Jakarta, 24 September 2014. Hari ini saya terima telpon dari rekan lama saya menceritakan masalah percekcokannya dengan salah satu pelatih tenis yang disebut sebagai CALO dalam jual beli atlet dalam rangka Pekan Olahraga.
Saya sendiri ingin tertawa karena sudah memperkirakan akan makin ricuh masalah jual beliatlet kedapan makin lebih gila saja. Ini bisa terjadimulaidari pelatih yang seharusnya fokus kepada pembinaan atlet tenis bukan sebagai marketer. Dan dalam catatan saya kalau dulu hanysatu dua pelatih lakukan hal ini. Tetapi kaliini makin terbuka makin banyak. Bisa dibayangkan ada yang pelatih duduk dikepengurusan suatu daerah tetapi berhasil menjual atetnya kedaerah lainnya. Nah, dimana sebagai tanggung jawabnya dikepengurusan Pelti diaerahnya. Hal seperti ini ada yang diketahui oleh Ketua Pengdanya tetapi banyak juga yang tidak diketahui oleh Ketua Pengdanya . Mungkin karena Ketua Pengdanya hanya namanya saja dalam kepengurusan tersebut sehingga tidak mengikuti secara mendetail. Itlah yang terjadi.
Dalam cerita telpon tersebut disebutkan kalau pelatih ini yang membawa daerahnya mendapatkan medali emas dan sekarang atlet dalam tim tersebut ditawarkan kedaerah lainnya. Lucunya rekan saya ini sebagai pengurus Pelti didaerahnya seolah olah melarang atau penghambat transaksinya. Nah, ini baru seru karena keduanya juga sama sama keras dalam prinsip masing masing. Bahkan sampai diucapkan masalah kesarjanaan pelatih tersebut diungkit ungkit pula. Karena yang telpon adalahpelatihnya maka akhirnya pelatih tersebut memutukan hubungan telpon tersebut.
Nah, menurut saya sih kalau uang sudah berbicara maka semua menjadi buta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar