka sama saya langsung tertawa dengans endirinya. " Rasain " kira kira begitu. Tapi karena saya yakin tujuan saya baik maka semua ini pasti akan jalan juga. Toh yang sepaham juga banyak. Seperti yang terjadi minggu lalu saya bertemudengan salah satu orangtua petenis dari Jogja yang datang dan berbicara dengan saya. Diapun beri semangat kalau jangan mundur hadapi semua ocehan masyarakat tenis. Yang setuju dengan sepak terjang saya masiih banyak, begitulah ungkapannya.
Selasa, 30 Oktober 2012
Mau maju, batas usia berlaku di PORPROV juga
Jakarta, 30 Oktober 2012. Pekan Olahraga Nasional XVIII Riau telah berlalu dan banyak perubahan mendasar dilakukan cabor tenis di PON tersebut. Mulai PON XVIII telah diubah aturan batas usia sesuai anjuran KONI Pusat sendiri. Yang jadi pertanyaan sekarang apa hanya ajang PON saja ada pembatasan usia. Menurut saya pribadi sebenarnya tidak cukup di level PON saja aturan ini diberlakukan. Sedangkan dilevel setingkat dibawahnya tidak ada penyesuaian aturan seperti yang telah ditunjukkan di PON XVIII tahun 2012. Tujuan aturan pembatasan usia ini harus juga diperhatikan sekali, karena jika kembali ke aturan bebas usia maka makin marak saja jual beli atlet tenis. Karena petenis yang berprestasi itu banyak berkumpul di Jawa saja sehingga inisiatip untuk bisa ikut PON maka eksoduslah petenis andal yang berdomisili dikota kota bear di Jawa ini, sehingga bertahun tahun saya perhatikan pembinaan tenis diluar Jawa mandek alias terhenti. Tetapi ada juga atlet daerah berkumpul di Jawa karena ingin maju prestasi tenisnya maka bergurulah mereka ke Jawa. Hanya diharapkan setelah berguru ke Jawa sebaiknya mereka tetap milik daerah sendiri.
Di PON XVIII tahun 2012 Riau terlihat banyak daerah yang betul betul menggunakan atlet hasil binaan sendiri bukan binaan sesaat. Memang ada hanya satu dua daerah saja yang tidak murni atlet binaannya sendiri. Baru dibina menjelang PON berlangsung atau setelah PON sebelumnya selesai.
Nah, sebagai pemikiran saya kedepan untuk kemajuan olahraga tenis adalah batasan usia juga berlaku di tingkat PORPROV(Pekan Olahraga Provinsi) yang dulu dikenal dengan PORDA. Selama ini kegiatan PORDA lebih banyak ributnya daripada prestasi. Bahkan kalau saya tidak lupa sewaktu di PORDA Sumatra Selatan, ternyata difinal tidak dipertandingkan alias dibatalkan, gara gara muncul protes dari finalis atas lawannya karena menggunakan atlet dadakan tersebut. Nah lo kok bisa begitu. Ini kenyataannya. Bisa dibayangkan sudah buang uang setiap Kabupaten/Walikota ternyata tidak jadi dipertandingkan. Karena apa, akibat dari tidak sportip nya pembina atlet dengan mendatangkan petenis dari Jawa mengaku sebagai atlet binaan daerah tersebut. Menurut pengamatan saya ini terjadi hampir diseluruh PORDA. Sampai ada satu Gubernur menurut pengakuan Ketua Umum KONI Provinsi kepada saya, Gubernur mengatakan bubarkan saja itu PORDA.
Aturan dibuat yang sudah baku tetapi akalnya juga baku. Mulaiah dengan KTP sesaat bisa dimunculkan. Begitulah tenis atau olahraga kia kalau tetap dilevel PORPROV digunakan aturan lama alias tidak ada pembatasan umur, maka pembinaan olahraga khususnya tenis akan terhenti sama sekali.
Bisa Anda bayangkan PORPROV atau PORDA sebagai contoh (andai andai) di tanah Papua pemainnya juga ikuti PORPROV/PORDA ditanah Jawa dalam tahun yang sama. Ada atlet dalam setahun ikuti 2 PORDA. Dibilang sah so pasti sah karena aturan mainnya memungkinkan yaitu KTP...Itulah cermin olahraga kita.
Senin, 29 Oktober 2012
Ulah orangtua yang tidak sportip
Jakarta, 28 Oktober 2012. Setiap kali saya turun ke turnamen bertemu dengan masyarakat tenis selalu saya mendapatkan masukan atau keluh kesah mengenai berbagai macam dan tidak luput pula masalah perilaku orangtua petenis yunior. Itu sering terjadi sejak dulu kala disaat saya mulai menggelar turnamen kelas Persami Piala Ferry Raturandang. Event ini sebagai tempat penampungan keluh kesah para orangtua maupun pelatih. Biasanya dalam pengalaman saya ada beberapa ulah orangtua apakah itu ibu maupun bapak dari petenis yunior akan berdampak buruk terhadap prestasi putra/putrinya. Saya masih ingat orang tua tersebut. Bahkan pernah kejadian orangtua sudah beradu argumentasi bahkan sempat mau beradu fisik, hanya begitu melihat saya maka niat mereka adu fisik jadi urung alias batal.
Nah, kali ini saya jalan jalan ke hotel Sultan berhubung ada turnamen yunior Sportama Masters sedang berlangsung, sambil menyalurkan hobi foto, saya gunakan sebaik baiknya untuk mengoleksi foto petenis yunior yang edang berlaga.
Sayapun berjumpa dengan salah satu orangtua petenis yunior asal Bandung yang masuk final hari ini. Disampaikan masalah ulah dari salah satu orangtua petenis yang sayapun kenal baik. Hanya saja belakangan saya jarang berjumpa dengan dia. Kelihatannya selalu menghindar. Keluhan terhadap orangtua ini sudah lama saya dengar dan paling sering terjadi di turnamen Sportama dihotel Sultan. Saya rasanya baru kedua kalinya berkunjung ke turnamen Sportama ini. Saking tidak senangnya orangtua petenis ini yang berasal dari Bandung terhadap ulah salah satu ayah dari petenis asal Tangerang tersebut sehingga ingin mendengar atau melihat sendiri ulah orangtua ini. Modus sebenarnya adalah ingin menteror lawan putrinya, dengan cara memarahi anaknya sendiri. Sebenarnya ulah tersebut bertujuan untuk menakut nakuti lawan anaknya. Dasar anak anak mendengar hal tersebut yang nada mengancam akhirnya akan takut sehingga sulit bertanding,dan berakibat anak tersebut menangis. Begitulah kejadian kejadian sekitar lapangan tenis di Jakarta. Kelakuan ini suka juga dilakukan di turnamen RemajaTenis dimana sempat maki maki wasit yang bertugas. Untung saja tidak digebuki wasit wasit. Kejadian seperti ini bukan hanya dilakukan di Jakarta saja tetapi sudah dikenal sampai turnamen diluar Jakarta sekalipun.
Jumat, 26 Oktober 2012
Daerah Haus Turnamen
Jakarta, 26 Oktober 2012. Daerah haus akan turnamen. Begitulah kesan saya selama ini berkeliling keluar kota Jakarta. Dari pertemuan dengan pembina tenis disetiap saya adakan turnamen RemajaTenis selalu saya menyempatkan diri untuk berbincang bincang dengan pembina dari daerah tersebut yang datang jauh jauh ikuti kegiatan RemajaTenis tesebut. Tetapi kenapa mereka tidak ada kegiatan tersebut. Sebenarnya disetiap daerah selalu ada kegiatan turnamen tenis lokal sifatnya. Hanya sayangnya kegiatan turnamen mereka itu saya sebut sebagai turnamen VETERAN. Dan ketika hal tersebut saya kemukakan kepada pembina didaerah dan mereka sepakat sekali. Saya kemukakan kalau sebagai pengurus Pelti seharusnya yang difokuskan adalah turnamen yunior. Dengan keberadaan turnamen yunior maka akan muncullah pembinaan sebenarnya.
Tetapi kenapa mereka tidak berbuat seperti keinginan saya atau keinginan pembinaan yunior yaitu adakan turnamen yunior. Kesimpulan saya adalah mereka tidak tahu mulai dari mana. Yang kedua kesan mereka buat turnamen itu akan makan beaya cukup besar. Akibat kurang mengerti masalah tersebut maka dikumpulkannya banyak pecinta tenis yang mau ikut duduk sama sama buat turnamen. Disinilah yang menurut saya pemborosan terjadi. Kok bisa begitu, ya so pasti sekali makan banyak yang ikut dalam kepanitiaan maka akan banyak beaya keluar. Mulai dari yang kecil dulu yaitu konsumsinya setiap hari, belum lagi seragamnya yang dianggap sebagai kewajibannya. Padahal yang kerja cuma beberapa gelintir saja. Mau nama masuk tapi tidak mau kerja. Ini situasi didaerah yang saya ketahui. Saya teringat sewaktu adakan Maesa Paskah di Kemayoran beberapa tahun silam. Saya sebagai pengurus Tenis Maesa kumpulkan sebanyak mungkin teman2 Maesa untuk duduk dalam kepanitiaan. Tetapi dengan syarat mereka ini bisa menyumbangkan dana berapa. Waktu itu sepakat masalah dana tersbut tidak ditentukan besar kecilnya. Ada yang mau berikan Rp 1 boleh saja atau Rp 1 juta bukan masalah. Tentunya tidak ada yang mau beri Rp 1 . Akhirnya bisa terkumpul kalau tidak salah Rp 10 juta. Lumayan juga. Tujuannya adalah untuk kumpul bersama tidak mendapatkan imbalan. Nanti baru sama sama cari sponsor lagi untuk menutup kekurangan dana lainnya.
Faktor kendala lainnya minimnya sarana lapangan tenis tersebut. Padahal semua kendala ini bisa diatasi asalkan tahu caranya. Memang selama ini RemajaTenis mencari kota kota yang memiliki minimal 4 lapangan dalam satu kompleks sedangkan sisanya bisa diluar kompleks tersebut. Tetap sewaktu di Mataram Lombok saya gunakan 5 lokasi @ 2 lapangan. Kondisi seperti ini bukan halangan bagi saya , bedanya kerjanya lebih banyak makan tenaga tambahan.
Saya teringat sewaktu melahirkan turnamen Khatulistiwa Cup dimana waktu itu Walikota Pontianak kolega saya sendiri Dr. Buchary Abdurahman. Saya sudah kenal sebelum jadi Walikota Pontianak. Ada pertanyaannya kepada saua sewaktu idea saya agar dilapangan tenis Sutera Pontianak bisa ada turnamen nasional."Apakah lapangan ini memenuhi syarat untuk nasional." Disinilah kita perlu kejelian karena saya anggap dia sudah ada niat,maka niat tersbut janganlah dipersulit dengan persyaratan macam2. Karena dia seorang dokter spesialis, maka jawaban saya adalah soal lapangan masih banyak di Jawa yang lebih jelek (padahal tidak begitu, sedikit berbohong lah demi tenis). Yang penting adalah toilet pemain. Ini saya tekankan karena dia seorang dokter. Karena saya berprinsip jika kita hendak helatan maka sejelek apapun rumah kita so pasti akan dibenahi atau di cat lagi. Nah, betul juga sewaktu pembukaannya saya datang lapangan sdudah dicat baru.. Berhasil deh.
Ketika saya ditanya berapa beaya yang dikeluarkan RemajaTenis untuk turnamen nasional. Merekapun kaget karena beaya yang dikeluarkan hanya 1/3 dari budget yang meraka lakukan disetiap kegiatan turnamen didaerah.
Korban berikut Pekanbaru
Jakarta, 26 Oktober 2012. Setelah berhasil di Palembang, what next, begitulah dalam pikiran saya saat ini. Kota mana lagi akan jadi korban provokasi saya. Mau tahu, sasaran berikut adalah Stadion PTPN-V Pekanbaru. Upaya kesana sudah saya lakukan sewaktu PON XVIII lalu dengan pendekatan kepada rekan rekan PTPN-V maupun petingginya. Saya mendengar kalau disekitar kompleks tenis PTPN-V itu akan dibangun juga sarana kolam renang dan wisma atletnya. Wah, kalau ada wismanya tentunya merupakan daya tarik tersendiri, seperti di Palembang. Tapi ada juga rumor yang disebutkan kalau nanti 2 lapangan outdoor di stadion PTPN V tersebut akan dibuat lapangan indoor. Tapi bukan untuk tenis. Wah ini cilakanya karena akan dibangun lapangan FUTSAL. Sewaktu ngobrol dengan rekan2 dari PTPN-V tersebut sempat mereka bilang kalau saya akan protes. Ya, ini yang punya adalah PTPN-V , jadi mau diapakan terserah merekalah. Nah agar tidak mengorbankan lapangan tenis tersebut maka mamicu saya agar kegiatan disatdion PTPN-V tersbut harus segera direlaiser secepatnya. Dan yang so pasti bisa saya lakukan muali dengan turnamen RemajaTenis ataupun coaching cinic secara berkala dan juga penataran pelatihnya. Banyaklah kalau kita mau berbuat sesuatu untuk tenis Indonesia.
Konsep kegiatan sudah saya kemukakan sama seperti di Jakabaring Palembang. Harus ada pelatihan atlet dalam bentuk sekolah tenis. Pelatih punya , lapangan punya. Mulailah dari anak2 karyawan dulu diutamakan kemudian berkembang keluar. Begitu juga diadakan pelatihan pelatihnya. Sayuapun siap selenggarakan bersama mereka. Hari ini saya dengar kalau Direksi sudah setuju. Wah, mudah mudahan niat in bisa terealiser. Karena kendalanya juga cukup banyak datang dari internal maupun eksternal. Kita tunggu saja, apalagi setelah baca blogger ini tentunya ada saja niat dari oknum oknum tertentu akan menghambatnya. Ini saya sadari, tetapi prinsip saya kalau memang datang dari niat yang baik maka tentunya lebih bisa dengan cepat terealiser.
Masuk telinga kiri keluar telinga kanan
Jakarta, 26 Oktober 2012. Sewaktu di Palembang ada satu kegiatan baru yang juga merupakan gagasan saya karena sejak dibuatkan SK pengurus Pelti Sumsel bulan April 2011 sampai sekarang ternyata kepengurusan tersbut belum juga dilantik oleh Ketua Umum PP Pelti. Keinginan agar dilantik segera dipacu dengan adanya kegiatan turnamen Remajatenis di Jakabaring.
Setelah dilantik, seluruh pengurus diundang makan malam ke hotel Sintesa Peninsula di Palembang. Yang menarik saya angkat adalah sewaktu ngobrol dengan pengurus harian Pengrpov Pelti Sumsel, ada beberapa anjuran yang cukup positip dikemukakan oleh Martina Widjaja menurut saya masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Kok begitu, karena saya perhatikan saat itu (Ketua Pengprovnya lagi ambil makanan) kedua rekan Pengprov Pelti Sumsel lainnya sedang konsentrasi dengan Pilkada diluar kota Palembang. Yang satu asyik monitor melalui telpon selulernya. Kasihan deh gagasan Martina agar buat Persami dilanjutkan dengan Remajatenis sulit terelasiser jika diajak bicara bukan kepada yang kompeten. Kasihan Ketua Pengrov Peltinya. Saya makin asyik aja melalap pindang patin diresto hotel tersebut. Martina pun katakan kalau saya makannya bisa 2 piring. Ha ha ha.
Melihat kondisi seperti ini akan memacu saya tetap konsis buat kegiatan tenis di Jakabaring. Sayang sekali fasiitas tersbut jangan sampai jadi museum. Dibangun dengan dana dari BUMN bisa mubazir jadinya.
Siapkan Turnamen di Palembang dalam 1 bulan
Jakarta, 26 Oktober 2012. Setelah melihat fasilitas tenis di dua kota yaitu Pekanbaru dan Palembang yang cukup memadai memancing keinginan saya agar dikedua tempat tersebut dibuat kegiatan kegiatan pertenisan. Kedua tempat tersebut baru selesai diadakan multi event cukup besar yaitu SEA Games 2011 di Palembang dan PON XVIII di Pekanbaru. Saya sudah berjanji kepada rekan saya di Palembang maupun di Pekanbaru khususnya pemilik stadion yang cukup megah tersebut. Baru terealiser di Palembang, yang makan waktu hampir satu tahun terpendam keinginan tersebut. Terakhir kali ya ke Palembang setelah SEA Games yaitu waktu selenggarakan Pra-PON tepatnya awal Desember 2011. Sampai PON XVIII yaitu awal September 2012 di stadion Bukit Asam Jakabaring baru diadakan Pra-PON kemudian antar BUMN dan Sirkuit Nasional bulan Juli lalu. Penasaran juga saya dibuatnya. Saya coba kontak rekan di PT Bukit Asam dan dapat jawaban kalau sekarang pengelolanya diserahkan ke Pengprov PELTI Sumatra Selatan. Sewaktu PON XVIII di Pekanbaru saya ketemu Ketua Pengprov PELTI Sumsel Drs Ade Karyana distadion PTPN-V, sempat makan siang bersama rombongan tenis Sumsel. Kesempatan saya bicarakan keinginan saya itu. Jawabannya sungguh mengagetkan. " Saya gak ada duit." Jawaban ini menunjukkan kalau peluang saya terbuka. " Saya tidak perlu duit Bapak, cukup berikan penggunaan lapangan Jakabaring." itu jawaban saya, dan ternyata disambut dengan setuju sekali. Langsung sayapun tidk mau kehilangan peluang ini dengan segera siapkan pendaftaran TDP ke PP Pelti dan siapkan promosi saya dengan siapkan SMS dan juga langsung saya kontak Ketua Umum KONI Sumsel yang saya kenal. Menanyakan soal wisma atlet Jakabaring dan saya disetujui penggunaannya. Langsung saya SMS ke rekan2 tenis di Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, Lampung, Sumsel, Kalbar, Banten, DKI. Maka tidak disangka sambutan cukup besar muncullah 140 pendaftar. Jadi cukup dalam waktu 1 bulan saya siapkan turnamen tersebut. Nah, setelah itu saya kemukakan juga satu gagasan selenggarakan penataran pelatih tenis di Palembang kesalah satu rekan di Palembang. Mudah2an bisa terealiser. Intinya kalau punya niat baik, maka akan terbuka jalan.
Kamis, 25 Oktober 2012
Daya tarik RemajaTenis di Palembang
Jakarta, 23 Oktober 2012. Ada satu kesan menarik ketika selenggarakan turnamen RemajaTenis di stadion tenis Bukit Asam Jakabaring Palembang tanggal 19-21 Oktober 2012. Ketertarikan saya dengan stadion BA Jakabaring bukan karena sejak perencanaan saya ikut dilibatkan sejak awal, tetapi melihat fasilitas yang ada termasuk akomodasinya sangat dekat dengan stadion tersebut. Jika selenggarakan turnamen kita harus melihat berbagai kepentingan juga yaitu seperti kepentingan pemain, kepentingan penonton dan kepentingan sponsor.
Nah, kepentingan pemain adalah disamping fasilitas lapangan sangat memadai , ternyata fasilita akomodasi juga paling penting. Sehinggasewaktu saya kirimkan sms kepada peserta RemajaTenis selalu saya cantumkan fasilitas akomodasi mudah dan murah sekali. Sehingga calon peserta mudah mengatur budget keberangkatan ke Palembang. Bisa dibayangkan harga kamar di wisma atlet Jakabaring ex SEA Games hanya Rp. 75.000/hari perorang tanpa makan.
Melihat hal ini maka saya tidak menyia-nyiakan kesempatan agar menarik perhatian. Bisa dibayangkan persiapan turnamen hanya 3-4 minggu saja. Mana ada yang berani persiapkan suatu turnamen dalam waktu singkat. Dan ternyata berhasil mendatangkan pesertamencapai 140 peserta dari Sumut, Riau, Kepri, Jambi, Babel, Lampung, Sumsel, Kalteng, NTB, DKI
Adakan turnamen di Jakabaring cukup berkesan
Jakarta, 23 Oktober 2012. Minggu lalu tepatnya dari 10-21 Oktober 2012, saya berada di Jakabaring Palembang. Ada kesan tersendiri selama berada di Palembang. Yang pasti bertemu dengan banyak orang yang belum saya kenal dan juga ada beberapa orangtua ataupun pelatih yang sduah saya kenal.
Salah satu datang dari Bangka tepatnya dari Sungai Liat. "Saya tertarik dengan pidato Bapak tadi. " ujarnya. Karena dalam pembukaan turnamen nasional RemajaTenis Sumsel saya menyampaikan pesan kalau sebagai pembina khusus untuk kalangan yunior maka jangan lupa dengan motto RemajaTenis yaitu " Win or Loose I don't care, I just Play Tennis."
Ketertarikannya disampaikan karena apa yang saya ungkapkan tersebut ada benarnya. Ngobrol ngobrol cukup lama sehingga ada keinginan mengenal saya (AFR) kiatnya sampai bisa terjadinya turnamen RemajaTenis. Setelah jelaskan latar belakang sampai munculnya turnamen RemajaTenis, rekan satu ini tertarik juga . Ada keinginan agar di Bangka juga bisa diadakan turnamen nasional. Keinginan agar banyak pesertanya. Saya juga katakan jika banyak pesertanya maka panpel akan kewalahan sendiri apalagi tidak ditunjang dengan fasilitas yang dimilikinya. Ketika ditanyakan kepada saya berapa beaya yang dibutuhkan. Maka saya kembalikan pertanyaan saya tersebut dengan berapa kemampuan dananya. "Saya sanggup buat turnamen berdasarkan dana yang disediakan. Mau Rp 1 bisa ataupun mau Rp 1 milyar juga bisa." Memang jawaban yang sulit bisa dicerna. Bayangan mereka itu beaya suatu turnamen cukup besar juga.
Disamping itu saya kedatangan tamu lainnya dari Baturaja yang letaknya 4 jam dari Palembang, salah satu pembina yang sekarang sedang membina salah satu cucunya.
Tukang Adu Domba
Jakarta, 23 Oktober 2012. Saya sekarang dapat info kalau disebutkan mengadu dombakan rekan saya di Riau. Hal ini saya ketahui setelah dapat info dari rekan saya di Riau. Saya tanggapi saja kepada orang yang beritahu masalah ini. Saya hanya katakan terserah kepada yang menuduh hal tersebut. Yang pasti kalau disebut provokator so pasti saya jawab iya. Nah dapat julukan baru suka adu domba, sedikit bangga juga karena kok mau disebut suka adu domba. Berarti mereka itu jadi dombanya ya!. Ha ha ha
Saya sendiri secara tegas kalau dalam bekerja kemudian saya anggap tidak bisa bekerja otomatis saya katakan tidak bisa bekerja. Cukup begitu. Bukan masalah kerja dikantor non olahraga, tetapi jika bicara dalam setiap turnamen tentu berbeda didalam kantor bukan olahraga. Mengelola suatu turnamen berbeda sekali. Ini yang belu diketahui mereka itu.
Tapi inilah oleh oleh saya selama bertugas di Pekan Olahraga Nasional XVIII Riau selama beberapa minggu saja sudah punya kesan seperti itu. Padahal apa yang saya terima lebih menyakitkan perlakuan mereka terhadap diri saya sendiri.
Rabu, 10 Oktober 2012
Kenapa saya dibenci
Jakarta, 10 Oktober 2012. Saya mungkin satu satunya yang berani mengakatakan kalau saya ini " provokator ". Dan semua pihak sudah mengetahuinya. Nah, jika sudah mendengar istilah provokator maka ada 2 pengertian yaitu pengertian negatip dan pengertian positip (lebih besar). Dan saya sering juga didepan orangtua petenis yunior kalau saya ini '" provokator " dimana pengertian mereka pengertian positip.
Kenapa " provokator ", karena saya paling aktip mengadu domba masyarakat tenis dengan selenggaraka mulai dari Persami Piala Ferry Raturandang, kemudia sekarang dengan bendera "RemajaTenis".
Mengadu domba putra dan putri orang lain untuk beradu dilapangan tenis diturnamen RemajaTenis. Inilah yang sangat positip sekali karena dibutuhkan petenis adanya turnamen. Ada yangs enang dan ada yang tidak senang. Bagi yang tidak senang tentunya lebih panas lagi kalau sering menerima SMS dari saya ataupun orang lain.Karena sudah tidak senang kadangkala mereka ini tidak membaca dengan seutuhnya. Sebagai contoh sewaktu menjelang Pekan Olahraga Nasional XVIII 2012 di Pekanbaru, saya sering kirim SMS keseluruh masyarakat tenis baik sebagai pelatih ataupun pemain dan pengurus tenis.
SMS yang saya kirim itu merupakan promosi website RemajaTenis yang saya asuh. Jadi sewaktu menjelang PON XVIII ada kejadian kejadian salah satunya adalah protes dari salah satu KONI Provinsi terhadap tuan rumah. Khususnya pelaku tenis di Riau seperti kebakaran jenggot dengan SMS tersebut. Padahal SMS saya tidak menyinggung masalah protes KONI Provinsi tersebut. Langsung mereka tersinggung berat. Apalagi bagi mereka yang tidak pernah baca website saya itu maka langsung bereaksi keras juga. Ini yang saya alami sendiri.
Kenapa di Benci ?
Jakarta, 10 Oktober 2012. Berkecimpung di olahraga tenis Indonesia sejak tahun 1987 sebagai anggota pengurus induk organisasi tenis saya punya pengalaman cukup banyak yang menyenangkan dan maupun yang menyakitkan. Kok bisa begitu. Ya, biasalah berlaku di olahraga ada yang pro dan kontra. Apalagi disaat kepengurusan saling tidak bisa kerjasama sehingga muncullah grup-grupan atau blok blokan instilah sadisnya. Itu sudah perna terjadi.
Kenapa ada yang membenci ? Ya, jika sudah dianggap sebagai anggota grup atau blok tertentu maka mulailah muncul ketidak senangannya. Sedangkan saya sendiri dilibatkan didalam grup tersebut. Sebenarnya istilah grup ada jika dalam kepengursan ada perbedaan pendapat yang lebih menjurus keegoisan masing masing pelaku didalamnya.
Memang saya sendiri sejak pertama kali diminta masuk dalam kepengurusan khususnya sejak periode 2002 sampai sekarang, diminta agar bisa membedakan kedudukan sebagai pengurus dan sebagai pengamat tenis karena saya sering menulis masalah tenis. Menyadari hal tersbut tentunya saya sudah mengerti maksud dan tujuannya. Kalau ada perbedaan pendapat dalam organisasi wajar saja kalau ada perbedaan pendapat. Hanya bagi saya tidak perlu diungkapkan keluar organisasi. Dan ini saya bisa lakukan.
Menjelang akhir kepengurusan Pelti , tepatnya Munas Pelti 24-25 Nopember 2012, terlihat keberpihakan rekan rekan didalamnya. Bagi yang selama ini tidak sepaham tetapi menahan diri, sekarang justru tidak menahan dirinya dan keluarlah pernyataan pernyataan yang berseberangan. Terlihat sudah ketidak cocokannya. Ya, ini sih hak masing masing orang.
Kenapa muncul ketidak senangannya kepada saya. Karena saya bertugas sebenarnya memjaga koridor koridor yang sudah ada tidak dilanggar begitu saja. Nah, disinilah masalahnya. Karena ada yang tidak mau mengerti masalah tersbut. Karena menggunakan pola pikir sendiri sedangkan di organisasi tentunya berdassrkan aturan yang sudah ada. Jika ada yang sudah keluar dari rel maka saya suka menegurnya, ata beritahu atauran tersebut.
Selasa, 09 Oktober 2012
Ingin Daerah Berkembang
Jakarta, 9 Oktober 2012. Keinginan saya agar didaerah daerah bisa berkembang tenis yuniornya telah mendapatkan sambutan cukup baik dari pelaku pelaku didaerah. Hanya saja saya ini belum sempat mengurus sepenuhnya karena kesibukan kesibukan untuk melayani PON XVIII 2012 yang cukup bermasalah bagi diri saya dan untungnya semua masalah sudah bisa diselesaikan karena semua niat baik itu yang lebih menonjol.
Dengan bendera RemajaTenis dikembangkan pelaksanaannya oleh tim yang telah dibentuk tetapi belu sepenuhnya bisa saya lepaskan. Harus ada kontrol yang lebih ketat.
Hari ini saya terima telpon dari salah satu rekan pelatih dari Bangka, yang juga anggota Pengkot Pelti Pangkal Pinang. Keinginan bisa ada turnamen nasional dikotanya sangat besar setelah saya terangkan kegunaannya bagi petenis dikotanya.
Ketika ditanyakan persyaratan apa supaya RemajaTenis bisa dikembangkan di Bangka, sayapun tidak membuka harga kepada dianya, tetapi justru menanyakan kemampuan mereka sendiri. Tadi siangpun terima tamu pelatih dari kota Sekayu Musi Banyuasin Sumatra Selatan. Dia katakan kalau sekarang kabupaten yang dulu bupatiny Alex Noerdin telah meninggalkan dukungan terhadap olahraga. Melihat potensi daerah ini langsung saya tawarkan agar bisa dilakukan coaching clinic atau dibuat sentra dikotanya dengan pengarahan dari PP pelti
Senin, 08 Oktober 2012
Usul saya diterima juga
Jakarta, 8 Oktober 2012. Saya teringat sewaktu minggu lalu bertemu dengan rekan sendiri yang bertanggung jawab atas tim nasional. Sekarang dia bertanya kepada saya kira kira siapa yang akan dimasukkan dalam tim nasional yang dipersiapkan untuk Pelatnas SEA Games 2013. Kali ini oleh KOI diminta aar memasukkan 6 nama putra dan 6 nama putri. Saya diminta pendapat setelah kembali dari Pekanbaru. Kali ini akan diambil kombinasi antara pemain Davis Cup dan PON XVIII yang baru lalu. Sudah ada 5 nama yang dipegangnya yaitu Christopher Rungkat, Elbert Sie, Adithya Hari Sasongko, David Agung Susanto, Wisnu Adi Nugroho. Menurut pendapat saya ada 3 nama yang perlu mendapat pertimbangan yaitu Indra Wijaya, Irfandi Hendrawan dan M.Rizky Widianto yang baru selesai bertanding di Pekanbaru dalam rangka PON XVIII 2012.
Dari ketiga nama tersebut saya lebih cenderung kepada petenis asal Surabaya M.Rizky Widianto karena dia kalahkan Irfandi Hendrawan di PON XVIII. Posisinya sama kuat dengan Indra Wijaya. Tapi entah kenapa saya lebih condong kepada M.Rizky Widianto karena motivasinya cukup tinggi.
"Ya ini usulan gua ya, terserah loe mau pakai yang mana itu hak loe." begitulah usulan tersbut muncul dan langsung dibuatkan surat pemanggilan kepada seluruh pemain. Sayapun teringat beberapa tahun silam ketika dia juga cari satu pemain untuk tim Davis Cup. Waktu itu saya usulkan nama petenis kidal Adithia Hari Sasongko. Untuk meyakinkan dia saya ajak menoton pertandingan di Hotel Sultan. Kebetulan Adithia lagi bertanding. Dan akhrnya dia tertarik juga atas usul tersebut. Dan sampai sekarang Adithya masih masuk dalam tim Davis Cup. Karena saya melihat motivasi atlet tersbut cukup besar.
Untuk putri, saya tertarik dengan permainan Vita Taher. Saya sudah lama tidak melihat permainan Vita. Dan bersyukurlah Vita masuk di skuad tim Pelatnas bersama sama dengan Aldila Sutjiadi, Voni Darlina, Athena Natalia, Ayu Fani Damayanti, Lavinia Tananta.
Minggu, 07 Oktober 2012
Kebiasaan Tidak Mendidik
Jakarta, 7 Oktober 2012. Kebiasaan didaerah untuk mendapatkan dana dari KONI setempat sudah mendarah daging bagi masyarakat tenis di Tanah Air. Karena saya sering menerima permintaan dari masyarakat didaerah agar dikirimkan undangan kepada putra atau putrinya supaya dengan dasar undangan tersebut mereka bisa minta bantuan ke KONI daerah setempat. Dalam satu pembicaraan dengan rekan saya Christian Budiman yang mantan petenis andalan Sumatra Utara, kami bicarakan masalah ini. Oleh Christian disebutkan dulu diapun demikian sewaktu masih di Medan sebagai petenis jika mau ke Jawa ikut turnamen selalu minta bantuan dari induk organisasi baik itu Pelti ataupun KONI.
Saya sendir katakan hal ini tidak memajukan olahraga didaerah. Beda pendapat boleh saja antara kita berdua. Namnya tukar pikran belum tentu kita sepaham. Saya kemukakan kalau cara seperti ini sebenarnya untuk tenis tidak cocok. Karena tenis olahraga individu, sehingga sebaiknya atlet atau orangtua dibuat agar lebih kreatip mencari dana. Saya katakan kadangkala prestasi atlet belum seberapa tetapi pengajuannya begitu dahsyat sekali. Seperti seorang juara yang sudah pasti jika diberi bantuan dana untuk ikut turnamen akan menggondol gelar juara sejati artinya pemenangnya bukan sekedar finalis atau semifinalis.
Mereka ini harus dididik kalau tenis itu suatu profesi sehingga betul betul bekerja serius untuk mendapatkan prestasi. Akibatnya upaya yang serius kurang terlihat dengan baik. Yang penting sudah dapat dananya sehingga prestasi tiak terlalu penting. Begitulah pendapat pribadi saya sendiri. Bisa betul dan bisa juga tidak betul. Cepat puas karena sudah dapat dananya yang kadang kala penggunaannya tidak tepat. Sebagai contoh atlet yang pergi hanya 1(satu) didampingi selayaknya cukup 1 juga sebagai pelatihnya. Kenyataannya yang berangkat bisa lebih dari satu pendampingnya. Bisa saja kedua orangtuanya. Nah, kalau sudah begini artinya kedua orangtuanya mendompleng dana dari institusi tersbut. Kesannya menjadi hanya rekreasi saja. Dan ini yang sering terjadi. Pernah kejadian dimana dana yang didapat atlet tidak 100 % dari total cost atau baru 60-75 % , akibatnya atlet tersebut tidak jadi berangkat karena merasa tidak cukup dana tersebut. Ini contoh nyata. Tapi saya pernah lakukan kepada keponakan saya sendiri Andrian Raturandang yang waktu itu saya atur keberangkatannya ikut 2 turnamen internasional kelas Challenger $ 50,000 di Singapore dan Vietnam. Tanpa keluar sepeserpun dia berhasil pulang bawa dana lebih dari hasil ikut 2 challenger Ini tentunya harus tahu rahasianya.
Kamis, 04 Oktober 2012
Kebiasaan yang membuat olahraga tidak akan maju didaerah.
Jakarta, 4 Oktober 2012. Tepatnya tanggal 1-3 Oktober 2012 saya berkunjung ke Pekanbaru dalam rangka persiapan Islamic Solidarity Games 2013 diminta untu melihat atau meninjau kembali venue tenis di stadion tenis PTPN-V Pekanbaru. Apa yang mau dilihat karena 10 hari sebelumnya baru kembali dari Pekanbaru setelah selesai menggelar PON XVIII. Ternyata maksud kunjungan bersama rekan rekan dari 15 cabor lainnya yang akan digelar di Islamic Solidarity Games 2013 untuk bertemu atau mencari petugas penanggung jawab venue seperti kehendak Djoko Pramono selaku penanggung jawab pertandingan Panpel ISG 2013. Dan menginventriser perlengkapan venue dan pertandingan yang dibutuhkan. Sebagian besar rekan rekan cabor yang ke Pekanbaru tersebut menghendaki venue manager tersebut adalah penanggung jawab venue yang ada sehingga mudah berkoordinasi.
Sewaktu saya berkunjung ke stadion tenis PTPN-V saya bertemu dengan rekan rekan atlet tenis kursi roda yang akan bertanding Pekan Olahraga Paralympic nasional 7-14 Otober 2012 di stadion PTPN-V Pekanbaru. Bertemu rekan rekan olahragawan tenis kursi roda merupakan hal biasa. tetapi disini saya menemukan hal yang luar biasa. Karena sebelumnya saya mendengar dari rekan Yasin Onasie salah satu atlet tenis kursi roda kalau Riau tidak punya atlet tenis kursi roda. Kenapa saya tahu, karena sewaktu saya mau datangkan pelatih tenis kursi roda dari ITF ke Riau, maka Yasin katakan kalau di Riau tidak ada atlet tenis kursi roda.
Berbincang bincang dengan Erwin salah satu atlet tenis kursi roda ternyata mereka ini mengatakan kalau mereka ini sebagai atet Riau. Wow, disinilah saya anggap hal luar biasa. Karena penyakit daerah tidak mau membina sendiri tetapi mencaplok atlet yang sudah ada dan langsung bisa mewakili daerah tersebut dalam multi event. Ini cara cara yang tidak akan memajukan olahraga. Jadi bukan cuma ditenis PON terjadi seperti ini tetap di tenis kursi rodapun terjadi juga. Ya, apa mau dikata..
Selasa, 02 Oktober 2012
Seragam disepelekan
Pekanbaru, 2 Oktober 2012. Saat berada di Pekanbaru sekarang teringat jug a sewaktu Pekan Olahraga Nasional XVIII Th 2012 Riau. Kurang bisa memehami masalah turnamen akibat minim pengalaman turnamen nasional sehingga saya masih bisa menerima dengan hati hati akibat situasi saat itu belum mengijinkan.
Disetiap turnamen jika ada seragam tentunya wajib digunakan oleh namanya panitia pelaksana tanpa alasan kecuali ukurannya tidak cocok. Sewaktu PON saya melihat hal ini masih dianggap sebelah mata. Saya sendiri waktu itu hari pertama PON tanggal 8 September 2012 dari Hotel pagi hari baru ingat kalau belum terima seragam sedangkan petugas wasit,Referee maupun ballboys dan panpel lainnya sehari sebelumnya (7 Sept) saya lihat sibuk dengan pembagian seragam. Kok saya tidak diberi sama sekali. Aneh sekali, sewaktu saya sebagai Ketua Panpel SEA Games, otomatis saya berikan langsung kepada Technical Delegate yang waktu itu berasal dari Filipina. Ini tuan rumah yang baik. Bukan karena dia orang asing kemudian saya otomatis tanpa diminta yang bersangkutan berkewajiban memberikan seragam yang sudah disiapkan Panpel. Dan selalu Kapanpel yang serahkan langsung kepada Technical Delegate, karena peranan Tech Delegate sangat superior, bahkan di PON XVIII Gubernur Riau sendiri mengakui didepan wartawan kalau dia paling takut dengan Technical Delegate.
Sewaktu hari pertama saya ke stadion menggunakan kaos sendiri bukan seragam Panpel PON XVIII, karena saya anggap sudah keterlaluan perilaku Panpel, maka saya datangi langsung ke sekretariat Panpel karena pagi itu saya belum melihat Ketua Panpel selaku penanggung jawabnya. Waktu itu saya bertanya tentang seragam saya kesalah satu petugas sekretariat, langsung ditanya ' belum dapat ya Pak." Aneh juga cara kerja seperti ini. Sebenarnya mau marah tapi seperti yang selama ini saya katakan kalau saya tidak suka marah marah selama PON walaupun ada yang tidak beres. Saya paling suka menyanyi. (Dianggapnya suka karoke). Dan selalu saya katakan kalau saya sampai menyanyi so pasti besok Riau-1 akan datang cari saya karena saya nyanyi sama wartawan. Pengalaman saya sewaktu di Kaltim tepatnya th 1990, karena saya nyanyi sama wartawan langsung besoknya Gubernur Kaltim turun cari saya dilapangan tenis Samarinda.
Karena tidak tahu atau tidak mau tahu saya lihat apa yang terjadi. Diberian 3 Polo-shirt untuk setiap petugas yang artinya seragam tersebut harus dipakai selama PON berlangsung. Setelah beberapa hari kurang lebih 5 hari berlangsung saya mulai lihat petugas yang didalam sekretariat mulai tidak gunakan seragam mereka. Dan saya tidak ambil pusing karena ada yang beri contoh tidak benar. Untungnya saya lihat rekan rekan wasit (sudah berengalaman) maupun ballboys dengan disiplin tigi tetap menggunakannya. Saya tidak tahu alasan mereka dan tidak mau tahu.
Kalau saya ketua Panpel seperti apa yang terjadi di Samarinda (1990) Indonesia Masters saya melihat satu petugas tdak pakai seragam yang diberikan langsung saya usir keluar dari meja panpel. Dan langsung hari itu juga seragam dipakai. Saya tidak mau tahu alasan sampai tidak pakai. Begitu juga seaktu SEA Games semua petugas disiplin dan mengerti tugas dan kewajibannya.
Senin, 01 Oktober 2012
Ada yang kecewa tidak tugas di PON XVIII
Jakarta, 1 Oktober 2012. Beberapa hari lalu saya diundang rekan2 dari tim pelaksana RemajaTenis di Jakarta. Permasalahannya sekarang adalah hanya evaluasi kerja dari tim RemajaTenis semenjak saya lepaskan akibat kesibukan saya selama Pekan Olahraga Nasional XVIII di Pekanbaru. Keinginan saya selama ini seluruh pelaksanaan RemajaTenis diberikan kepada rekan2 yang dipimpin oleh rekan Rahayu yang dalam menangani tim saya anggap cukup baik. Hanya sekarang ada sedikit kendor apalagi kalau Rahayu sendiri lai sibuk dengan kerjaannya dikantor.
"Saya hanya minta kepada kalian agar perhatikan sekali didalam melayani orangtua dan petenis yunior sebagai peserta. karena beberapa kelebihan pelayanan diberikan oleh RemajaTenis sudah muali kendor." ujar saya kepada mereka untuk berikan masukan. Muncul ada sedikit masalah sebelum PON XVIII, karena mereka berharap bisa ikut PON XVIII. Pengalaman saya sewaktu SEA Games seluruh crew bisa saya ikutkan serta didalam kepanitiaan SEA Games. Nah, sekarang mereka juga kayaknya tidak mau tahu kalau PON XVIII harus bisa saya tampung. Ini bedanya dengan SEA Games ,karena di PON XVIII saya hanya melanjutkan pekerjaan Technical Delegate sebelum saya ganti sehingga nama nama yang sudah diusulkan jauh jauh hari.
"Saya justru tertolong karena tidak semua crew RemajaTenis bisa ikut. Kalau tidak bisa jadi msalah besar. Sekarang saja saya dikatakan menampung teman temannya sendiri di PON XVIII. Bisa dibayangkan kalau semua saya tampung, lebih konyol lagi keadaan saya." ujar saya kepada mereka.
Keberadaan RemajaTenis terus terang sangat membantu rekan rekan dimana bisa mendapatkan income rutin setiap bulannya. Karena kegiatan RemajaTenis itu setiap bulan selalu ada kecuali Puasa kemarin.
Nah, dengan alasan itu ada yang bisa terima tetapi ada yang langsung minta mundur karena kecewa saya tidak bisa tampung. Bagi saya bukan masalah kalau memang sudah tidak ingin masuk dalam tim RemajaTenis.
Langganan:
Postingan (Atom)