Selasa, 28 Agustus 2012
Harus berani lakukan perubahan
Jakarta, 27 Agustus 2012. Ada satu pemikiran setelah melihat apa yang sudah diputuskan oleh PP PELTI tentang PON XVIII , masalah pesertanya ini juga sesuai anjuran KONI Pusat dalam pembatasan usia atlet. Dari hasil pembatasan usia yang seharusnya juga dilakukan seluruh cabang olahraga lainnya, khusus tenis kita bisa lihat hasilnya. Munculnya atlet muda dari beberapa daerah yang seblumnya tidak pernah berkiprah di PON akhir akhir ini. Kalau diikuti cara lama maka akan muncul juara atau pemenang medali adalah atlet seniornya.
Kali ini bisa dilihat muncul Sumsel, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Papua Barat.
Nah, jika lihat adanya hasil tersbut kenapa kita mulai galakkan daerah daerah lainnya. Caranya , induk organisasi selaku regulator bisa buat ketentuan baru juga khusus ke PORDA atau PORPROV. Jika PON diberlakukan usia 21 tahun maksimal, maka kenapa tidak diberlakukan juga di PORDA/PORPROV dengan batas usia 16 tahun atau 18 tahun. Jika dilakukan hal ini maka tentunya daerah atau kabupaten/kotamadya akan berlomba membina atletnya sebaik mungkin.
Yang jadi masalah sekarang bisa kita kelihat kenyataan atlet Olimpiade ternyata main juga di PORDA/PORPROV. Hal yang sama dilihat di asian Games maupun SEA Games.
Yang jadi pertanyaan, apakah kita mau merubah pola pembinaan saat ini yang sebenarnya sudah out of date, menurut pendapat saya.
Rabu, 22 Agustus 2012
Perasaan Belum Tenang
Jakarta, 22 Agustus 2012. Mendekati pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional XVIII tahun 2012 di Pekanbaru, perasaan belum tenang masih menghantui diri saya karena baru kali ini saya menjabat Technical Delegate secara tidak mulus dalam arti banyak godaan yang selalu menjadi pusat perhatianku sendiri. Walaupun beberapa kali ke Pekanbaru, bukan berarti sudah mulus semua. Tanda tanda itu jelas terlihat didalam kunjungan saya ke Pekanbaru selalu tidak mulus seperti keinginan saya dalam melaksanakannya. Berbeda sewaktu saya memegang technical Delegate PON XVII th 2008 di Balikpapan sebelum diganti menjelang PON sendiri. Setiap keinginan bertemu dengan seluruh anggota Panpel selalu terlaksana. Berbeda dengan di Pekanbaru, keinginan bertemu seluruh anggota (panpel inti) selalu belum pernah terpenuhi Hanya sekali bertemu tetapi tidak lengkap seperti keinginan saya. Ini suatu tantangan bagi saya. Begitu juga SK Panpel baru saya bisa lihat secara resmi dibulan Agustus 2012. Bisa dibayangkan sudah tinggal sebulan.
Terakhir kali saya ke Pekanbaru akhir Juli 2012, saya terima daftar nama peserta yang dikeluarkan oleh tim keabsahan PON XVIII dari KONI Pusat dan yang dipegang oleh Ketua Panpel Tenis PON XVIII di Pekanbaru. Materinya sama tetapi yang berbeda adalah judulnya. Yang PP Pelti terima adalah Daftar sementara peserta PON XVIII 2012 Riau sedangkan yang diperlihatkan oleh Ketua Panpel adalah Daftar Peserta PON XVIII. Tentunya dari judulnya sudah berbeda artinya. Dari daftar tersebut banyak keganjilan yang muncul dan sudah dipertanyakan secara resmi, tetapi hasilnya saya belum tahu. Kemudian lagi saya belum pernah melihat daftar perlengkapan kebutuhan cabang olahraga tenis tetapi sudah dilihat langsung oleh Ketua Panpel. Biasanya selama ini di PON selalu perlengkapan itu harus mendapatkan approval dari Technical Delegate, tetapi kali ini tidak , hanya oleh Ketua Panpel. Bagi saya bukan masalah, karena saya tinggal minta saja dan kalau tidak dipenuhi maka itu tanggung jawab Ketua Panpel. Begitu juga seaktu cek pembangunan lapangan, jauh jauh hari sudah saya ketahui ada yang belum beres sehingga sewaktu cek lapangan ada yang saya minta agar dibongkar Tapi kali ini beberapa hal kurang benar terpaksa saya harus berikan solusinya karena tidak mungkin harus dibongkar atau ditambah karena menyangkut beaya dan waktu yang sangat pendek.
Jika baca salah satu media cetak daerah maka saya melihat ada masalah dalam status atlet. tetapi saya tunggu saja dari tim keabsahan PON XVIII yang akan saya pakai sebagai badan yang sah untuk pengesahan peserta.
Melihat bergitu kompleksnya masalah, saya cuek saja agar jangan sampai stress akibat ulah rekan rekan sendiri.
Yang penting daftar nama tersebut harus saya terima dari Tim Keabsahan Peserta PON XVIII sebelum saya ke Pekanbaru tanggal 2 September 2012. Disinilah perasaan saya kurang tenang menghadapinya walaupun saya mau cuek saja sebagai solusinya, karena feeling saya mengatakan ada masalah.
Selasa, 21 Agustus 2012
Banyak Pertanyaan
Jakarta, 21 Agustus 2012. Ketidak puasan atas suatu keputusan dilakukan oleh pimpinan sering kali tidak mengenakkan bagi atlet maupun orangtua tanpa melihat latar belakang dari suatu keputusannya tersebut. Hal ini terjadi juga sewaktu muncul suatu tawaran program Prima Pratama tersebut. Saya sering diajak diskusi ketika dibutuhkan oleh pimpronya. Prima Pratama tahun pertama sudah berlangsung dan tahun keduapun sudah berlangsung. Sewaktu mau masuk ke program tahun kedua saya diminta bantuan pemikiran. Memang yang paling utama dalam bahan evaluasi adalah prestasi. Karena kalau dalam satu tahun tidak ada kemajuan prestasinya maka kenapa harus dipertahankan.
Setelah itu dilakukan seleksi dengan datangkan pelatih ITF sebagai pihak yang bebas dari subjektivitas pimpronya.
Memang dalam diskusi itu saya terima masukan kalau ada salah satu orangtua yang bertingkah selama setahun ini. Mulai dari dalam keikut sertaan turnamen diluar Jakarta membuat ulah yang menurutnya memalukan, padahal prestasi putranya cukup baik Ditambahkan pula orangtuanya pernah sedikit emosi atau "sombong" menyampaikan kepada Pimpro tersebut kalau dia siap atau bukan masalah kalau putranya dikeluarkan karena dia sudah punya sponsor. Ya, begitulah suasana pertenisan kita. Ketika saya diminta pandangan keinginan keluarkan atlet tersebut, saya hanya mengiyakan saja kalau alasan tersebut benar adanya.
Dengan kehadiran pelatih ITF diharapkan pemilihan melalui seleksi didepannya akan menghasilkan pemain lebih baik. Memang sewaktu nominasi anak2 yang akan diseleksi , saya terima telpon salah satu orangtua yang menanyakan masalah putranya tidak dipanggil ikut seleksi. Dan memang atlet tersebut pernah masuk dalam 4 besar turnamen. Sehingga saya mau usulkan ke Pimpronya. Karena seleksi itu sebagai kebanggaan bagi atlet yunior. Dan keinginan orangtua tersbut saya tampung dan bisa ikut seleksi tersebut walaupun gagal lolos. Yang penting ikut dulu sehingga bisa memacu atlet yunior tersebut meingkatkan latihannya sehari hari.
Keluhan pelatih
Jakarta, 21 Agustus 2012. Ada satu cerita disampaikan oleh adik saya sendiri masalah anak asuhnya di tennis campnya. Penyampaian ini bisa juga sebagai keluhan untuk diketahui abangnya selama ini sebagai tempat curhatnya. Memang saya tahu dalam setahun ini dia menampung keinginan atlet tenis yunior dari luar Jakarta untuk meningkatkan prestasinya dengan ikuti training camp yang dimilikinya. Saya tahu pelatih training campnya itu memiliki asisten selain putra putranya juga ada asisten pelatih yang memiliki sertifikat ITF Level-1. Saya sendiri sudah pernah sampaikan kepadanya kalau dia itu sudah harus menciptakan atlet nasional. Masa lalunya berhasil munculkan atlet tenis yunior baru dari nol sudah berhasil karena sejak tahun 1980 dia sudah melatih petenis pemula sampai kepuncak prestasi diraih salah satu putranya yaitu Andrian Raturandang mantan petenis nomor satu Indonesia Sekarang Andrian sudah menjadi pelatih dan sudah memiliki sertifikat ITF Level-1 seperti adiknya juga Rivelino Raturandang Kedua kakak beradik ini bersama dengan Bapaknya (Alfred Raturandang) yang membina training camp yang dimilikinya yaitu ARTC.
Diceritakan kalau salah satu anak asuhnya itu sudah menjelek jelekan ARTC melalui facebook. Dan itu diketahui oleh anak asuh lainnya yang sempat menyalin status dari salah satu anak asuhnya tersebut. Memang saya pernah tahu kalau salah satu anak asuhnya berasal dari Surabaya itu masuk kedalam training campnya karena permintaan dari orangtua anak tersebut Dan dalam beberapa bulan atlet tersebut sempat melejit, bahkan sempat terpilih masuk dalam program Prima Pratama karena bantuan adik saya ini. Diceritakan sewaktu seleksi Prima Pratama karena kedekatan dengan pelatih ITF yang diminta bantuan menyeleksi atlet Prima Pratama di Jakarta. Saat itu posisi atletnya sudah masuk calon tereliminer karena kalah, tetapi berkat permintaan dia sehingga masih diberi kesempatan tanding lagi, ternyata berhasil menang sehingga membuat pelatih ITF tertarik atas permainannya Kenapa masalah muncul setelah berhasil lolos masuk dalam program Prima Pratama tersebut. Muncul suatu kecemburuan saja.
Ini akibat masuk lagi salah satu atlet baru yang atas permintaan Andrian Raturandang kepada adik saya ini untuk ditampung dalam kepelatihan ARTC tersbut. Dikatakan oleh Andrian kalau atlet baru ini ( asal Semarang ) menurut pengamatannya cukup berbakat.
Masuknya atlet Semarang dalam campnya ini membuat muncul kecemburuan baru bagi atlet Surabaya tersebut Karena dalam beberapa turnamen nasional dimana keduanya bertemu maka atlet Surabaya tersebut kalah. Diceritakan pula ditambah dengan berhasilnya atlet Semarang tersebut terpilih masuk dalam tim World Junior Tennis (KU 14 tahun) sebagai wakil Indonesia setelah melalui seleksi nasional. Sedangkan atlet Surabaya tersbut gagal dalam seleksi nasional
Berbagai upaya dilakukan atlet Surabaya ini dengan menghasut atlet lainnya dalam ARTC agar keluar. Dan semua diceritakan oleh anak asuhnya yang asal dari luar Jakarta.
Ternyata seperti yang diceritakan dalam facebook distatusnya disebutkan kalau dia keluar dan menyatakan campnya itu hanya mengejar uang saja. Ini yang membuat pelatih dan timnya tersinggung berat. Ketika dikonfrontir langsung, atlet tersebut hanya katakan kalau bukan dia yang buat. Ini berbeda sekali dengan kelakuan selama ini didalam camp yang sudah tidak layak.
Sehingga terjadilah dialog antara orangtuanya dengan Andrian Raturandang yang cukup keras.
Ya, begitulah pertenisan kita ini saya sering melihat keluar masuknya atlet dalam training camp merupakan hal yang biasa. Yang saya sayangkan kalau sampai terjadi perang komunikasi keduanya. Saya sendiri sering katakan kalau ikuti suatu training oleh salah satu pelatih harus punya target keberhasilan sebagai evaluasi pembinaannya. Janganlah sampai untuk seumur hidup didalam training camp tersebut. Apalagi kalau dalam satu periode tidak ada tanda tanda keberhasilan Sebagai tolak ukur bisa digunakan peringkat nasional atau keberhasilan dalam suatu turnamen sebagai juara. Saya hanya anjurkan dia agar konsentrasi saja dalam training campnya dan munculkan petenis nasional sehingga bisa memberikan karya terbaiknya dipertenisan nasional. Ini lebih penting daripada ribut ribut dengan keluar masuknya atlet atlet tersebut. Tetapi kalau sudah melihat ada tanda tanda tidak disiplin atlet maka jangan segan segan keluarkan saja dari training camp tersebut. Demi nama baik campnya.
Sekitar Pilkada
Jakarta, 21 Agustus 2012. Setelah bertemu dengan sanak saudara dalam rangka merayakan Lebaran, saya mendapatkan cerita bagaimana akibat dari suatu Pilkada Ternyata dalam Pilkada tersebut pejabat yang sedang menjabat ikut kampanye kalah suara dalam pemilihan tersebut. Akibatnya para Lurah disuatu wilayah dipanggil oleh Camatnya Menurut cerita yang saya terima dikatakan kalau dikecamatan tersebut suara yang memilih pejabat tersebut hanya 7 (tujuh) suara saja.
Tanggapan yang muncul dari saudara saya tersebut dikatakan kalau sekarang rakyat sudah pintar memilih. Sudah tidak mempan lagi kalau zaman orde baru dijalankan lagi.
Kemudian saya mendengar dari rekan saya sendiri yang mengatakan kalau para gurupun dikumpulkan oleh kepala dinasnya dalam rangka buka puasa bersama. Mungkin juga akan jalankan misi seperti rekan diatas, mungkin juga tidak karena murni menjalankan ibadah Puasanya.
Ada lagi cerita dimana dalam kampanye didepan ibu ibu, dikatakan kalau memilih yang ahli, bukan kepada yang baru. Tapi tanggapan yang muncul adalah, kalau yang ahli saja selama ini tidak bisa mengatasi permasalahan yang muncul dimasyarakat maka lebih baik diberikan kepada yang baru karena ada kemungkinan berhasil daripada yang sudah ahli tapi tetap tidak berhasil.
Sayapun teringat kalau mau kembali kezaman orde baru dimana keberhasilan salah satu parpol terkuat di Indonesia Jika mau ikuti cara cara dulu kala, maka Pilkada bisa dimenangkan jika pemilihan suara dilakukan bukan di RT/RW masing masing, tetapi di kantornya saja sehingga bisa dimonitor keberhasilannya. Itu cara terbaik jika mau memenangkan Pilkada. Ya inilah demokrasi jika dilakukan Pilkada tidak melalui DPR atau DPRD karena kita sudah maju kedepan demokrasi.
Kumpul-kumpul ex Carlo Erba
Jakarta, 20 Agustus 2012. Setiap kumpul kumpul sesama teman ex Carlo Erba dirumah drg Zulkarnaen Syarief selalu merupakan suatu kenangan tersendiri Sambil merayakan hari Lebaran selalu berkumpul dirumah drg.Zulkarnaen Syarief setiap tahunnya dilakukan kecuali tuan rumah sedang keluar kota. Hadir drg Sutisna, dr Gunawan Soebrata, dr Frank Berthold Sugiyo
Selalu ada saja yang dibicarakan masalah kesehatan masing masing yang terjadi Bahkan sudah 2 rekan saya itu yang alami by pass jantungnya. Kali ini masalah vertigo yang dialami istri dari tuan rumah. Banyak anjuran dilakukan oleh dokter yang dikunjunginya untuk mengatasi masalah yang terjadi didirinya.
Rupanya therapy yang dilakukan itu berbeda dengan teori didapat di fakultas, sehingga oleh rekan Gunawan Soebrata mengatakan memang sekaranf sudah banyak teori2 kedkteran sudah berubah.
Dan mendengar beaya yang dikeluarkan sangat mengerikan juga, tetapi rekan2 ini bisa jalani terapi yang harganya puluhan juta itu ditanggung oleh perusahaan dimana mereka kerja. Disebutkanlah beberapa nama dokter ahli yang sudah dikenal masyarakat.
Kamis, 16 Agustus 2012
Dari PON Palembang ke PON Pekanbaru
Jakarta, 16 Agustus 2012. Semakin dekat pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional XVIII tahun 2012 di Pekanbaru saya merasa agak berbeda dengan PON XVI Palembang (2004) dan PON XVII Kaltim (2008)dimana kedua PON sebelumnya saya ikut dilibatkan sebagai Technical Delegate. Yang paling santai waktu itu di Palembang, hanya ada sedikit ketegangan di Technical Meetingnya saja. Sedangkan di PON XVII Kaltim saya memegang jabatan Technical Delegate dilibatkan juga sebagai nara sumber pembangunan stadion baru Balikpapan. Bahkan sewaktu checking lapangan yang sudah selesai dibangun, saya sempat minta satu lapangan (kalau tidak salah lap No. 7) untuk dibongkar karena ada kesalahan. Apa yang terjadi kontraktornya kewalahan dan saya tidak tolerir kalau tidak diperbaiki sebelum semua bangunan saya setujui.
Sebulan menjelang pelaksanaan PON XVII Kaltim, jabatan saya sebagai Technical Delegate dicopot karena saya gagal dalam rapat KONI dengan KONI Provinsi di Samarinda. Saya diganti rekan sendiri yang juga Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti. Semua saya terima dengan lapang dada. Begitu juga sewaktu Technical Meeting saya masih ikut membantu rekan saya Technical Delegate. Acaranya waktu itu sempat juga disibukkan oleh Protes dari kontingen Bali yang saling berebut atlet putri Ayu Fani Damayanti dengan DKI Jakarta. Waktu ada pertanyaan yang sulit saya diminta oleh Sekjen PP Pelti Soebronto Laras agar maju kemeja pimpinan, tapi saya menghormati rekan saya yang selaku Technical Delegate, maka saya hanya membisikkan jawabannya agar diumumkan oleh Technical Delegate. Ini cara saya menghormati rekan saya. Artinya saya legowo dengan dicopotnya jabatan tersebut karena semua ini demi pertenisan kita sendiri bukan kepentingan pribadi
Untuk PON XVIII tahun 2012, saya baru dilibatkan mulai 1 Januari 2012 selaku Technical Delegate menggantikan rekan saya yang sudah bekerja jauh jauh hari. Kali ini saya sendiri tidak melihat gambar venue stadion PTPN-V yang akan dibangun.
Sewaktu saya pertama kali datang ke Pekanbaru melihat lokasi yang masih rata dengan tanah, saya baru pertama kali ditunjukkan gambar dari stadion tersebut.Bermodalkan tana file file yang sudah dilakukan, saya harus bekerja dengan sepenuhnya. Dan saya tahu kalau mengusulkan untuk dirubah beberapa lokasi atau ruangan tentunya hal yang tidak mungkin karena sudah ditenderkan dan juga bangunan ini milik BUMN bukan perusahaan pribadi. Ada yang janggal dan saya kemukakan kalau soal toilet untuk umum itu masih kurang karena diletakkan dipojok satu sisi saja. Ketika saya kemukakan kalau setiap pojok harus ada toilet karena andaikan penonton hanya 10 % dari kapasitas penonton ( 3.000) maka bisa dibayangkan kalau panjang antreannya. Langsung ditanggapi oleh petugas PTPN-V bahwa mereka meniru stadion tenis Kemayoran. Langsung saya katakan kalau toilet Kemayoran itu ada diempat sudut stadion, kemungkinan waktu site visit ke Kemayoran toilet lainnya ditutup karena rusak. Merekanun belum yakin, tapi ketika saya katakan kalau saya ini mantan sport manager Pusat Tenis Kemayoran sejak pertama kali dibangun sampai 6 tahun. Baru mereka terdiam. Sekarang sayapun melihat ada kejanggalan setelah sudah terbangun bangunan stadion tersebut. Tapi sudah tidak bisa dibongkar. Ternyata pintu masuk pemain ke lapangan stadion diletakkan ditengah tengah dinding didepan tribun VIP. Sayaun tidak mau mempersulit karena pelaksanaan PON sudah dekat. Padahal PON XVIII Pekanbaru yang paling ribet, karena turut campurnya pihak lain yang kurang berkenan dengan saya, dan tidak jujurnya teman teman saya sendiri. Tapi saya hadapi dengan lapang dada saja kalau tidak darah tinggi bisa naik terus....
Bersyukurlah Davis Cup pindah ke Jakarta
Jakarta, 16 Agustus 2012. Lega juga rasanya ketika diputuskan pelaksanaan Davis Cup antara Indonesia dan Filipina tanggal 14-16 September 2012 di Stadion Tenis Gelora Bung Karno Jakarta. Sempat dilaporkan ke ITF kalau rencana pelaksanaan di Pekanbaru dengan tujuan agar peserta PON XVIII bisa ikut menikmati atraksi turnamen tersebut sehingga penonton bisa membludak. Tugas sebagai Direktur Turnamen dipindahkan ke rekan lainnya Susan Soebakti yang juga sudah pernah sebagai pelaksana Davis Cup Indonesia melawan Malaysia beberapa tahun silam di Balikpaan. Bukan berarti tugas sudah selesai karena waktu bersamaan tugas di Pekanbaru sebagai Technical Delegate PON XVIII. Sewaktu direncanakan di Pekanbaru, muncullah pro dan kontra datang dari Jakarta maupun Jadi sayapun masih bertanggung jawab dengan pelaksanaan di Jakarta. Sayapun selaku adivisor dan berkoordinasi dengan Susan Soebakti, seperti sewaktu pelaksanaan di Balikpapan. Masalah tugas seperti ini bukan masalah bagi saya karena sudah sering sebagai orang dibelakang layar diturnamen internasional.
Yang kontrapun datang dari rekan rekan di Jakarta yang kurang setuju. Mulailah dilemparkan ke wartawan dan saya ketiban pertanyaan dengan alasan peraturan Davis Cup. Sayapun bisa menjawab kekuatiran rekan wartawan tapi tidak semua rencana mengatasi aturan tersbut saya ungkapkan agar tidak digunakan sebagai senjata untuk mengalahkan. Saya sendiri ada sedikit kekuatiran jika tidak hati hati diselenggarakan bersamaan di venue yang sama. Bukan berarti tidak bisa karena saya sendiri pernah lakukan di Senayan yaitu Davis Cup gunakan Stadion tenis sedangkan saya selaku pelaksana Volvo Women Open. Waktu itu saya tidak duduk dikepengurusan Pelti sedangkan saat itu saya sedikit bermusuhan dengan Sekjen PB Pelti waktu itu. Dan berhasil walaupun mau dipersulit oleh Sekjen PB Pelti. Karena saya kenal baik dengan Referee yang ditunjuk berasal dari Taipei maka semua kesulitan bisa diatasi
Waktu itu saya mau dipersulit dengan cara Pelti akan selenggarakan refreshing wasit sejak hari Senin dan saya selenggarakan mulai Minggu. Artinya wasit saya semua ikut Refreshing wasit. Sayapun tidak hilang akal saya minta kepada Referee (Mr. Mukai WN Jepang tinggal di Taipei untuk selenggarakan Refreshing wasit dimalam hari karena pagi ada turnamen internasional (USD 25,000). Referee ini mau mengerti karena kami sepakat tenis diutamakan bukan oknum tersebut dengan baju PB Pelti yang mau menghambat Volvo Women's Open.
Nah, andaikan jadi di Pekanbaru, saya belum kenal baik dengan Referee yang ditunjuk yaitu David Smith asal New Zealand.
Bersyukurlah diputuskan balik ke Jakarta dan sayapun ikut pusing karena harus laor ke ITF perubahan tersebut. Dengan lobi walauun cukup bicara pertilpon maka saya bersyukur alasan saya pindah pindah, tapi ada catatan dari ITF dan saya belum mau ungkapkan.
Selasa, 14 Agustus 2012
Tidak ada protes dari Pelti Provinsi
Jakarta, 14 Agustus 2012. Setiap pelaksanaan PON selalu ada saja masalah khususnya masalah status atletnya yang sering jadi perdebatan antara Pelti Provinsi dengan Panpel. Untuk mengatasi hal ini tentunya harus jelas dibuat aturan mainnya. Harus diingat pula kalau setiap event punya aturan yang bisa berbeda beda. Ini yang disebut Tournament Regulations karena lebih banyak mengatur non tehnis nya saja.
Sewaktu membuat Technical Handbook dicantumkan kalau dalam Technical Meeting tidak menerima protes masalah keabsahan atlet karena sudah dibentuk tim keabsahan PON XVIII.
Sewaktu PON XVII Kaltim tahun 2008, masalah status atlet diperebutkan antara Bali dan DKI Jakarta. Hal ini sebenarnya tidak perlu jika sudah dibentuk tim keabsahan yang sudah bekerja jauh jauh hari atau setelah entry by name dikeluarkan.
Saat ini untuk PON XVIII tahun 2012 Riau, tim keabsahan yang dibentuk KONI Pusat telah kirimkan daftar nama sementara atlet dari setiap cabang olahraga dengan maksud agar tidak ada protes disaat hari-H. Apakah kali ini semua lancar lancar saja. Rasanya tidak lancar juga, karena dari daftar nama yang dikirimkan ke KONI Provinsi peserta PON dan ke induk organisasi dengan maksud agar dicek kembali apakah ada kesalahan administratif apa tidak ternyata ada kesalahan kesalahan.
Dari daftar nama sementara saya melihat ada kejanggalan kejanggalan mulai dari provinsi kirim nama lebih dari kuota ( 4 putra dan 4 putri ). Ada yang kirimkan 5 - 6 nama. Tentunya mereka berpikir akan menanggung sendiri kelebihan pesertanya. Tapi ini juga tidak diperkenankan.
Dan keanehan lainnya adalah Kalsel tercantum 1 putra saja sedangkan Pelti Kalsel daftar 4 putra. Begitu juga nama atlet Sumut ada Fernando Alfons Bangun, setahu saya itu nama 2 orang kakak beradik yaitu Fernando Bangung dan Alfonso Bangun. Langsung oleh Pelti dikirimkan pemberitahuan kepada provinsi tersebut dan juga ke Tim Keabsahan PON XVIII dan PB PON XVIII Bidang Pertandingan.
Setelah semua atlet yang didaftaran di cek KTA Pelti, sayapun cukup lega karena semua sudah memilikinya. Aman sudah masalah aturannya sedangkan KTP atlet saya tidak langsung melihatnya dan saya kira KONI Provinsi sudah tahu kewajibannya untuk memenuhi aturan tersebut.
Untungnya kali ini cabang olahraga tenis memberlakukan pembatasan umur, sehingga mayoritas atlet tersbut belum pernah ikuti PON. Ada beberapa saja yang sudah pernah dan bisa dihitung dengan jari saja.
Yang jadi pertanyaan sekarang bagi yang ikuti PON sebelumnya jika pindah provinsi sudah harus ikuti ketentuan Mutasi. Ini saya tidak bisa cek karena komunikasi antara atlet dengan Pelti Provinsi tidak pernah dikirimkan tembusannya.Ini masalah intern saja. Disni butuh kejelian Pelti Provinsi yang menerima atlet tersbut meneliti ketentuan yang berlaku apa sudah diikuti dengan benar. Yang jadi masalah jika Pelti Provisni sendiri tidak menguasai aturan mutasi tersebut. Ini baru masalah
Tim keabsahan sudah edarkan surat ke KONI Provinsi dengan cantumkan protes ditutup tanggal 7 Agustus 2012. Ini juga masalah karena ada aturan lainnya bertentangan dengan SK no. 73 Tahun 2010 ditanda tangani oleh Ketua Umum Rita Subowo tentang Pokok-pokok penyelenggaraan PON XVIII tahun 2012 di Provinsi Riau. Dalam Bab VI Atelt dan Official Peserta PON XVIII tahun 2012 Pasal 1 b tentang syarat keabsahan atlet peserta PON XVIII tahun 2012 diayat 4 c disebutkan antara lainProtes dan sanggahan harus dilakukan secara tertulis dengan dukungan data data cukup, diajukan kepada PB PON XVIII/2012 paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum PON XVIII/2012 dimulai. Nah dari sini bisa jadi pertanyaan besar. Tim keabsahan jangan buat aturan baru lagi.
Sampai hari ini belum ada protes datang dari Pelti Provinsi ke PP Pelti, semoga aman aman saja sehingga semua petenis bisa bertanding dengan baik.
Mengenal Mutasi Atlit di PON
Jakarta, 14 Agustus 2012. Ada satu pertanyaan yang datang dari adik sendiri kepada saya hari ini yang berkaitan dengan Pekan Olahraga Nasional XVIII th 2012 Riau. Karena menjelang PON XVIII saat ini tim keabsahan PON yang dibentuk oleh KONI Pusat sedang menyusun daftar nama nama peserta PON XVIII. Sebelumnya tim keabsahan sudah menyusun daftar sementara nama peserta PON XVIII th 2012. Daftar yang dibuat itu ternyata masih bermasalah karena ada daerah yang mengirim nama peserta melebihi kuota yaitu 4 baik putra maupun putri. Tetapi ada yang agak lebih aneh yaitu KONI Provinsi Kalimantan Selatan yang mendaftarkan nama pesertanya hanya satu putra dari 4 jatahnya. Setelah saya cek ke Pelti setempat ternyata merekapun agak kaget karena merasa telah daftarkan 4 nama. Begitu juga nama yang salah dari Sumatra Utara yaitu Fernando Alfonso Bangun, setahu saya itu 2 nama atlet kakak beradik. Dan langsung pula saya kirim pemberitahuan kepada Tim Keabsahan dan juga ke Pelti provinsi.
Pertanyaan dari adik saya itu menyangkut aturan perpindahan atlet dari satu provinsi ke provinsi lainnya. KONI Pusat sudah buat aturan mutasi (SK KONI Pusat No. 56 Tahun 2010 ) dan sudah berlaku cukup lama dari sejak PON XVII 2008 Kaltim. Memang banyak pihak sering salah mengerti atas aturan tersebut. Banyak pelaku tenis sendiri masih menganggap enteng aturan tersebut. Jika atlet yang belum pernah ikut PON maka aturannya kembali ke aturan perserta yang dibuat oleh KONI dan Pelti. Yaitu memiliki KTA Pelti dan KTP atas domisilinya.
Bagi atlet yang pernah ikut PON maka aturannya sebagai berikut atlet ajukan surat permohonan ke Pelti Kota/Kabupaten atau Provinsi dengan menyebutkan alasan pindah ( hanya 5 alasan yang dibenarkan yaitu pindah sekolah, pindah kerja, dapat pekerjaan dilain provinsi, ikut orangtua, ikut istri atau ikut suami ). dan menyebutkan pindahnya keprovinsi tujuan. Sedangkan alasan provinsi tersbut tidak mau membina lagi itu alasan yang tidak bisa diterima dalam aturan ini. Pandangan pelatih ataupun orangtua kalau provisni tidak mau membina lagi maka berhak keluar cari daerah yang mau. Ini juga keliru besar karena tugas pokok orangtua atau klub untuk membina atletnya. Banyak kesalahan yang dilakukan atlet sewaktu mengajukan masalah mutasi. Kesalahan yang saya monitor adalah tidak mencantumkan tujuan pindah ke provinsi karena belum punya tujuan karena masih mau negosiasi dengan Pelti tujuan (ini prakterk alam jual beli atlet). Sewaktu atlet ajukan mundur tanpa tujuan jelas oleh Pelti Provinsi dijawab menyetujui permintaan surat tersebut, tanpa emble embel lain. Nah biasanya surat atlet diajukan langsung ke Pelti Provinsi. Ini bukan masalah. Langkah berikutnya Pelti Provinsi wajib keluarkan surat rekomendasi mutasi menyetujui atau tidak menyetujuinya. Jika tidak menyetujui maka wajib sebutkan alasan menolaknya. Setelah itu atlet mengajukan surat ke KONI Provinsi dengan melampirkan surat rekomendasi mutasi dari Pelti Provinsi tersbut. Hal yang sama KONI Provinsi wajib ajukan jawabannya menolak dengan alasan atau menerimanya. Surat itu dikirimkan ke KONI Provinsi tujuannya.
Memang beberapa tahun lalu saya sempat berbeda pendapat dengan rekan saya sendiri masalah ini. Karena saya diminta pendapatnya yang berbeda dengan pendapatnya maka saya malas mau berdebat karena dia katakan sudah bertanya ke pengacaranya.Dikatakan kalau sudah habis kontrak dengan Provinsi maka atlet tersebut bebas mencari provinsi baru. Saya hanya katakan itu benar saja tapi jangan lupa ini Olahraga diacara PON yang punya aturan sendiri. Jadi kalau mau ikut PON maka yang diikuti adalah aturan PON. Tetapi sayangnya rekan saya masih ngotot minta pembenarannya. Dan sayapun tetap ngotot dengan pendapat saya sendiri. Suka lupa didunia tenis itu ada aturan yaitu Rules of Tennis dan Tournament Regulation yang digunakan. Jadi jangan coba coba gunakan diluar aturan tersbut. Hal yang sama di PON termasuk Tourament Regulation.
Hanya saya sayangkan ada atlet yang jadi korban akibat misinformasi atau bersikekeh dengan pendapat sendiri atau dari orang lain. Yaitu ada orangtua atlet yang sependapat dengannya, walaupun sudah mau mengerti kalau tidak sulit ikuti aturan tersebut. Dan ketika saya ditunjukkan surat keluar dari Pelti Provinsi saya hanya katakan bahwa ini jebakkan saja. Karena dikatakan menyetujui permohonannya untuk keluar dari provinsi tersbut diaman tidak disebutkan tujuan provinsi yang ingin dituju. Dan juga tidak diurus ke KONI Provinsi awalnya. Akibatnya atlet tersebut tidak ikut PON XVIII tahun 2012. Ini saya berikan sebagai masukkan kepada masyarakat tenis agar mau mengerti aturan mutasi khusus PON. Anjuran ini juga saya minta perhatian kepada rekan rekan di Pelti Provinsi agar hati hati jika menerima lamaran dari atlet melalui pelatih ataupun orangtua petenis. Yang jadi pertanyaan apakah rekan rekan Pelti Provinsi tidak mau membaca aturan mutasi tersebut yang sudah pasti dikirim juga ke KONI Provinsi.
Senin, 13 Agustus 2012
Bursa Ketua Umum PP Pelti sepi
Jakarta, 13 Agustus 2012. Biasanya dibulan Agustus menjelang Musyawarah Nasional PELTI sudah mulai hangat calon Ketua Umum PP Pelti yang akan diadakan 24-25 Nopember 2012 di Manado. Teringat 5 tahun silam ketika mau diadakan Munas PELTI di Jambi. Sudah mulai ramai dibicarakan calon Ketua Umum PP Pelti.
Saya teringat dirumah Martina Widjaja, Menko Kesra saat itu Aburizal Bakrie bertemu dengan Martina Widjaja dan oleh rekan Diko Koerdono disampaikan langsung kepada Ical dengan pertanyaan menarik yaitu apakah mau maju sebagai Ketua Umum PP Pelti. Jawabnya adalah "iya" Dan mulailah ramai dimedia massa keinginan Menko Kesra saat itu.
Tetapi beberapa hari ini saya bertemu dengan rekan wartawan olahraga yang beritahu kalau ada yang mau dijagokan untuk menjadi Ketua Umum PP Pelti. Sayapun sampaikan kalau kami semua merespons menyambut baik jika ada yang mau maju sebagai Ketua Umum PP Pelti. Ada 2 yaitu satu Menteri dan satu lagi pengusaha. " Apa sih syaratnya jadi Ketua Umum PP Pelti?' itu pertanyaan menarik. Tapi kedua rekan ini belum mau menyebutkan nama kedua tokoh tersebut yang mau dijagokan mereka.
Ya, kita tunggu saja.
Gagal di London, adakan diskusi
Jakarta, 12 Agustus 2012. Menghadiri undangan SIWO Jaya dengan diskusi yang topiknya ada perdebatan, timbul keinginan mengetahui apa yang dibicarakan. Karena selama ini setiap diskusi tidak ada kelanjutan saja. Hanya merupakan wacana saja. Begitu juga hari itu banyak kritikan muncul, padahal pembicaranya seperti Sumartomo atau Tommy (MetroTV),Indra Jati, Frits Simanjuntak. Utut Ardianto dan moderatornya Ian Sitomurang.
Inisiatp datang dari Max Sopacua yang mantan reporter TVRI dan sekarang duduk sebagai anggota DPR dari Fraksi Demokrat.Kegagalan Indonesia di Olimpiade dijadikan bahan pembicaraan.
Saya sendiri berpendirian selama ini munculnya diskusi setelah ada kegagalan, tetapi semua pihak melupakan basicnya saja seperti pembinaan usia dini, karena pembinaan instan itu sudah tidak benar. Pembinaan olahraga harus melalui sekolah formal juga dipakai sebagai masukan. Sedangkan menurut saya selama ini tidak ada target Olimpiade dan terlalu terfokus kepada SEA Games saja, bukannya Olimpiade. Menpeora Andi Mallarangeng sendiri mengatakan kalau perolehan medali di SEA Games itu sangat penting.
Oleh Frits Simanjuntak sendiri sudah memaparkan kalau China sendiri hanya memfokuskan kepada olahraga yang benar benar menghasilkan medali. Dan sudah dipersiapkan sebelum menjadi tuan rumah Olimpiade 2008 di Beijing. Dan juga hasilnya di Londonpun sebagai urutan kedua.
Saya melihat kelemahan olahraga Indonesia itu adalah tidak ada pembatasan keikutsertaan atlet. Sebagai contoh atet pemegang medali perak Olimpiade setelah kembali ke Tanah Air akan ikuti PON XVIII di Riau. Hal yang sama pemain bulutangkis ikut Olimpiade dan masih ikuti PON XVIII. Jika olahragawan ikut PORDA/PORPROV dan ikut PON , SEA Games , Asian Games dan Olimpiade masih dengan atlet yang sama. Maka menurut pendapat saya artinya tidak ada keinginan menjadi atlet dunia. Seharusnya yang ikuti PON adalah atlet yang dari PORDA/PORPROV. Sedangkan atlet Olimpiade tidak perlu ikuti PON, ini menunjukkan kita kekurangan atletnya. Yang sudah ikut Olimpiade atau Asian Games seharusnya konsentrasi ke kejuaraan dunia bukan ke nasional lagi. Jadi dari setiap lapis akan muncul atlet atlet tersendiri. Tapi ini hanya pendapat saya saja, maybe right, maybe wrong.
Rabu, 08 Agustus 2012
Permasalahan Intern nomor satu
Jakarta, 8 Agustus 2012 Sekembali dari Pekanbaru banyak PR (pekerjaan rumah) yang harus dikerjakan. Karena keterlambatan datang dari Panpel PB PON sendiri. Sebagai contoh waktu pelaksanaan sudah tinggal 1 bulan (30 hari) kebutuhan perlengkapan yang sudah diajukan oleh Ketua Panpel Tenis ternyata belum siap. Sepengetahuan saya selama ini di PON setiap perlengkapan itu harus ada persetujuan dari Technical Delegate. Tapi kali ini sepertinya hanya oleh Ketua Panpelnya saja yang sudah melihat langsung dan saya hanya menerima laporannya. Ya, tambah enteng lah tugas saya.
Dari perlengkapan saya melihat banyak yang belum tuntas seperti Scoring board manual sedangkan yang elektronik sudah ada 2 buah. Begitupula ID card belum terurus, karena kebiasaan selama ini baik PON maupun SEA Games selalu ada formulir akreditasinya.Saya juga tanyakan soal seragam panpel, baru dibicarakan sewaktu saya di Pekanbaru dan didata kebutuhannya. Sebelumnya dalam komunikasi dengan Ketua Panpel sudah saya tanyakan masalah ini. Dan soal seragam hanya dikatakan sudah pesan tapi hanya pukul rata ukurannya yaitu S,M.XL dan XL. Padahal ukurannya berbeda beda setiap anggota. Dan saya sudah pernah protes kalau cara begitu tidak tepat. Dan akhirnya dalam kunjungan konsultasi tanggal 3-4 Agustus 2012 langsung saya katakan beri waktu seminggu saya akan kirim ukuran seragam dari petugas diluar Riau.
Tanggal 7 Agustus 2012 PP Pelti baru terima surat tertanggal 25 Juli 2012 dari PB PON XVIII (Ketua III bagian SDM) permintaan akreditasi petugas seperti wasit dll. Setelah itu saya langsung kirimkan SMS ke wasit yang bertugas agar siapkan fotocopy akte kelahiran, pasfoto dan ukuran kaos petugas. Karena surat itu mencantumkan batas waktu yang harus diterima mereka tanggal 10 Agustus 2012. "Ini kerja gila namanya." Beginilah cara kerja Panpel PB PON XVIII, sayapun hanya bisa bersabar saja. Karena saya sudah tahu permasalahan intern sendiri masih banyak sehingga saya harus bersabar saja.
Begitu juga permintaan ice box maupun HT belum ada realisasinya. Tapi saya sudah katakan kepada rekan saya di Pekanbaru, kalau saya akan bantu siapkan kedua kebutuha tersebut dari Jakarta.
Nah, masalah apa lagi yang belum tuntas. Yaitu susunan Panpel sendiri belum tuntas kenapa begitu karena susunan Panpel tersebut dibuat oleh Ketua Panpel sendiri. Saya sendiri baru sekali ketemu dalam form resmi di Pekanbaru dengan anggota Panpel Tenis PON XVIII. Susah sekali mengumpulkan seluruh anggota Panpel seperti yang dikemukakan oleh Ketuanya sendiri. Ya, bagi saya bukan masalah karena itu urusan intern mereka. Kalau masalah tehnis pertandingan bukan masalah lagi karena sudah diatur dari rekan2 di Jakarta. Sewaktu di Pekanbaru, saya sempat berkonsultasi dengan PB PON XVIII dan sudah bertemu dengan petugass dari konsusmi,akomodasi maupun transportasi. Yang belum adalah dengan kesehatan. Dijanjikan oleh Ketua Panpel akan ada pertemuan sewaktu saya di Pekanbaru. Dijadwalkan tanggal 3-4 September 2012. Mudah mudahan.
Senin, 06 Agustus 2012
Bisakah Ikut PON via wild card?
Jakarta, 6 Agustus 2012. Ajang multi event olahraga dikenal didunia adalah Olimpiade, Asian Games, SEA Games dan juga PON ataupun PORPROV. Tenis salah satu cabang olahraga yang ikut dipertandingkan. Apakah perbedaan dan persamaan dari kelima multi event tersebut. Persamaan semuanya adalah tanpa ada Prize money. Mulai dari PORPROV, PON, SEA Games, Asian Games yang dipertandingkan sama yaitu Beregu Putra, Beregu Putri, Tunggal putra dan Putri, Ganda Putra dan Putri, Ganda Campuran. Diperebutkan 7 medali emas. Tapi kalau Olimpiade hanya 5 medali emas. Bedanya tanpa ada beregu.
Karena ini event ada beregu maka yang ikut adalah mewakili Kabupaten/Kotamadya (PORPROV), Provinsi (PON), Negara (SEAG dan Asian Games). Artinya bukan perorangan dimana semua atlit bisa ikut.
Bedanya dengan Olimpiade cabang tenis, karena pesertanya adalah perorangan yang mewakili negara. Status peserta berdasarkan Peringkat Dunia. Dan juga disediakan jatah wild card yang ditunjuk oleh ITF.
Menghadapi PON XVIII tahun 2012 di Riau, beberapa tahun lalu saya pernah ditanya oleh salah satu orangtua petenis yunior yang berkeinginan ikut PON XVIII. Karena atlet tersebut tidak dipanggil oleh Pelti Provinsi maka tidak memupus keinginan ikut serta PON. Berbeda dengan ada satu orangtua petenis yunior potensial yang pernah juga ikut PON XVII Kaltim , kali ini pernah menyatakan kepada saya kalau anaknya tidak perlu ikut PON. Karena masalah mutasi yang dianggap bertele tele maka keluarlah statement dari orangtua atlet tersebut disampaikan kepada saya. Dan memang sekarang anaknya tidak ikut PON XVIII 2012. Apakah bisa daftar langsung tentunya tidak bisa karena yang daftarkan adalah KONI Provisni ke PB PON. Dan juga harus diingat tidak ada fasilitas wild card seperti Olimpiade.
Minggu, 05 Agustus 2012
Situasi seperti pasar saja
Pekanbaru, 5 Agustus 2012. Kesibukan bukan hanya di jalan masuk Pekanbaru, tetapi di Kantor PB PON XVIII terlihat sudah. Diundang hadir dalam rapat konsultasi dengan PB PON XVIII diikuti hampir 40 lebih Technical Delgate maka terlihat kantor PB PON XVIII seperti pasar saja sehingga mau ketemu panpelnya yang super sibuk sangat sulit. Akhirnya sayapun kembali ke hotel karena giliran saya ketemu jam 15.00. Ada waktu istrahat istilahnya.
Setelah berkonsultasi dengan Ketua Bidang Pertandingan PB PON XVIII saya didampingi oleh Ketua Panpel Tenis Sukirno , saya melihat kekurangan yang akan dihadapi oleh Panpel Tenis karena belum ada persetujuan ataupun kepastian tentang kebutuhan kebutuhan yang sudah lama diajukan ke PB PON oleh Ketua Panpel Tenis. Sayapun sampaikan kepada Ketua Panpel Tenis , item mana yang kiranya belum bisa dipenuhi segera beritahu karena ada beberapa item bisa dibantu oleh PP Pelti. Tetapi yang saya tekankan adalah scoring board manual segera disiapkan dan dibuat di Pekanbaru.
Koordinasi dengan bagian akomodasi , transportasi, konsumsi sudah dilakukan tetapi yang belum adalah dengan bidang kesehatan. Ini tugas Ketua Panpel Tenis sendiri harus bisa kontak ke bidang Kesehatan. Sayapun menyadar karena situasi di Pekanbaru penh keragu raguan karena masalah dana yang untuk PON XVIII masih belum tuntas , belum lagi masalah pengadilan tipikor tentang korupsi melibatkan mantan KaDispora LA . Tentunya semua pihak muncul keragu raguan kuatir salah bertindak bisa panjang urusannya..
Sabtu, 04 Agustus 2012
Kembali ke Pekanbaru
Pekanbaru, 3 Agustus 2012. Memasuki kota Pekanbaru yang lagi bebenah memperbaiki diri sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional XVIII tahun 2012 mulai terlihat dari pintu masuk di Bandara Pekanbaru. Dua minggu lalu saya baru kembali dari Pekanbaru, menggunakan Bandara yang sama. Kali ini semua penumpang pesawat disambut oleh Bus diantar ketempatnya yang sebenarnya tidak terlalu jauh kurang lebih 100 meter melingkar bangunan lama yang mau dibongkar. Masuklah kebangunan baru dan mempunyai pintu keluar sendiri. memang bangunan baru lebih besar dan masih bau cat istilahnya karena masih baru. Timbul pertanyaan , apakah selesai bangunan baru ini disaat PON XVIII yang mulai berdatangan diawal September 2012. Jika semua dijemput dengan bus, betapa padatnya bus itu melayani penumpang kontingen peserta PON XVIII.
Setelah sampai dihotel mulailah ambil inisiatip untuk cek lapangan tenis PTPN-V. Dari luar terlihat sudah mulai nampak pembenahannya . Lapangan parkir sudah mulai dibenahin, hanya belum ada perubahan di lapangan luar yang ada kejanggalan atau kesalahan kesalahan yang dibuat untuk diperbaiki. Ini akibat pemborongnya belum selesai kerjakan. Tetapi ada kemajuan lainnya adalah lapangan stadion mulai di cat, dan kursi kursi di tribun sudah mulai dipasang.
Begitu selesai ada sedikit kejanggalan tetapi saya tidak mau permasalahkan karena tidak ada gunanya kalau harus merubahnya kembali. " Ini kesalahan design awal." cuma itu yang saya bisa katakan. Kekurangan2 dipembangunan tersebut sudah saya kemukakan kepada pemiliknya yaitu PTPN-V.
Saya hanya berharap saja semoga awal September 2012 sudah bisa digunakan atau sudah selesai. Yang perlu diperhatikan juga adaah landscapenya. Ini agar tidak terlihat gersang.
Langganan:
Postingan (Atom)