Jakarta, 25 September 2014. Mengenai masalah jual beli atlet tentunya setiap insan berbeda pendapat dan itu sah sah saja. Karena setahu saya, atlet wajib berlaku SPORTIF tetapi tidak berlaku untuk PEMBINAnya. Ini yang harus diketahui semua pihak. Bayangkan begitu ngototnya anggota pengurus Pelti bahkan petinggi pemerintah darah didepan saya katakan kalau atlet tersebut adalah hasil binaan mereka. Tapi saya anggap ada betunya ungkapan tersebut karena petinggi tersebut merasakan hasil UANG daerahnya sehingga bisa berlaga sehingga berani beraninya mengklaim kalau itu hasi binaannya. Padahal setahu saya dengan pengalaman berpuuh tahun mengenai atet tenis itu berasal dari mana bahkan kenal sama orangtuanya dan alamat rumahnya. Masih saja mereka ngotot kalau hasil binaannya. Aneh tapi kenyataannya begitu.
Nah, kalau saya sependapat dengan pendapat Gubernur salah satu daerah seperti yang diungkapkan oleh Ketua Pengda Pelti dalam pertemuan disalah satu rakernas, disebutkan kalau seaiknya Pekan Olahraga Daerah atau PORDA dihapuskan saja karena itu hanya "project dari KONIDA"
Saya hanya katakan saya bisa bantu dengan melihat daftar nama atlet yang dikirimkan oleh Pengda Pelti sewaktu akan ditentukan Pra PON. Dari daftar tersbut saya bisa ungkapkan atlet mana yang masih bermasalah. Karena kalau didepan pelatih ataupun orangtua atlet selalu katakan sudah beresa aturan mutasinya. Tetapi kenyataannya belum beres bagi yang tahu aturan tersebut.
Bahkan saya sempat berbicara dengan salah satu Sekretaris Pengda Pelti yang aktip beli atlet dari daerah lain, yang menyalahkan daerah lain yang tidak mau melepas atlet yang dibelinya.
Nah, ini dia kita harus tahu juga dong win win solutions nya, jangan mau menang sendiri. Karena semua itu ada aturan mainnya, jangan anggap banyak uang bisa beli senenaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar