Jakarta, 19 Mei 2020. Era Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia, dalam Olahraga dikenal slogan
Klub adalah ujung tombak pembinaan. Apakah sekarang masih tetap valid , itu yang jadi pertanyaan. Sempat Tenis memiliki klub klub tenis seperti Nugra Santana, Pelita Jaya, UMS, Mercu Buana, Maesa, dan sempat berjalan kompetisi atau turnamen antar klub. Setelah itu muncul klub Ragunan
Kemudian dikembangkan menjadi turnamen antar Pengda . Setelah itu sibuk dengan turnamen perorangan karena Tenis itu olahraga perorangan.
Klub, saat ini keberadaannya antara ada dan tidak. Ada karena masih berjalan klub Sukun dari Kudus, klub Semen Gresik dari Jawa Timur dan Lovinton dari Blora, Klub Bank Papua dari Jayapura, PPLP dari Muba Sumatra Selatan, Rafisa TC di Lahat dan PPLP Riau di Pekanbaru. Bahkan dulu sempat terdengar adanya Semen Padang TC dan juga datang dari kota terpencil diujung utara, kota Tondano, dan juga nama besar KTKG, KTH, Kampus TenisYolanda dari Jakarta.
Tidak ada, karena kompetisinya tidak ada. Malah yang berkembang adalah sekolah sekolah tenis yang dikelola oleh pelatih, seperti Lucky TC, Cibubur TC, Detec,, MIRAI, Rockstar TC, ARTC, Lebak Bulus TC, BNTP , Sportama dari Jakarta, YBTA Jakarta, FIKS, JITA Jakarta, Sekolah Tenis KTC Jakarta, Admiral TC , PELTHA , ISTS Makassar, ITTEC, Semen Baturaja TC dari Palembang, Bantul TC, Sebayu PU Tegal, Phinisi TC Cilacap dan lain lain, Hampir setiap pelatih memiliki sekolah yang dibina olehnya dan lain lain. Jadi kalau dihitung ada ratusan sekolah sekolah tenis yang dikelola pelatih pelatih baik yang terkenal ataupun belum dikenal. Ini kesempatan keberadaan pelatih ada wadahnya
Bagaimana caranya ? Dimulai dari Pusat yaitu selenggarakan turnamen antar klub, nanti akan muncul pendaftaraan dari klub klub tersebut. Diberi rangsangan hadiah yang besar misalnya Rp 100 juta dulu.