Senin, 21 Januari 2019

Turnamen adalah Kebutuhan atlet

Jakarta, 22 Januari 2019. Kebutuhan sebagai atlet tenis salah satunya adalah TURNAMEN. Karena turnamen merupakan salah satu bagian penting dalam pembinaan atlet tenis. Hal ini perlu disadari sekali bagi pemangku kepentingan dalam organisasi tenis di Indonesia. Karena duduk dalam suatu organisasi tenis yaitu Pelti baik dari tingkat cabang sampai ke Daerah maupun Pusat, masing masing individu berbeda beda.

Manfaat turnamen selain untuk petenis maka juga bisa digunakan sebagai "show room" bagi pembinanya yaitu pelatih, sekolah tenis maupun perkumpulan tenis sebagai ujung tombak pembinaan tenis. 

Ibarat produksi mobil oleh pabrik mobil bisa disamakan dengan produksi atlet tenis oleh pelatih, sekolah tenis ataupun klub tenis dimana hasilnya bisa diperlihatkan dalam suatu turnamen. 
Disamping itu pula Turnamen bisa juga digunakan oleh induk organisasi tenis (Pelti) ataupun klub sebagai penyelenggara turnamen merupakan sumber pemasukan bagi organisasi atau klub tersebut.

Kembali kepada turnamen tenis di Indonesia ditahun 2019. Sampai saat ini jika mengacu kepada situs resmi Pelti yaitu www.pelti.or.id, maka terlihat masih minim jika dibandingkan dengan kalender tahun 2018, disaat awal atau start kepengurusan baru dengan darah atau semangat baru terlihat cukup besar potensi yang dimilikinya. Tetapi kalau melihat kalender sementara tahun 2019, maka timbullah keragu raguan atas kemampuan seperti tahun 2018. Ini bukan untuk melemahkan semangat tinggi yang muncul diawal tahun 2018, tetapi bersama sama mencari solusi agar kebutuhan atlet tenis bisa terpenuhi yaitu Turnamen.



Sejak dulu selalu muncul keinginan agar kuantitas turnamen itu ditingkatkan. Tahun 2018 sudah berhasil memunculkan turnamen skala nasional maupun internasional. Tahun 2018, berita gembira karena turnamen nasional kelompok umum masih lebih banyak dibandingkan tahun 2017 atau sebelumnya.

Sebagai induk organisasi tenis yaitu Pelti sebaiknya berfungsi kembali sebagai fasilitator, supervisor, regulator, administrator. Tetapi bukan sebagai eksekutor. Sah sah saja sebagai eksekutor tetapi dalam kenyataan membina turnamen baik nasional dan internasional selama ini Pelti tidak bisa atau belum bisa memanfaatkan turnamen itu sebagai sumber pendapatan bagi pembinaan tenis.
Seharusnya apa yang dianggarkan dimana dipakai sebagai patokan mencari sponsor maka dalam realitanya budget tersebut bisa dihemat agar bisa mendapatkan lebihnya untuk pembinaan tenis kedepannya.

Pengalaman AFR diera tahun 1986-1990, saat memegang jabatan sebagai Circuit administratir Green Sands Satellite Circuit. Dana sebalum ditangani AFR selalu habis dan saat dipercaya oleh PB Pelti , ditahun pertama justru ada dana lebih Rp 20 juta. Sehingga tahun berikutnya ketika mengajukan budget ke sponsor Rp 100 juta tetapi ditolak  karena saat itu Presdir PT Muti Bintang Tanri Abeng juga salah satu pengurus PB Pelti tahu betul dana yang keluar itu tidak sampai Rp 100 juta maka dana sponsor diberikan hanya Rp 80 juta. Oleh AFR saat itu dalam pelaksanaannya dipangkas dana yang bisa didapatkan dari sponsor lainnya ternyata bisa menghemat dan dana keluar hanya Rp 60 juta, maka dana lebih Rp 20 juta untuk kas PB Pelti saat itu.

Hal yang sama bisa juga melibatkan daerah daerah agar bisa ikut berperan serta dalam kegiatan turnamen internasional. Maka dibagilah atau dipilah pilah kewajiban PP Pelti dan kewajiban Pengda Pelti. Hal ini sudah pernah dilakukan dengan Pengda Pengda yang memiliki lapangan memadai untuk pelaksanaan turnamen internasional. Jadi masih bisa diulang kembali. Keuntungan bisa didapat bagi PP Pelti begitu juga Pengda Pelti bisa memanfaatkan event resmi tersbut sebagai sumber pemasukan dari sponsor lokal.

Optimis selalu haru muncul dan bukan pesimis untuk petinggi Pelti saat ini. Walaupun ada keprihatinan terhadap rencana tahun 2019 karena saat ini belum ada tercantum dikalender ITF (sampai 22 Janauri 2019) turnamen Pro Circuit di Indonesia. Baik itu turnamen internasional untuk putra maupun putri. Karena masih memungkinkan didaftarkan sesuai ketentuan ITF minimal 4 bulan sebelumnya. Kalau mendadak didaftarkan maka akibatnya kesulitan akan mendapatkan sponsor. Sebaiknya didaftarkan sehingga memacu bidang yang menanganai sponsorship untuk sebegera mencari dana dari sponsor. Jika sudah ada dalam kalender ITF maka lebih mudah dibuktikan kepada calon sponsor atas keseriusan Pelti selenggarakan turnamen tersebut.

Selama ini masih belum menonjol peranan bidang Humas PP Pelti. Tugas utamanya juga agar publikasi tenis di Tanah Air itu harus diciptakan sebagai tugas utama Humas atau Public Relations. Seharusnya bisa memanfaatkan keberadaan situs resmi Pelti yaitu www.pelti.or.id. 

Tidak ada komentar: