Rabu, 27 November 2013

Tidak boleh bicara

Jakarta, 27 Noveber 2013. Banyak cerita sebenarnya menjelang Rapat Kerja Nasional Pelti tanggal 23 November 2013. Itu cerita datang dari rekan2 di daerah. Ya semua masalah sudah saya kemukakan langsung kepada rekan2 di PP Pelti dengan tujuan segera antisipasi terhadap gerakan yang dibuat daerah. Ketidak puasan sebenarnya sudah datang sejak terbentuknya kepengurusan PP Pelti bulan Februari 2013. adahal mereka ini juga duduk di kepengurusan sebagai Korwil2nya.
Sewaktu Rakernas saya sedikit geli juga karena terlihat sekali rekan2 ini tidak mengerti berorganisasi, karena kesan saya mereka kuatir terhadap keberadaan saya dalam Rakernas. Bisa dibayangkan 3 hari menjelang Rakernas saya bertanya langsung ke sekretariat menanyakan apakah saya termasuk diundang sebagai peninjau. Jawabannya , Tidak.
Ya saya coba ingatkan langsung ke Wakil Skjen dan didapat jawaban akan diundang. Dan saya baru tahu sehari sebelum Rakernas, saya coba ketempat hotel Atlet Century Park untuk bernostalgia dengan teman2 dari daerah. Maklum sudah lama tidak bertemu. Dan saya disodorin Kartu Tanda Pengenal peserta Rakernas 2013. 
Sewaktu dihari pertama Rakernas sudah dibumbui dengan pertanyaan atau protes masalah tema Rakernas berbeda dengan backdrop Rakernas diruan sidang. Ada yang salah. Dapat jawaban kalau salah tulis. Tapi anehnya backdrop yang salah dibiarkan saja bukannya diturunkan.
Sewaktu pembagian komisi saya ikuti dibidang pertandingan dan pembinaan. Disini saya lihat agendanya bukan membahas Pokok2 Program Kerja yang merupakan amanat Munas tetapi dimasukkan program baru yaitu Liga Tenis Yunior dan masalah pembatasan usia PON.
Sewaktu pemilihan Pimpinan sidang ditawarkan kedaerah tapi gak ada respons bahkan mnolak, maka oleh Wakil Sekjen ditawarkan dirinya sebagai pimpinan sidang komisi B.
Sewaktu paparan Liga tersebut, saya pun ingin bertanya. Tapi lucunya Ketua Bidang Pembinaan Senior mengatakan kalau sebagai peninjau tdak boleh bicara. Ini menunjukkan ketidak tahuan berorganisasi. Langsung oleh peserta disebutkan ada dalam tata tertib Rakernas diperbolehkan bicara baru mereka sadar kalau salah anggapan tersebut. 
Saya pun langsung bertanya masalah aturan TDP yang menyatakan kalau dalam sehari pemain hanya boleh bertanding maksimal 2 kali sehingga untuk turnamen 3 hari akan makan 6 kali bertanding. Kalau ditambahkan pertandingan 3 hari untuk Tunggal dan Ganda maka ini bertentangan dengan aturan yang dibuat oleh Pelti sendiri. Dalam paparan tersebut disebutkan Tunggal dan Ganda atau consolation sebagai penganti ganda. Ya, barulah mereka sadar kalau konsep ini keliru sekali. Tetapi dukungan masalah turnamen 3 hari dilakukan oleh PP Pelti mendapat dukungan karena PP Pelti sendiri sudah mendapatkan sponsor. Hanya tidak mempertandingkan tunggal dan ganda.
Rapat komisi makin larut dengan pertanyaan2 yang terlalu teknis karena mereka tidak kuasai materinya sehingga menimbulkan banyak pertanyaan. Disini terlihat keanehan karena pertanyaan muncul dari peserta tetapi yang menjawab pimpinan sidang. Seharusnya yang menjawab justru yang memberikan presentasi yaitu Ketua Bidang Pertandingan Yunior. Saya sebenarnya mau kemukakan masalah ini tetapi saya tidak mau mempemalukan mereka yang kurang berpengalaman berorganisasi. Itu sama saja saya mempermalukan. tetapi kesan datang dari rekan2 dari daeah yaitu arogansi yang ditunjukkan mereka ini.
Sebelum ditutup ada pertanyaan yang datang dari daerah masalah ITF Level-1 coaches dan dijawab oleh yang bersangkutan menanganai masalah kepelatihan yang justru bingung juga karena tidak tahu ada masalah seperti ini. Begitu juga masalah batasan usia 21 tahun . Sayapun mau memberikan jawabannya untuk menolong tapi oleh pimpinan sidang disampaikan kalau saya diminta oleh Sekjen jangan berbicara. Sayapun manut saja karena tidak bermaksud mau bikin ribut. Dan memang betul seaktu rapat pleno muncul pertanyaan masalah ITF Level-1 tersbut saya angkat tangan untuk membeitahukan masalah tersebut langsung oleh pimpinan sidang Sekjen PP Pelti disebutkan sebagai peninjau tidak boleh bicara. Aneh lagi, tapi saya diam saja buat apa mau koreksi yang jelas2 mereka takut saya bicara. Aneh tapi nyata ya.
Keinginan saya ikut Rakernas 2013 ini karena ingin berkenalan dengan rekan2 baru di Pengda Pelti yang banyak muka2 baru dengan tujuan mau kembangkan tenis di Dearah2 tersebut melalui Remaja Tenis karena kehadiran saya sebagai RemajaTenis.

Tidak ada komentar: