Sabtu, 21 November 2009

Mengenal sedikit tentang Rooving Umpires


Jakarta, 21 Nopember 2009. Sudah dimulai selenggarakan turnamen tenis yunior tanpa gunakan wasit, yang tidak bertentangan dengan ketentuan yang dibuat International Tennis Federation (ITF). Banyak pihak belum mengenal hal ini sehingga sayapun mencoba memberikan masukan masukan sesuai dengan pengetahuan saya sendiri.

Pertandingan tanpa wasit, bukan berarti dilepas begitu saja. Tetapi disiapkan setiap lapangan satu petugas pengawas disetiap pertandingan sebagai pengganti wasit (chair umpires). Ini yang disebut rooving umpires. Kali ini di ITF Jakarta Jr Open diterapkan satu lapangan satu rooving umpire.
Yang saya mau ceritakan masalah tugas dan tanggung jawab rooving umpires tersebut.Karena pengamatan saya selama pertandingan ada sedikit rancu rooving umpires tersebut dalam menjalankan tugas. Begitu juga sewaktu turnamen sejenis di Surabaya di ITF Widjojo Soejono Semen Gresik 2009 yang saya terima laporan dari salah satu pelatih Malaysia (orang Indonesia).
Diceritakan sewaktu anak asuhnya (anak Malaysia) diundi oleh pengawas/rooving umpire tersebut ternyata menganjurkan lawannya (petensi Indonesia) agar memilih servis karena servis lawannya lebih bagus. Dia lupa lawannya dari Malaysia yang mengerti cakap Melayu. Ini sudah menyalahi, dimana tugasnya hanya mengundi kedua pemain untuk memilih bola atau tempat.

Sepengetahuan saya sebagai pengawas/rooving umpires bisa saja didalam lapangan dan bisa juga diluar lapangan, dimana kebutuhannya baru masuk setelah ada permintaan pemain yang tidak puas atas keputusan lawannya. Apalagi masalah bola keluar atau masuk, yang menentukan adalah pemain . Tetapi di lapangan gravel yang bisa dilihat kejelasan bekas bola jatuh itu dilapangan, pengawas/rooving umpires tidak bisa langsung mengatakan bola itu masuk atau keluar karena melihat jelas dari jauh. Jika diminta masuk, baru jalan menuju ketempat jatuhnya bola. Dan biarkan petenis yang menunjukkan jatuhnya bola, sehingga sebagai saksi bisa menyetujui kebenaran tersebut.
Tetapi dalam pelaksanaan apa yang saya lihat ternyata ada rooving umpire ini tanpa diminta sewaktu petenis melihat kepadanya langsung memberikan kode tangan kalau bola tersebut masuk dari tempat dia berdiri.

Liku liku masalah wasit sudah sering terjadi di pertenisan, tetapi sebagai atlet apa yang telah diputuskan wasit sudah harus diterima dengan bear hati, bukan langsung membuat masalah yang akibatnya akan merugikan diri sendiri. Kesal, marah dan sebagainya sehingga tidak bisa konsentrasi atas permainannya, akibatnya akan rugi sendiri.
Bukanlah suatu jaminan jika seorang wasit bisa 100 % menjalankan tugas dengan baik, namanya manusia bisa saja buat kesalahan. Dan ini terjadi di setiap turnamen. Makin sedikit buat kesalahan tentunya makin baik reputasi wasit tersebut.
Dengan adanya wasit disuatu turnamen sering terjadi kesalahan call karena berdasarkan kemampuan fisik dan visual masing masing berbeda. Maka dari itu setiap tahun ITF selalu minta laporan kegiatan wasit ITF dan laporan kesehatan khususnya mata dari dokter yang harus dikirimkan diakhir tahun ke ITF
.

Tidak ada komentar: