Sabtu, 26 Februari 2011

Evaluasi RemajaTenis di Ambarawa dan Jakarta

Jakarta, 26 Februari 2011. Setelah berhasil berlangsungnya TDP Nasional RemajaTenis di Jakarta dan Ambarawa dalam waktu yang bersamaan yaitu 12-15 Februari lalu, saya mau mengevaluasi pelaksanaannya. Ini sebagai pelajaran bagi pelaksana turnamen tenis yunior. Harus diakui kalau setiap pelaksanaan turnamen nasional belum ada yang memuaskan semua pihak karena rumitnya diakibatkan banyaknya event atau jenis pertandingan. Harus diakui jika selenggarakan KU 10 th, 12 th, 14 th dan 16 tahun baik putra dan putri maka ada 8 events.
Menyadari rumitnya pelaksanaan seperti ini sayapun harus memberikan contoh bagaimana sebaiknya didalam melaksanakan. Karena kunci dari semua ini adalah perencanaannya. Dengan perencanaan yang baik maka pelaksanaannya akan lebih baik.
Akhir tahun saya melihat TDP FIKS TELKOM sudah lebih baik dari sebelumnya. Sudah ada order of play diedarkan melalui website sehingga semua sudah bisa membacanya. Ini solusi terbaik, karena kebiasaan Referee membuat order of play setelah pertandingan hari itu selesai. Jadi banyak peserta yang sudah pulang sehingga order of play ini dibaca keesokan harinya. Order of play ini dipasang di tempat pertandingan.

Dalam pelaksanaan RemajaTenis ( 12-15 Febr) di Jakarta, bersyukurlah order of play sudah bisa dibaca di bloggernya RemajaTenis sehingga sebelum kelapangan sudah bisa mengatur jadwal kedatangannya. Hanya yang masih belum bisa lancar awalnya adalah di Ambarawa. Ini karena komunikasi internet di Ambarawa belum mulus sekali. RemajaTenis akan datang harus bisa dimanapun diselenggarakan , memberikan order of play melalui bloggernya.Memang tidak semua petenis membiasakan dengan internet. Tetapi sudah waktunya petenis lebih familiar dengan dunia maya ini.

Saya menerima SMS dari masyarakat tenis setelah selesainya RemajaTenis tersebut. Untuk Jakarta dipujinya dan diminta agar bisa konsisten, tetapi di Ambarawa ada masukan merupakan kejadian dilapangan. Kelihatannya kurang siapnya petugas wasit dilapangan, sehingga ada kejadian pertandingan seharusnya belum selesai dinyatakan selesai. Ini karena tidak menggunakan wasit tetapi pengawas pertandingan. Wasit pengawas disebutkan terlalu banyak ngobrol bersama rekannya didalam menjalankan tugasnya. Ini masukan yang baik, dan akibat menggunakan wasit lokal yang "mungkin" minim pengalaman. Artinya pengawas tersebut tidak mengikuti jalannya pertandingan.

Dari pelaksanaan RemajaTenis ini saya terima permintaan agar digunakan wasit. Memang RemajaTenis hanya gunakan wasit setiap pertandingan untuk KU 10 tahun saja dan babak final kelompok lainnya.
Ini perlu juga diberikan petunjuk kepada wasit wasit yang sebagai pengawas didalam menjalankan tugasnya dilapangan. Dimana hak dan kewajibannya selama didalam menjalankan tugas sebagai pengawas. Saya akan konsultasikan kepada bidang yang menanganinya.
Apa yang harus dilakukan oleh pengawas (wasit)jika ada pemain yang lakukan pelanggaran seperti foot fault (ini tidak bisa dilihat oleh lawannya).
Disini pentingnya pengetahuan bagi petenis yunior atas peraturan peraturan tenis. Saya telah mencoba berikan kasus2 pertandingan didalam jaringan sosial seperti Facebook. Hasilnya ternyata banyak juga yang belum mengetahui aturan dipertandingan tenis. Sebagai contoh, jika lakukan servis bola sudah dilempar keatas tetapi kemudian membatalkan rencana memukulnya tetapi bola tersebut ditangkap dengan raket saja. Ada dua macam jawabannya, yang mengatakan boleh dan tidak boleh padahal sebenarnya jawaban yang benar boleh. Ini menunjukkan pengetahuan petenis masih belum sempurna masalah kecil seperti ini.

Tidak ada komentar: