Kamis, 16 Agustus 2012

Dari PON Palembang ke PON Pekanbaru

Jakarta, 16 Agustus 2012. Semakin dekat pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional XVIII tahun 2012 di Pekanbaru saya merasa agak berbeda dengan PON XVI Palembang (2004) dan PON XVII Kaltim (2008)dimana kedua PON sebelumnya saya ikut dilibatkan sebagai Technical Delegate. Yang paling santai waktu itu di Palembang, hanya ada sedikit ketegangan di Technical Meetingnya saja. Sedangkan di PON XVII Kaltim saya memegang jabatan Technical Delegate dilibatkan juga sebagai nara sumber pembangunan stadion baru Balikpapan. Bahkan sewaktu checking lapangan yang sudah selesai dibangun, saya sempat minta satu lapangan (kalau tidak salah lap No. 7) untuk dibongkar karena ada kesalahan. Apa yang terjadi kontraktornya kewalahan dan saya tidak tolerir kalau tidak diperbaiki sebelum semua bangunan saya setujui. Sebulan menjelang pelaksanaan PON XVII Kaltim, jabatan saya sebagai Technical Delegate dicopot karena saya gagal dalam rapat KONI dengan KONI Provinsi di Samarinda. Saya diganti rekan sendiri yang juga Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti. Semua saya terima dengan lapang dada. Begitu juga sewaktu Technical Meeting saya masih ikut membantu rekan saya Technical Delegate. Acaranya waktu itu sempat juga disibukkan oleh Protes dari kontingen Bali yang saling berebut atlet putri Ayu Fani Damayanti dengan DKI Jakarta. Waktu ada pertanyaan yang sulit saya diminta oleh Sekjen PP Pelti Soebronto Laras agar maju kemeja pimpinan, tapi saya menghormati rekan saya yang selaku Technical Delegate, maka saya hanya membisikkan jawabannya agar diumumkan oleh Technical Delegate. Ini cara saya menghormati rekan saya. Artinya saya legowo dengan dicopotnya jabatan tersebut karena semua ini demi pertenisan kita sendiri bukan kepentingan pribadi Untuk PON XVIII tahun 2012, saya baru dilibatkan mulai 1 Januari 2012 selaku Technical Delegate menggantikan rekan saya yang sudah bekerja jauh jauh hari. Kali ini saya sendiri tidak melihat gambar venue stadion PTPN-V yang akan dibangun. Sewaktu saya pertama kali datang ke Pekanbaru melihat lokasi yang masih rata dengan tanah, saya baru pertama kali ditunjukkan gambar dari stadion tersebut.Bermodalkan tana file file yang sudah dilakukan, saya harus bekerja dengan sepenuhnya. Dan saya tahu kalau mengusulkan untuk dirubah beberapa lokasi atau ruangan tentunya hal yang tidak mungkin karena sudah ditenderkan dan juga bangunan ini milik BUMN bukan perusahaan pribadi. Ada yang janggal dan saya kemukakan kalau soal toilet untuk umum itu masih kurang karena diletakkan dipojok satu sisi saja. Ketika saya kemukakan kalau setiap pojok harus ada toilet karena andaikan penonton hanya 10 % dari kapasitas penonton ( 3.000) maka bisa dibayangkan kalau panjang antreannya. Langsung ditanggapi oleh petugas PTPN-V bahwa mereka meniru stadion tenis Kemayoran. Langsung saya katakan kalau toilet Kemayoran itu ada diempat sudut stadion, kemungkinan waktu site visit ke Kemayoran toilet lainnya ditutup karena rusak. Merekanun belum yakin, tapi ketika saya katakan kalau saya ini mantan sport manager Pusat Tenis Kemayoran sejak pertama kali dibangun sampai 6 tahun. Baru mereka terdiam. Sekarang sayapun melihat ada kejanggalan setelah sudah terbangun bangunan stadion tersebut. Tapi sudah tidak bisa dibongkar. Ternyata pintu masuk pemain ke lapangan stadion diletakkan ditengah tengah dinding didepan tribun VIP. Sayaun tidak mau mempersulit karena pelaksanaan PON sudah dekat. Padahal PON XVIII Pekanbaru yang paling ribet, karena turut campurnya pihak lain yang kurang berkenan dengan saya, dan tidak jujurnya teman teman saya sendiri. Tapi saya hadapi dengan lapang dada saja kalau tidak darah tinggi bisa naik terus....

Tidak ada komentar: