Jumat, 08 Oktober 2010

" Saya Bukan Calo "


Palembang,7 Oktober 2010. Disaat berada di Palembang saya sempat menerima telpon dari salah satu wasit yang juga pelatih menanyakan masalah yang berkaitan dengan Pekan Olahraga nasional atau PON XVIII 2012 di Riau. Memang menjelang pelaksanaan PON selalu muncul masalah tentang perpindahan atlet atau dikenal dengan mutasi atlet. Biasanya sebagai tuan rumah selalu disibukkan dengan motto sukses pelaksanaan dan sukses pretasi artinya yang menurut saya lebih penting adalah sukses prestasi dimana sebagai tuan rumah menghendaki agar bisa jadi juara umum. Biasanya juara umum itu selalu menjadi domain provinsi di Jawa. Nah, jika diluar Jawa sebagai pelaksana maka prestasinya mendekati juara umum. Inilah masalah klasik di dunia olahraga Indonesia. Menurut saya selama masih dihantui dengan target JUARA UMUM maka prestasi olahraga tidak akan maju maju atau sulit mendunia. Karena, sekali lagi menurut saya yang dikejar adalah PRESTISE bukan PRESTASI.
Akibatnya adalah selalu mencari jalan pintas alias instan dengan membeli atlet diluar wilayahnya. Coba kita perhatikan selama ini dimana tuan rumah selalu disibukkan dengan cari atlet diluar wilayahnya. Hal ini disadari betul oleh petenis ataupun pelatih yang melihat adanya peluang tersebut sehingga ada atlet ataupun pelatih sekalipun memanfaatkan peluang tersebut. Informasi yang saya terima , tuan rumah dilamar oleh atlet yang jeli itu atau tuan rumah itu yang sibuk kasak kusuk mencari atlet diluar wilayahnya.
Kenapa sekarang mereka sibuk sedangkan PON sendiri tahun 2012 yang diperkirakan bulan September. Karena batas perpindahan itu adalah 2 tahun sebelumnya , artinya sekaranglah waktuny kalau tidak akan terlambat.
Sewaktu di Palembang ini ada pelatih yang menanyakan langsung atau menyindir saya dengan perpindahan atlet. Dia bermaksud mengingatkan saya atau menyindir kalau jual beli atlet itu tidak bisa dihindari. " Ini Om Ferry kan tidak setujua perpindahan atlet. Apa komentarnya?" ujarnya. Tetapi sayapun tidak menghiraukannya.
Tetapi disaat saya terima telpon dari salah satu rekan wasit yang menanyakan kalau ada daerah yang butuh atlet untuk PON maka jawaban saya hanya satu. " Saya bukan calo." Apapun alasannya saya tidak mau terlibat dengan perpindahan atlet apalagi sebagai perantara padahal kesempatan dapatkan uang cukup besar karena so pasti ada komisinya. Tidak setuju bukan karena adanya larangan dari PP Pelti agar anggota pengurus tidak terlibat dalam jual beli atlet tetapi saya pernah menjadi atlet daerah juga sehingga bisa merasakan betapa jeritan atlet didaerah jika tidk diberi kesempatan ikut PON karena sudah latihan didaerah tersebut tapi yang dgunakan atlet dari Jawa istilahnya karena banyak atet di pulau Jawa ini berkualitas karena ada kesempatan bertanding lebih banyak. Akibatnya terjadi DEMOTIVASI bagi atlet atlet didaerahnya.
Disini saya melihat rekan rekan didaerah khususnya pembinanya tidak tahu secara pasti aturan aturan perpindahan atlet yang sudah diatur dalam ketentuan mutasi oleh KONI Pusat. Disatu sisi atlet memanfaatkan ketidak tahuan pembina didaerah dengan menjanjikan berbagai kemudahan mendapatkan medali padahal bisa menjadi masalah karena urusan administrasi dilupakan. Disinilah, saya katakan jangan sampai digunakan alat bela diri oleh atlet atas istilah JANGAN KORBANKAN ATLET yang diguakan sebagai senjata pamungkasnya.

Tidak ada komentar: