Kamis, 01 Agustus 2013

Training camp tidak dikenal lagi

Jakarta, 1 Agustus 2013. Kesan yang saya terima sewaktu berbicara dengan petinggi PB Pelti beberapa bulan lalu dikantor Ketua Umumnya, adalah banyak program lama akan tidak diteruskan. Tetapi direncanakan semua terkonsentrasi ke turnamen. Ada beberapa kegiatan sesuai dengan program ITF yang telah dilaksanakan, kelihatannya akan dilupakan tetapi semua terkonsentrasi ke turnamen. Turnamen akan diperbanyak, ini satu langkah positive juga
Tetapi saya masih kurang sreg kalau mereka ini melupakan salahsatu program pemassalan yaitu pengenalan tenis kepada masyarakat awam. Apakah ini mau diserahkan kepada masyarakat sendiri atau kepada Pengda atau Pengcab Pelti atau klub sekalipun, ini saya belum jelas..

Tetapi yang dikemukakan adalah tidak akan ada training camp. Tetapi akan konsentrasi ke turnamen sebanyak mungkin. Itu yang saya tangkap sesuai dengan perkataan petinggi PB Pelti sendiri kepada saya waktu itu. Tetapi karena kedatangan saya mau mendengar program mereka tentang turnamen maka saya tidak banyak komentar.
Tetapi saya merasa kalau grass root development ini dilupakan mau jadi apa tenis dimasa mendatang. Saya kuatir populasi tenis akan berkurang padahal sekarang ITF begitu getol kampanye program Play & Stay in Tennis. Keberulan saya sempat ikuti program ITF ini sehingga saya anggap program ini perlu digalakkan lagi 
Tetapi semua ini kita pulangkan kembali kepada mereka yang sekarang bertanggung jawab atas pertenisan Indonesia. Tetapi semua hars jelas apakah mau diserahkan kepada masyarakat tenis atau masih mau ditangani sendiri. Kalau turnamen tenis itu sudah ada aturannya yaoti siapa saja boleh selenggarakan turnamen tenis. Nah, kalau program pengembangan apakah mau diserahkan maka semua harus jelas karena penanggung jawab dari setiap program tentunya berbeda dengan penanggung jawab dilapangan nantinya. Saya punya pengalaman pahit juga dimana dimata ketua umum ada program yang saya mau bantu dan sangat disetujui oleh Ketua Umum maupun petinggi lainnya. Tetapi apa jadinya setelah saya kirim surat resmi melalui email dan surat langsung maka begitu tahu saya yang sebagai pemohon maka otomatis petugas dilevel bawah menolaknya dan anehnya justru petinggi diatasnya tidak bisa berbuat apa apa begitu juga Ketua Umumnya. Saya haya dianjurkanuntuk sementara lupakan dulu. Padahal saya mau membantu dan yakin jika diijinkan saya bisa laksanakan dalam setahu 3-4 kali sedangkan PB Pelti sendiri mungkin hanya sekali saja.. . 

Tidak ada komentar: