Sabtu, 22 Mei 2010

Gunakan aturan berbeda Turnamen usia 10 tahun

Jakarta, 22 Mei 2010. Setelah ikuti beberapa hari Youth National Training Camp dibawah pelatih ITF Suresh Menon, saya melihat ada yang harus kita lakukan perombakan demi kemajuan tenis di Indonesia. Dan saya akan coba membuat terobosan. Dari informasi yang saya dapatkan dari pelatih Suresh Menon, kalau beberapa tahun lagi ITF akan keluarkan aturan baru mengenai turnamen KU 10 tahun ataupun 12 tahun.
Saya menyadari kalau aturan ataupun hasil riset ITF ini akan mendapatkan tantangan dari orangtua maupun pelatih kita. Masalahnya merubah suatu kebiasaan tentunya akan mendapatkan reaksi yang besar, yang melupakan tujuan perubahan tersebut.

Saat ini ITF sudah perkenalkan program Play and Stay in Tennis, dimana bentuk raket maupun ukuran lapangan dan bola dimodifikasi berdasarkan kebutuhan atlet tersebut. ITF menganjurkan agar ukuran lapangan diperkecil, bola 50-75% dari normal, raketpun diubah sesuai bentuk badannya.
Untuk itu, karena saya sendiri sebagai penggagas turnamen RemajaTenis yang mempertandingkan KU 10 th, 12 th, 14 th dan 16 tahun, tentunya akan mempromosikan turnamen KU 10 tahun dengan menggunakan metode ITF ini.
Karena jika diusia dini seperti ini penguasaan tehnik salah maka dikemudian hari akan mendapatkan hasil yang salah juga. Ini yang harus dihindari sekali. Tetapi saya yakin jika diubah sesuai kehendak ITF maka akan menimbulkan reaksi keras dari orangtua (mayoritas minim pengetahuan tenis) maupun pelatihnya.
Terlihat sekali ada beberapa atlet yang masuk Youth National Training camp datang dari 11 provinsi yi Sumatra Barat, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, NTB, Jawa Tengah, Jawa Barat,Banten dan DKI, yang datang dari mini tenis lebih lengkap pukulannya. Berbeda sekali dengan gaya permainan atet yang mengenal tenis tidak melalui mini tenis.
Saya bicara masalah kualitasnya, tetapi diusia muda seperti ini diperlukan kualitas pukulan dimiliki atlet lebih utama.

Memang ada yang bertanya, cara seleksi didalam Youth National Training Camp ( dari 20 akan diambil 10 atlet untuk training selanjutnya). Seleksi akan dilihat selain dari kondisi fisik yang dimiliki berdasarkan test fisik yang dilakukan oleh pelatih fisik Robert Ballard (Australia). Dugaan mereka adalah ada pertandingan, ternyata tidak demikian. Secara sepintas saya melihat akan ada kombinasi hasil test fisik dan tehnik yang diamati oleh pelatih langsung. Kalau test fisik itu jelas sekali datanya.

Kitapun harus berani lakukan perubahan tersebut demi kemajuan tenis Indonesia. Setelah melihat contoh contoh dilakukan pelatih terhadap atlet yang ikuti latihan ini. Ada yang raketnya kebesaran (mid-size) dengan tegangan snaarnya sangat lembek. Beberapa unsur penunjangnya yang harus diperhatikan lebih baik. Ini akibat pengetahua pelatihnya sangat mini.

Tidak ada komentar: