Rabu, 11 November 2009

Jadikanlah The best of 5 sets untuk Putra


Jakarta, 11 Nopember 2009. Salah satu kelemahan atlet tenis Indonesia adalah fisik. Ini sudah lama terjadi sejak saya mulai memperhatikan petenis nasional. Kalau dulu sering dikeluhkan dengan masalah kurangnya dana, tetapi bukan itu sebenarnya yang terjadi saat ini menurut pengamatan saya. Boleh saja setiap petenis maupun pelatihnya mengatakan selalu memperhatikan masalah fisik atletnya. Itu sah sah saja, tetapi saya melihat sendiri hasilnya dilapangan , yang bisa digunakan sebagai ukuran sewaktu ikuti turnamen turnamen baik nasional maupun internasional. Apalagi kalau pertandingan sampai 3 set, dimana hasil diset terakhir sangat menyedihkan. Bisa kalah 6-0, ataupun 6-1. Dimana letak kesalahannya.
Kali ini saya tidak berbicara masalah tehnik , karena sudah wewenang pelatih. Sebenarnya bisa dikatakan masalh rendah, belum setingkat atlet internasional.

Memang saya akui ada teori kepelatihan mengatakan ada 3 kategori yaitu Tehnik 10 %, Fitnes 10 % dan physiologis atau dikenal dengan mental 80 %. Ini khususnya bagi tournament player, artinya sudah menjadi petenis prestasi atau juga nasional.
Walaupun hanya 10 % fitnes sangatlah penting. Bagaimana komponen lainnya bisa menunjang jika fisik sudah hancur, maka tidak bisa berbuat apa apa lagi.

Saya melihat saat ini masih ada kelemahan fisik terjadi bagi atlet tenis nasional. Yang menjadi pertanyaan kenapa bisa begitu ? Kembali kepada diri masing masing petenis, jika mau jadi petenis profesional tentunya datang dari diri sendiri. Mulai dari mendisiplinkan dirinya sendiri diluar lapangan maupun didalam lapangan.
Ada satu kendala yang tidak terlihat bagi orang luar. Diera teknologi informasi yang cukup pesat ini ada satu pemainan yang menjadi racun sebenarnya menurut saya. Yaitu yang dikenal sebagai "play station." Karena sudah sulit dikontrol baik orangtua mauapun pelatihnya. Jika didalam kamar tidur, apakah bisa diketahui atlet tersebut sudah istrahat, bukannya justru keasyikan bermain PS (play station). Kalau sudah asyik, maka bisa sampai larut malam bahkan sampai subuh. Nah, jika sudah demikian makan disetiap try out badan sudah capek, tetapi ditempat tidur masih bisa menyalurkan hobi tersebut. Ini bahayanya. Belum lagi kecanduan FB (facebook). Saya sendiri kalau lagi keasyikan dengan FB, pernah lupa waktu. Begitu lihat jam sudah menunjukkan pukul 03.00 pagi.

Tetapi ada satu solusi bisa dilakukan untuk petenis nasional. Kita sudah mengenal ditahun 2009 ini sudah makin banyak turnamen nasional kelompok umum, menyediakan prize money menggiurkan. Mulai dari Rp. 100 juta sampai Rp. 500 juta. Bagaimana caranya agar petenis menjalankan kegiatan untuk peningkatan fisiknya bisa dilakukan tanpa disadari. Kok bisa. Karena saya melihat sepertinya jika disuruh latihan fisik, atlet merasa seperti beban. Maka yang timbul berbagai alasan agar tidak mengikuti latihan fisik tersebut.
Caranya adalah turnamen nasional kelompok umum itu diubah sistem pertandingannya. Kalau saat ini menggunakan sistem the best of 3 sets, maka sudah saatnya ditingkatkan menjadi the best of 5 sets. Ini khusus untuk putra, sedangkan putri tetap the best of 3 sets.
Teringat masa lalu, turnamen masih sedikit tetapi sistem yang digunakan adalah the best of 5 sets. Saksi saksi hidupmasih ada yaitu Diko Moerdono, Soegiarto Soetarjo merasakannya. Nah , kembali kepada penyelenggara turnamen, apakah mau merubah sistem tersebut. Ini untuk kepentingan nasional
.

Tidak ada komentar: