Jakarta, 16 Juli 2014. Sampai saat ini sudah memasuki tahun kedua kepengurusan Pelti dibawah komando ketuanya Maman Worjawan, masih aja muncul ketidak puasan masyarakat tenis. Munculnya ini sudah lama saya perkirakan ketika diawal kepengurusan keluar nama nama yang akan membuat semuanya ini menjadi seperti ini. Nah, kalau masalah pribadi pribadi saya tidak mau ungkit. Tetapi masalah program ataupun kinerjanya perlu dievaluasi lagi.
Saya tidak lupa saat bulan Mei 2013 ketika saya diundang sendiri oleh Ketua Umum PP Pelti untuk hadir dikantornya. Tenryata dia memaparkan program turnamen 3 hari yang sudah saya rintis sejak tahun 2009 dengan bendera RemajaTenis. Saat itu saya ditawarkan 40 turnamen 3 hari tersebut dari 80 turnamen direncanakan. Saya sedikit sombong saat itu kalau 100pun saya sanggup dengan 2 syarat saja, yaitu tidak ada intervensi dari oknum Pelti yang menyatakan kalau RemajaTenis itu bukan TDP, dan kedua jikalau ada dana. Katakan demikian ketika ditawarkan oleh Ketua Umum PP Pelti sendiri didepan 2 anggota pengurus lainnya.
Tetapi yang menarik bagi saya waktu itu adalah dari 80 turnamen 3 hari itu disebar hanya di pulau JAWA. Sempat saya sampaikan dengan komentar yang dimintakan yaitu Indoneia itu bukan hanya JAWA saja, karena ada Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Bahkan saya katakan sebaiknya Pelti yang (waktu itu ) mau carikan sponsor untuk tahun 2014.
Saya pun bisa bantu mem-petakan pertenisan di Indonesia , karena saya sudah hampir seluruh Provinsi sudah saya kunjungi dan bisa melihat fasilitas lapangan tenis yang dimiiki kecuali Provinsi Bengkuu dan Nusa Tenggara Timur
Ya, diminta saran tetapi kenyataannya ditahun 2014 saya baca mereka dapat 2 sponsor kakap yaitu Pertamina dan Bank Mayapada. Bangga dengan kemampuan mereka dapat sponsor. Tetapi kebanggaan saya hanya sebentar saja karena ternyata 10 turnamen disponsori oleh Pertama dilaksanakan semua di Surabaya dan 10 turnamen yang disponsor Bank Mayapada di Jakarta dan Bandung.
Sempat saya terima tulisan dari salah satu rekan Pelti di Surabaya yang menulis evaluasi Liga Tenis Junior Nasional di Surabaya. Saya sependapat dengan dia masalah ini. Inti tulisan adalah keberadaan Liga tsb mematikan turnamen lainnya.
Wow, kenapa begitu cara pikir mereka yang seharusnya mempunyai program mengoptimalkan potensi tenis didaerah daerah khususnya diluar Jawa karena minim turnamen. Ya, nasi sudah menjadi bubur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar