Jakarta, 17 Juli 2014. Kalau dalam pemberitaan disebutkan agar Kemenpora harus turun tangan masalah Tami Grende yang tidak diberikan rekomendasi ikuti US Open atau undangan ITF North America Tour, menurut saya sangat pesimis . Alasan saya adalah Ketua Umum PP Pelti saat ini hanya bisa mengikuti kemauan dari bawahannya walaupun keinginan bawahannya itu salah. Mungkin karena dia tidak mengerti masalah tenis.
Disini saya kuatir sekali Ketua Umum PP Pelti tidak sadar atas ulah dari anak buahnya. Bisa dibayangkan Ketua Bidang Pembinaan Yunior mengatakan (dalam pemberitaan media) kalau tidak akan dihambat, tetapi berbeda dengan keterangan Ketua Bidang Pembinaan Senior yang mengatakan tidak akan dikeluarkan rekomendasi tersebut.
Nah, sekarang sudah beberapa kali blunder dilakukan yaitu pendaftaran turnamen Pro-Circuit ke ITF diawal tahun 2013 sebanyak kurang lebih 20 turnamen. Yang menurut saya itu keputusan tanpa melalui prosedur organisasi yaitu keputusan Rapat Pengurus Harian. Kemudian menjelang hari H, kebakaran jenggot karena tidak ada dana, dan langsung turnamen tersebut dibatalkan dan disisakan hanya 3-4 turnamen saja. Biasanya kalau sudah begitu maka Pelti akan kena penalti denda uang oleh ITF , kemungkinan sekitar USD 5,000.
Kesalahan yang hampir dilakukan adalah mau melawan hasil keputusan Rakernas 2013 dan Rakernassus 2014 dimana berusaha ke KONI agar diputuskan oleh KONI untuk PON 2016 Jawa Barat itu BEBAS USIA. Untung cepat dicegah. Nah, sekarang apa mau buat blunder lagi dengan kasus Tami Grende. Kita tunggu saja tanggal mainnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar