Jakarta, 17 Juli 2014. Begitu membaca berita di www.remaja-tenis.com yang mengambil dari Harian Jawa Pos, saya sedikit terhenyuh karena muncul beda pendapat datang dari dua petinggi PP Pelti. Sebelumnya diberitakan kalau ketua bidang pembinaan yunior PP Pelti mengatakan kalau PP Pelti tidak menghambat keinginan Tami Grende ikut Grand slam. Artinya PP Pelti akan menyetujui undangan ITF kepada Tami Grende ikuti ITF Development Tour tersebut.
Nah, sekarang Tami terima undangan dari ITF untuk ikuti ITF North America Tour yang diawali di Canada dan berakhir di US Open seperti waktu ikuti 6 minggu ITF Europe Tour dengan finishnya di imbledon.
Berita mengejutkan justru pemberitaan terakhir disebutkan statemen dari ketua bidang pembinaa senior PP Pelti yang mengatakan kalau PP Pelti tidak akan keluarkan endorement untuk Tami dalam memenuhi undangan tersebut. Tapi disini saya melihat ada perbedaan pandangan tentang masalah undangan ITF tersebut dengan ikut serta Grandslam. Terungkap dalam berita tersebut kalau Tami Grende waktu ikuti Wimbledon (yang melalui undangan ITF Europe Tour) tanpa endosement dari PP Pelti. Sehingga oleh ketua bidang pembinaan senior dikatakan kalau waktu ikuti Wimbledon tanpa endorsement PP Pelti, kenapa sekarang mau ikuti US Open minta endorsement PP Pelti.
Harus dibedakan kalau mau ikuti Grandslam tanpa persetujuan PP Pelti bisa saja dilakukan oleh petenis karena pendaftarannya langsung ke ITF melalui IPIN. Tapi yang diminta adalah persetujuan Pelti memenuhi undangan ITF ikuti ITF North America Tour tersebut. Ini beda, karena kalau dapat undangan ITF Development Tour tersebut akan dijamin beayanya mulai dari pesawat terbang dan akomodasi selama ikuti tour tersebut. Lamanya tour tersebut kalau yang ke Eropa itu 5-6 minggu sedangkan kalau Amerika bisa 3-4 minggu dimana minggu pertama dilakukan pemusatan latihan oleh pelatih yang ditunjuk oleh ITF kemudian ikuti turnamen turnamen dibenua tersebut sampai ke ajang terakhr adalah Grandslam.
Kenapa saya sebutkan kejangalan statement oleh petinggi Pelti dalam pemberitaan tersebut. Yaitu pemberitaan sebelumnya menyatakan tidak menghambat tetapi yang kedua justru tidak setuju, dan anehnya yang kedua tersebut kenapa dilakukan oleh petinggi yang tidak berwenang karena ini lahannya pembinaan yunior bukan senior. Kemudian mengatakan pula kalau Tami harus melunasi uang yang dituntut klubnya Tami.
Ini sudah memasuki persoalan internal kubnya, dimana seharusnya Pelti memediasi persoalan antara klub dan petenisnya. Disini terlihat jelas masalah kepentingan nama bangsa dinomor duakan oleh petinggi tenis tersebut. Ini masalah orangtua dengan klub dimana anaknya masih termasuk dibawah umur alias yunior.
Terlepas dari ulah ayahnya Tami, seharusnya Pelti bertindak netral bukan memihak kepada salah satu pihak. Selesaikanlah secara musyawarah.
Kenapa saya katakan kepentingan nama bangsa harus nomor satu. Karena naiknya Tami diajang Grandslam juga mengangkat nama Tenis Indonesia (yang lagi terpuruk semasa kepengurusan baru ini) dan otomatis nama Bangsa Indonesia juga terangkat. Disinilah yang hars dimengerti, karena jangan sampai petenis yunior kita ini dimatikan kariernya yang lagi menanjak.
Bisa dibayangkan sampai ITF ikut campur. Saya diberitahukan oleh ayahnya Tami Grende kalau sewaktu ikuti Perancis Terbuka, sempat ada teleconference antara Tami dengan Ketua Umum PP Pelti. Bisa dibayangkan sampai pihak internasional bisa memfasiitasi masalah ini, kenapa induk organisasi tertinggi tenis di Indonesia malah terbai. Apakah Ketua Umum mersetui statement Ketua Bidang Pembinaan Senior terhadap berita diatas?. Wallahualam !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar