Jakarta, 28 April 2016. Sudah lama tidak mengisis Catatan Ringan ini akibat terlalu sibuk. Bisa dibayangkan sejak awal Maret perjalanan cukup melelahkan. Minggu pertama kesibukan RemajaTenis di Rawamangun kemudian minggu kedua ke Muaro Bungo Jambi, setelah itu k3mbli ke Jakarta dan melanjutkan erjalanan ke Makassar dan Minggu keempat kembali ke Jakarta jatuh sakit. Memang usia tidak bisa seperti duu agi karena tahun ini memasuki tahun ke 70.
Istrahat dulu diawal April tidak ada kegiatan dan kemudian minggu kedua April terbang ke Jayapura. Tepat nya tanggal 8-10 April 2016.
Ada yang menarik diacara pembukaan yaitu berkenalan dengan Wakapolda Papua Brigjen Rudolf Rodja asal dari Kupang Nusa Tenggara Timur. Dia ini ternyata putra dari pelatih di Kupang dan sekeluarga main tenis.
Ada yang menarik dikatakan dalam pembicaraan bertiga bersama Dirut Bank Papua . " Saya tidak bangga jika Papua dapat medali emas dengan pemain bukan orang papua." Statement ini cukup menarik karena persiapan Pekan Olahraga Nasional XIX 2016 di Bandung Pengda Pelti Papua mengimport petenis dari Jawa baik putra dan putri, hanya didisakan 1 putra dan 1 putri saja.
Saya melihat ini Ketua Pengda Pelti Papua yang asli asal NTT juga dengn maksud agar Papua bisa ikut PON saja. Masalah perolehan medali mungkin prioritas kedua. Dan saya agak pesimis juga melihat materi yang digunakan mereka.
Apalagi Papua akan menjadi tuan rumah PON XX tahun 2020.
Yang menarik lagi sewaktu itu saya mencoba masuk lapangan dipagi hari mau melihat kondisi lapangan Balaikoa yang akan digunakan untuk cabor tenis di PON XX mendtang. Ternyata lapangan dibuat bukan menggunakan teori utara selatan sehingga matahari tepat dimata petenis jika mau servis bola.
Saat berjumpa dengan Ketua Pengda Pelti diakhir kejurnas Tenis Remaja Bank Papua saya kemukakan kalau lapangan ini tidak memenuhi persyaratan karena buan dbuat Utara-Selatan. diaun kaget juga. Hal yang sama ketika saya cerita kepada sekretaris Pengda Pelti Ir Dipo Wibowo yang juga kontraktor. Komentarnya hanya katakan kalau petenis nasional Suistyo dan Sunu katakan kalau lapangan ini memenuhi persyaratan. Ini baru salah kiprah.
Saya kemukakan kepada Ketua Pengda Pelti lebih baik cari tanah 4 HA kemudian bikin kompleks lapangan tenis. Kenapa 4 Hektar saya mengacu ke lapangan tenis Kemayoran dengan 10 lapangan indoor dan 10 lapangan outdoor.
Keuntungannya jika buat sarana baru berarti cabor tenis mendapatkan keuntungan bayak dari pada renovasi yang lama.
Hal ini pernah terjadi sewaktu Technical Delegate PON Riau Johannes Susanto mebertanya kepada saya melalui tilpon saat dia berada di Pekanbaru. Katanya mau renovasi lapangan tenis Gubernur ( ada 3 lapangan). Saya katakan lebih baik buat kompleks baru dengan alasan seperti diatas, tenis bertambah lapangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar