Jakarta, 22 Juli 2014. Saat ini sedang ramai raminya perhatian bukan saja masalah Pilpres tetapi juga didunia tenis Indonesia muncul suatu berita dimedia massa. Sampai saypun dihubungi pertelpon oleh wartawan Kompas.. Sayapi saat itu peringkat Tami hanya sekitar 170 dunia yunior.a sendiri awalnya tidak tahu kalau ada masalah antara Olivier Grende (ayah dari petenis juara ganda Wimbledon Yunior 2014, Tami Grende). Tetapi saya dikirimi sms atau WhatsApp oleh liver sehingga banyak juga tahu, bahkan beberapa dokumennya sempat dikirim atau diperlihatkan.
Saya ikuti terus dan saya mendengar dari kedua belah piha antara klubnya Sportama dan Olivier Grende. Itu masalah kontrak kerja kedua belah pihak dimana Sportama sebagai penyandang dana dan melatih Tami diklub tersebut.
Kalau dari pihak Olivier sebutkan kalau sejak November 2013 dia dipulangkan oleh pihak Sportama karena dianggap tidak berprestasi sejak masuk 8 buan lalu. Target awalnya masuk dalam 10 besar tetapi ternyata baru 170 peringkat dunia yunior. Tami tidak diikut sertakan dalam Garuda Master (Desember 2013) di Jakarta dan tidak diprogramkan ikut Australia Open 2014.
Sedangkan pihak Sportama mengatakan kalau Tami meninggalkan camp Sportama di Jakarta.Saya sempat bertanya kepada salah satu pelatih fisik yang ikut menangani Tami, diberitahukan kalau kelemahan Tami itu di foot work. Dan saya sendiri dari awal waktu 4 tahun silam pernah menyampaikan kepada rekan saya dibidang pembinaan yunior kaau kelemahan Tami itu di foot work.
Olivier sendir akhirnya kecewa dan merasa dipulangkan dan langsung bergabung dengan keluarganya di Denpasar. Ini yang jadi masalah. Menurut Olivier kasus ini sudah sampai ke PP Pelti dan PP Pelti sudah pernah mengundang kedua belah pihak untuk duduk bersama tetapi pihak Sportama tidak hadir, begitu cerita Olivier sama saya.
Nah, kenapa sampai Pelti ikut ikutan tidak mendukung kalu Tami tidak direkomendasikan ikut ITF North America Tour 2014.
Saya punya kesimpulan sendiri karena saya tahu apa yang membuat Pelti sendiri akhirnya tersinggung akibat uah Olivier Grende.
Waktu itu Olivier penah mengajukan surat permohonan agar Oficial coach (yang diberikan setiap Nation 1 pelatih) adalah dirinya karena waktu itu ada 2 petenis Indonesia ikut turnamen yang kategorinya cukup tinggi diluar negeri. Kedua petenis Indonesia adalah Tami Grende dan Rifanty DK yang dari kub Sportama.
Dan ternyata Pelti tidak menggubris prmintaan Olivier dan diberikan kepada pelatih Sportama (SH). Sedangkan waktu itu Tami diterima dibabak utama sedangkan rekannya dibabak kualifikasi dan ada yang tidak sampai lolos kebabak utama, sedangkan Tami langsung masuk babak utama. Disinilah munculnya ego dari Olivier. Merasa berhak tapi tidak diberikan. Sedangkan pihak Pelti merasa berhak juga menunjuk pelatih resminya, padahal peltih tersebut bukan pelatih bersertifikat Pelti tai sedang menjadi pelatih klubnya saja karena mantan petenis juga.
Karena emosi Olivierpun mengancam dengan emai ke Pelti, yaitu kebetulan masih ada 1 turnamen internasional di Manila Filipina. Ancamannya itu mengatakan kalau ini event terakhir bagi Tami membawa nama INDONESIA. Inipun menjadi masalah.
Oleh Olivierpun laporkan kalau Tami dan Ibunya istri Olivier protes ke Olivier kalau mereka tidak setuju dengan email tersebut , dan minta tetap memakai nama Indonesia karena merasa orang Indonesia yang berasal dari Ibunya asli Bali. Oleh Olivier dikatakan Tami sudah buat surat by email ke Pelti menyatakan kesalahan Bapaknya itu dan dia tetap merasa orang Indonesia. Disinilah masaah tersebut muncul.
Ketika Pelti mengundang Tami untuk bertemu membahas masalah undangan ITF tersebut (deadline Jumat 18 jui sedangkan undangan dikirim sehari sebelumnya sehingga Tami berhalangan dan langsung undangan Pelti tersebut dibalas dengan email oleh Tami yang menyatakan belum bisa datang karena masih ada program lainnya. Minta ketemu minggu depan saja. Dan dalam email disebutkan kalau ada teleconference Tami dengan Maman Wirjawan Ketua Umum PP Pelti sewaktu dia di Perancis Terbuka 2014 di Paris dimana Maman katakan " Peace".
Tami anggap masalah konfilk dengan Sportama sudah selesai. Dan juga sampaian agar membedakan masalah Sportama (internal Bapaknya) dan masalah undangan ITF ikuti North America Tour.
Dan akhirnya Pelti tidak membalas undangan tersebut sampai deadline selesai. Nah, dalam hal ini saya hanya bisa sayangkan tindakan tersebut apalagi sebelumnya Olivier dan Tami kecewa berat dengan Pelti karena tidak mencantumkan namanya ikuti Youth Olympic Games dan mencantumkan nama petenis lainnya yang akhirnya tidak diterima oleh ITF karena peringkatnya tidak memadai. Indonesia kehilangan kesempatan ikuti Youth Olympic Games yang kedua di Nanjing Tiongkok. Kalau tahun 2010 Youth Olympic Games pertama di Singapore Indonesia terwakili tenisnya melalui Grace Sari Ysidora. .
3 komentar:
Catatan :
1. Perjanjian antara Sportama dengan Olivier tidak melibatkan P PELTI.
2. Salah satu penunjukan sebagai official Coach diputuskan oleh PP PELTI berdasarkan surat permohonan.
3. Permohonan official coach untuk mendampingi Tami Grende hampir selalu dipenuhi oleh PP PELTI.
4. Tami Grende adalah salah satu pemain pada tim Fed Cup yang "Dipilih" mendadak Senin, 6 Januari 2014 jam 20.35 wib
PP PELTI seharusnya/sewajarnya harus lebih arif sebagai Bapak, regulator, fasilitator dan bukan hanya sebagai "EXECUTOR" (negatif)
Betul sekali dan terima kasih
Sekarang Tami ada di mana ya? terimakasih
Posting Komentar