Selasa, 28 Agustus 2012

Harus berani lakukan perubahan

Jakarta, 27 Agustus 2012. Ada satu pemikiran setelah melihat apa yang sudah diputuskan oleh PP PELTI tentang PON XVIII , masalah pesertanya ini juga sesuai anjuran KONI Pusat dalam pembatasan usia atlet. Dari hasil pembatasan usia yang seharusnya juga dilakukan seluruh cabang olahraga lainnya, khusus tenis kita bisa lihat hasilnya. Munculnya atlet muda dari beberapa daerah yang seblumnya tidak pernah berkiprah di PON akhir akhir ini. Kalau diikuti cara lama maka akan muncul juara atau pemenang medali adalah atlet seniornya. Kali ini bisa dilihat muncul Sumsel, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Papua Barat. Nah, jika lihat adanya hasil tersbut kenapa kita mulai galakkan daerah daerah lainnya. Caranya , induk organisasi selaku regulator bisa buat ketentuan baru juga khusus ke PORDA atau PORPROV. Jika PON diberlakukan usia 21 tahun maksimal, maka kenapa tidak diberlakukan juga di PORDA/PORPROV dengan batas usia 16 tahun atau 18 tahun. Jika dilakukan hal ini maka tentunya daerah atau kabupaten/kotamadya akan berlomba membina atletnya sebaik mungkin. Yang jadi masalah sekarang bisa kita kelihat kenyataan atlet Olimpiade ternyata main juga di PORDA/PORPROV. Hal yang sama dilihat di asian Games maupun SEA Games. Yang jadi pertanyaan, apakah kita mau merubah pola pembinaan saat ini yang sebenarnya sudah out of date, menurut pendapat saya.

Tidak ada komentar: