Jakarta, 13 Oktober 2014. Kemarin saya sempat menonton pertandingan internasional yunior di Kemayoran dengan hasil yang keluar sebagai juara justru petenis asing dan hanya satu saja petenis tuan rumah sampai final tunggal putra. Trhibur juga hati kta melihat disektor ganda, ternyata ganda baik putra maupun putri dikuasai oleh petenis tuan rumah. Bukan mengecilkan arti ganda tetapi ada sedikit kebanggaan kalau berhasil di tunggal.
Sewaktu itu saya sempat bertemu dengan salah satu pelatih di Jakarta, berbincang bincang tentang potensi atlet kita ini. Dia juga cukup prihatin terhadap pertenisan kita ini kalau dikelola seperti ini maka sulit akan berkembang.
Sayapun mempunyai satu kesimpulan kalau bagi seorang pelatih itu lebih menguntungkan kalau melatih banyak petenis yunior yang bisa dibilang termasuk pemula, karena tentunya lebih penting dapur dulu bisa ngebul istilahnya baru bisa bergerak lebih jauh. Praktis belum ada yang mengkhususkan diri ke prestasi. Ada sih ada, tetapi yang jalankan hanyalah asistennya. Tidaklah heran karena belum ada pelatih yang dibayar besar untuk melatih prestasi bagi atlet yunior tersebut, sehingga pelatih kita konsentrasi ke pemula ini. Boleh dikatakan saat ini sistem subsidi silang aja dalam pembinaan atlet prestasi. Sehingga tentunya hasilnya seperti subsidi silang juga. Antara ya dan tidak.
Sayapun ketika asyik melihat permainan anak2 Indonesia, sayapun bertanya dengan salah satu rekan yang kebetulan dia itu anggota pengurus Pelti Pusat. " Mana pelatihnya (si A itu yang lagi main) ? Ternyata katanya tidak kelihatan. Aneh sekali ya, kalau mau bentuk suatu prestasi tetapi pelatihnya tidak hadir melihat perjuangan atlet binaannya.
Yang jadi pertanyaan sekarang apakah pelatih kita tidak ada yang memiliki goals ke Wimbledon ? Kalau sampai demikian jangan haraplah petenis kita bisa berbicara kedunia internasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar