Selasa, 19 Mei 2020

Kenapa AFR Hanya Konsentrasi Dengan Turnamen ?

Jakarta, 19 Mei 2020. Ada pertanyaan datang dari rekan2 kepada AFR yang dikenal selalu dengan turnamen Remaja Tenis yang termasuk turnamen 3 hari. " Kenapa AFR hanya konsentrasi dengan Remaja Tenis atau turnamen 3 hari.? "

Ini pertanyaan bagus sekali untuk diketahui karena belum mengenal sampai muncul turnamen 3 hari bukan turnamen 5-7 hari seperti yang lazimnya diketahui masyarakat umumnya.
Kembali kesejarah munculnya turnamen RemajaTenis. 

Sekitar tahun 1988 saat AFR berada dalam kepengurusan PB Pelti . AFR melihat kalender turnamen dinegara tetangga Australia, Ada sekitar 100 turnamen dalam setahun. Sedangkan Indonesia saat itu baru ada sekitar maksimum 20 TDP yang terdiri dari turnamen yunior , senior, veteran dan Davis Cup by NEC.. Kemudian saat menjadi Program Manajer Turnamen di PB Pelti muncul keinginan atau target TDP sekitar 400 dalam setahunnya. Tentunya tidak dalam setahun dua tahun tercapainya. Ada 25 pengda waktu itu Dihitung hitung masuk akal juga.

Semenjak keluar dari  PB Pelti th 1992 , AFR  ada kesempatan lain untuk berkarya sebagai komite Turnamen di Pengda Pelti DKI Jakarta.. Muncullah idea turnamen 2 hari yaitu pertandingan Sabtu Minggu. Oleh Pengda DKI Jakarta dengan dukungan dana sehingga berhasil, tetapi hanya sekali diberi dukungan dana. Rekan2 lainnya ikut melempem lagi. Tidak ada dana tidak ada turnamen.

Disinilah AFR ambil inisiatif adakan Pertandingan sabtu minggu atau dikenal dengan Persami di lapangan tenis Pusat Tenis Danamon Kemayoran.. Ada 20 lapangan tenis outdoor dan indoor.  Manfaatkan yang ada, kesempatan promosi Pusat Tens Danamon dengan low cost.

Diselenggarakan sendiri tanpa wasit, tanpa referee, tanpa tournament desk, tanpa ball boys. hanya AFR sendiri melaksanakannya. Berhasil sampai 2009 sejumlah 69 turnamen kemudian beralih ke RemajaTenis
.

Dalam pembinaan ada istilah kompetisi yang merupakan bagian dari pembinaan. Tanpa adanya kompetisi maka akan terjadi demotivasi bagi atletnya. Saat itu negara alami resesi sehingga Pelti sendiri kehilangan sponsor. Tanpa sponsor berarti tanpa kompetisi atau turnamen. Sebagai bentuk tanggung jawab mau jadi pembina maka dicari solusi.

Akal dipakai maka turnamen itu dibedah dulu budgetnya, Ternyata didapat sekitar 40 % adalah sektor hadiah dan SDM. Maka dihitung untuk turnamen 3 hari beayanya hampir setengahnya dari turnamen 5-7 hari. Dicari akal tanpa sponsor , dicari break event point supaya tidak rugi untuk menentukan besaran entry feenya.

Menurut AFR. kendala turnamen 5-7 hari adalah selain sponsor juga yang amat penting tidak ada dukungan dunia pendidikan. Tidak diperkenankannya bolos sekolah. Untuk  turnamen normalnya,  1 turnamen dibutuhkan bolos sekolah sekitar 5-8 hari. Sedangkan atlet,  kebutuhan turnamen mininmal 14 kali dalam setahun. Yang jadi pertanyaan, apakah sekolah mengijinkan bolos sebanyak minimal 4 minggu. Disamping cost nya jadi lebih besar. .

Khususnya atlet tenis terutama atlet daerah butuh turnamen dan minim bolos sekolah , sehingga konsep turnamen 3 hari lebih mantap, Jika liburan sekolah baru ikuti turnamen 5-7 hari. Sebagai penyelenggara budget turnamen  harus bisa rendah agar kompetisi itu bisa berjalan. 
Sebenarnya AFR Remaja Tenis pernah juga menggunakan konsep 5-7 hari dan berbarengan dengan turnamen veteran. Berhasil di Blora tahun 2019.

Andaikan ada sponsor tidak tertutup kemungkibnan diadakan turnamen 5-7 hari, yang bisa dikombonasikan dengan veteran dan senior.

AFR pernah membantu PP Pelti yang dapat sponsor Medco selenggarakan TDP Junior di Palembang dengan harapan diberi kesempatan bisa dua kali tapi ternyata hanya sekali saja diberi kesempatan..

Tidak ada komentar: