Jumat, 13 November 2020

Jadikan AFR Foundation


JAKARTA AFR dikenal sbg singkatan dari August Ferry Raturandang. Seolah olah bikin management AFR bergerak dibidang tenis yang lebih cenderung ke event management. Itu kemauan lama tapi setengah hati dilaksanakan, cukup saja penyelenggara turnamen tenis khususnya yunior. Dan berhasil sudah sejak pertama kali dengan bendera RemajaTenis ternyata sejak 2009 mulai di Jakarta sampai saat ini sudah sampai pelaksanaan di 22 provinsi.

Kepuasan bisa didapat disamping mengenal pertenisan didaerah baik sarananya maupun SDMnya.

Kalau dalam bantuk Foundation atau Yayasan sudah harus punya program. Muncul idea, AFR Peduli Tenis. Wah keren juga.

Apa kiranya visi d misinya? Apa perlu, tentunys iya lah agar terarah.
Muncul idea karena berdasarkan fakta yg membutuhkan tapi tersendat sendat.

Visi nya " Mengoptimalkan potensi tenis daerah " . Wah keren juga. Sekarang Misinya. " Meningkatkan SDM Tenis Daerah " 
Yang dimaksud SDM Tenis itu petenis, pelatih, ofisial pertandingan ( wasit, referee dan pelaksana pertandingan).

Sekarang sudah komplet. Visi dan misi sudah ada. Apa bisa dikerjakan sendiri? Tentu tidak!.Maka dibentuk unit kerjanya sebagai penunjang pelaksanaannya.

Cukup 2 unit saja yaitu UTR dan UBR. Untuk UTR atau lebih dikenal Unit Turnamen Raturandang, dan UBR adalah Unit Binaan Raturandang. Wah keren juga namanya.

Sekarang target kotanya. Karena sesuai dengan visi dan misinya, tentu diluar pulau Jawa. Ada ceritanya sesuai fakta pertenisan nasional.. Timbul idea kota2 yang dimana AFR pernah domisili. Sekolah Rakyat di Singaraja Bali dan juga kota pertama kali belajar tenis  , kemudian SMP di Mataram Nusa Tenggara Barat. SMA hanya betah 1 tahun di Bogor kemudian kembali menyelesaikan SMA di Mataram NTB Mahasiswa di Surabaya dan Manado sebelum  lokasi terakhir Jakarta tempat menikah dan berkeluarga.

Wah, ini kota2 yang tepat untuk jalankan visi dan misi AFR Peduli Tenis. Kita lupaksn dulu Bogor dan Surabaya karena tujuannya luar Jawa. Ditambahkan Kalimantan dan Sumatera sebagai pelengkap mewakili seluruh Indonesia, dan juga Papua yang sebenarnya sanggup jalankan program tersbut..

.Kota mana saja mewakili Kalimantan dan Sumatera. Kira2 Palangka Raya atau Balikpapan atau Pontianak yang ada lapangan 5-8 dalam satu kompleks. Kalau Sumatera prioritas pertama Palembang yang punya kenang2an tersendiri karena waktu direncanakan oleh Pemprov Sumsel, utusan PU datang menghubungi AFR waktu itu di Pelti. Termasuk persiapan dan perencanaannya mewakili Pelti, AFR turut dilibatkan termasuk PT Bukit Asam. Ada juga Pekanbaru dengan stadion PTPN V nya bekas Pekan Olahraga Nasional XVIII 2012. Ada satu lagi di Medan dengan lap Kebon Bunga nya.

Dalam program tersebut terdiri dari 3 turnamen dilaksanakan yaitu yunior minggu pertama kemudian kelompok umum dan veteran minggu keduanya. Kelompok umum berhadiah sekitar 100 juta sudah cukup menarik. Yang penting daerah terebut ada wadah turnamen bagi petenis lepas yunoor. 
Berarti dalam sebulan bisa 2 kota. Untuk setahunnya minimal 20 TDP kelompok yunior  dan 20 TDP  kelompok umum dan 20 veteran. Waduh seru sekali.Itu target minimal, karena kalau dibutuhkan maka pada waktu yang sama bisa saija dilakukan Turnamen sejenis diwilayah yang agak berjauhan supaya tenis itu tanbah gairahnya.
Disini dijalankan UBR yaitu pembentukan SDM tenis di kota2 tersebut. Sebelumnya dalam kerjasama ini dimintakan kesediaan Pelti adakan penataran wasit2 dan penataran pelatih yang berjenjang. Sekolah saja berjenjang begitu juga pelatih yang kali ini kesannya tidak diteruskan program PP Pelti sebelumnya.
Sebenarnya tugas Pelti semua ini,  tapi mengingat tanggung jawab bersama maka bisa kita kawal saja. Kelemahan itu yang terjadi saat ini. Keuntungan lain juga Pengprov Pelti dikota kota tersebut dipacu agar tidak diam. Harus dimengerti banyak kendala dialami PP Pelti selama ini tidak bisa menjalankan programnya sendiri. Disinilah tugas kita mengawal Pelti dalam menjalankan program tersebut. Kita tidak perlu saling menuding. Sebaiknya dijalankan saja.

Langkah apa dilakukan setelah ada program tersebut. Mulai dari internal, bentuk unit kerja dengan petugas2nya. Termasuk yang tidak kalah penting tugas Public Relations ditunjuk salah satu rekan media untuk menjalankan. Petugas2 ini semua profesional alias dibayar.
Begitu juga melibatkan Pelti setempat agar termotivasi menjalankan program diatas milik kita bersama. Tentunya program ini disepakati oleh PP Pelti dan diajak bicara bersama.
Untuk tuan rumah Pelti bisa cari sponsor yang tidak perlu diberikan ke AFR Foundation. Ada kas untuk Pelti tuan rumah nantiinya menjalankan program pembinaan yang butuh dana besar.

Program kedus yaitu UBR: Pertama sudah ada tawaran kerjasama oleh Rafael Nadal Academy di Portugal. Kok bisa sampai datang penawaran tersebut melalui WA. Sempat ditanyakan juga kok nama AFR dikenal. Dapat jawaban kalau direkomenfasi oleh the Asian Tennis Federation (ATF). Wow keren juga.
Program UBR  berikut kirim pemain ke RN Academy 4 petenis pilihan dengan beaya US $ 60 000 perorang.
Maka sesuai dengan AFR Peduli Tenis dipilih petenis yang mempunyai tinggi badan minimal 175 cm putra dan 170 cm putri dengan usia 16 th sampai 18 th.

Mulailah dihitung budgetnya yang selama ini menghantui organisasi. Dapat sesuatu angka milyar rupiah. Dicari lah tugas selanjutnya.Sekarang menjadi pertanyaan tentang dananya dari mana.
Tiba tiba dapat lah undian yang menggiurkan US $ 20 juta.

Saking gembiranya berteriak Horeee ! .... GEBRAAAKK demikian kerasnya sehingga mata terbuka melihat apa yang terjadi. Waduh rupanya hanya MIMPI belaka Tahu2 sudah jatuh dilantai dari tempat tidur. Rupanya mimpi AFR yang menggiurkan. Andaikan benar adanya alsngkah majunya Tenis di daerah kita cintai sebagai bentuk peran serta tenis Nasional.

Inilah akibat saking seriusnya memikirkan pertenisan kita. Padahal oleh rekan2 sudah dianjurkan enjoy saja ngurus tenis jangan dibawa stress. Sempat terpikirkan dan terucapkan masalah petenis saat ini tidak ada progress Karena teringat pertenisan nasional kita tidak kedengaran nama2 petenis daerah luar Jawa ketingkat nasional. 

Beda jauh dengan masa lalu. Teringat sudah waktu ikut PON V Bandung 1961. Setelah selesai muncul analisa tenis nerdasarkan tulisan oleh Bapak Katili  ditulis di Tabloid ANEKA nama2 petenis potensial dari hasil PON V 1961. Siapa saja. Ada Sofyan Mujirat ( Riau),  Lita Liem ( Sumatra Selatan) Jolanda Mangadil ( Sulawesi Utara), Ilyas Mappakaya ( Sulawesi Selatan) dan Ferry Raturandang ( NTB). Ini pertama kali nama AFR muncul di media massa nasional.. Begitu juga setelah itu muncul diera selanjutnya nama Iskandar Kita ( Sulawesi Selatan), Frangky Mewar ( alm, Maluku). Era Ketua Umum Pelti Yonosewoyo ada nama yang disebut oleh Yonosewoyo yaitu Alfred Raturandang ( Sulawesi Utara) sewaktu mengalahkan pemain andalan Yustedjo Tarik di turnamen resmi di Senayan. Pertandingan yang tidak menarik penonton kecuali keluarga Raturandang. Set pertama milik Yustedjo, set kedua milik Alfred. Saat set ketiga kedua pemain istrahatnya diluar lapangan ( kesan semau gue kedua pemain ditunggu wasit, karena belum ada ketentuan TDP saat itu ). Set ketiga penonton pun berdatangan begitu mendengar pertandingan 3 set. Akhirnya set ketiga Alfred unggul 6-0. Gempar
.
Era tahun 1989 muncul Abd Kahar MIM ( Kaltim), Donald Wailan Walalangi ( Papua ) , Edu Ismail (Papua), Dadang (Kalsel). Suzanna Anggakusuma (Sumsel) Kemudian muncul lagi Ayu Fani Damayanti ( Bali ), Nesa Artha (Bali), Tami Grende (Bali) yang bahkan mengukir peestasi dunia uyaitu Juara Wimbledon Junior. , Faisal Aidil ( Kalimantan Timur)

Dari Sulawesi Tengah banyak bermunculan nama2 petenis yunior Tommy Kartono bersama kakaknya Titi Kartono, Yanuar Mangitung, dari Manado muncul nama Conny Maramis, Yova Sumampouw, Albert Polohindang, Bunge Nahor dan Makassar muncul nama Luciana Lolong.

Saat ini siapa yang muncul dari daerah daerah tersebut. Tidak ada ,sedih rasanya. Ada yang salah. Akibat memikirkan dengan serius akhirnya terbawa mimpi. Oh oh rupanya hanya mimp, saking seriusnyai.

Tidak ada komentar: