Jakarta, 7 Agustus 2019 , Semenjak tidak duduk dalam kepengurusan PP Pelti ( 2012), AFR sudah berkomitmen tetap konsisten menjalankan turnamen khususnya junior, sehingga beberapa Pengurus Pusat Pelti bisa melihat kenyataan dilapangan tetap menggunakan tenaga AFR untuk bisa membantu. Bahkan dari Singapore yaitu SEA ParaGames Federatian juga tertarik menggunakan tenaga AFR sehingga mengundang sebagai Technical Delegate dalam acara Asean Paragames 2017 di Malaysia khusus nya Tennis.
Kemudian timbul pro dan kontra bisa mencul dari Pelti maupaun instansi terkait. bahkan Organizing Commmitte Tennis Asean Paragames 2017 Kuala Lumpur juga bertanya tanya kenapa Technical Delegate dari Indonesia tapi Indonesia tidak kirim team.
Kemudian awal tahun 2017 turut diundang duduk dalam kepanitiaan INASGOC oleh PP Pelti. Inipun muncul pro dan kontra dan berachir dengan diganti pada 15 Desember 2017 oleh PP Pelti yang baru baru terpilih karena diisukan termasuk tim sukses kandidat lawan nya.
Teringat kembali Jakaring Sport City. Disini ada 2 masalah yang muncul yaitu test event Asian Games 2018 dan kedua MedcoEnergi Junir Champs-2 yang lalu.
Dalam persiapan test event Asian Games 2018 pada awal November 2019. Selaku Ketua Panpel adalah Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti. Muncul lah masalah, tetapi AFR disuruh mengatasi nya dengan datang duluan ke Palembang, Sehari sebelum ke Palembang saya terima WA dari Wakil Sekretaris Pengprov Pelti Sumsel yaitu tagihan sewa lapangan Stadion Bukit Asam Jakabaring Sport City sebesar Rp 200 jutaan. Wow kok dikirim ke AFR karena mengetahui Direktur Turnamen adalah AFR. Urusan Pengprov Pelti Sumsel, dikembalikan keoada Pengprov Pelti Sumsel.
Ketika di Palembang AFR dihubungi oleh petugas dari Jakabaring Sport City agar menghadapr management JSC. Ketika itu menyadai kalau management JSC yang sebagai pengelola sangat konsen masalah lapangan JSC yang masih ditangan kontraktor belum dialihkan ke JSC sehingga mereka kuatur sekali. Tepai ketika kami jelaskan bahwa maksud dan tujuan Test Event Asian Games untuk melihat kekurangan kekurangannya baik keadaan fisik lapangan maupiun pelaksanaan, Hal ini dapatlah dimengerti. Masalah tagihan Rp 200 jutaan itu urusan lain. Kemudian AFR diberi solusi saking koperatip nya management JSC yaitu agar menghubungi Kadispora Sumsel yang kebetulan AFR kenal baik nanti Kadispora yang akan menghubungi Kepala PU yang mengawasi renovasi lapangan , Langsung kebiasaan AFR melalui WA dari pada telpon ke Kadispora Sumsel. Tinggal tunggu 15 menit ternyata Manager JSC terima telpon dari pejabat PU tersebur untuk menyampaikan ijinnya
Bereslah urusan nya. Intinya komunikasilah selalu agar mendapatkan kemudahan , Inilah resepnya bukan lagi masanya main kuasa atau injak kaki.
Petinggi Pelti dikuasai pejabat daerah selalu tidak ada pendekatan langsung, selalu berpikiran menggampangkan diri nanti hubungi Gubernur karena merasa jalur itu yang paling gampang.
Bayangkan untuk turnamen 24 - 28 Juli 2019 awal Juli belum dihubungi. Cara kerja apa ? Sedih sekali kalau cara begini urus olahraga. Kapan bisa maju tenis Indonesia ?
Toh sewa lapangan dibayar PP Pelti menurut Kabid Pertandingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar