Rabu, 18 November 2009

Permasalahan di turnamen yunior

Jakarta, 18 Nopember 2009. Disela sela turnamen internasional ITF Jakarta Open 2009 di lapangan tenis Gelora Bung Karno, saya sempat berbincang bincang dengan para orangtua petenis yunior mengenai permasalahan yang timbul selama ini sering terjadi diturnamen tenis nasional khususnya kelompok yunior.
"Sebaiknya Om selenggarakan saja seminar sehari dengan para orangtua mengenai cara memotivasi anak anak ." ujar orang tua dari Rifanty Dwi dari Bandung.
Memang idea ini cukup positip sekali, karena keinginan orangtua mendukung putra dan putrinya cukup besar sekali bahkan ada kecendrunagn berlebihan yang mempunyai dampak yang tidak disadari sekali justru menjadi kendala perkembangan putra dan putrinya.

Saya langsung memberikan beberapa kejadian selama ini yang saya perhatikan disetiap turnamen tenis. Mulai dari persiapan menghadapi turnamen , sebaiknya mulai mendidik anak anak dari mengetahui kebutuhan kebutuhannya mempersiapkan peralatan pertandingan. " Kita mulai dari hal kecil, ajarkan anak anak mempersiapkan perlengkapan pertandingan seperti pakaian, kaos kaki, sepatu, air minum, handuk , snaar extra dll. " ujar saya kepadanya. Sebagai orangtua bisa mulai dengan mendikte agar ditulis sendiri kebutuhan kebutuhan tersebut dan minta anaknya sendiri yang persiapkan. Sikap orangtua hanya mengawasi saja, dan yang lakukan semua adalah anaknya sendiri. "Saya kira ini ada beberapa anak ataupun orangtua berat lakukan hal ini, seperti menyediakan pakaian dengan mengambil sendiri dilemari pakaian."

Begitu juga ada yang menghendaki agar disosialisasikan code of conduct kepada anak anak maupun orangtua, sehingga semua pihak menyadari ada kelakuan kelakuan dilapangan yang sudah melanggar ketentuan tenis sendiri. Disamping itu juga orangtuapun juga harus ketahui hak dan kewajiban putra dan putrinya , dan juga orangtua sendiri. Saya sendiri lebeih menekankan kalau posisi orangtua maupun pelatih disetiap turnamen bukanlah sebagai PESERTA, tetapi sebagai PENONTON saja, sehingga tidak punya hak untuk protes , apalagi berlebihan.

Tidak ada komentar: