Minggu, 31 Mei 2020

" Apakah Lapangan Memenuhi Standard ?"

31 Mei 2020. Hari ini AFR menerima tilpon dari rekan pengurus Pelti Sulawesi Barat, Herly Said. Sempat bertemu dan di acara Rakernas Pelti awal Maret 2020 di Jakarta. Dalam pembicaraan tertangkap keinginan adakan kegiatan Turnamen Diakui Pelti di Sulawesi Barat. Sebagai muka baru di Pelti Sulawesi Barat wajar akan berbuat sesuatu yang jelas untuk tenis didaerahnya. Perkenalan pertama sewaktu anaknya yang nomer 6 ikut Remaja Tenis di Jakarta tahun 2010.

Ada yang menarik pertanyaan yang timbul yaitu " Apakah lapangan memenuhi standard? Karena belum pernah melihat sendiri AFR tidak bisa mengatakan saat ini, tetapi memberikan perumpamaan sebagai berikut. " Andaikan Bapak mau hajatan anaknya sunatan misalnya, walaupun rumah gubuk sekalipun pasti mengundang orang luar. Beberapa hari sebelum hari H nya so pasti ada rencana merenovasi rumah tersebut. Paling tidak ditambah cat supaya rapi. Begitu juga kalau ada rencana buat tturnamen so pasti sebelumnya Pemerintah akan merenovasi lapangannya. Ini karena ada petenis luar kota yang ikut. Apa maksud dengan memenuhi standard  ."

Kemudian AFR bercerita pengalaman dengan daerah lainnya. Pertanyaan yang sama disampaikan oleh Walikota Pontianak Dr Buchari Abdurahman Sp KK (alm) sewaktu ditawarkan agar Pontianak ada TDP, karena beliau membanggakan kalau setiap tahun adakan turnamen sepakbola .Ternyata dia ketua Pengda PSSI, jadi wajar, Waktu beliau bertanya berapa anggarannya, maka peluang masuk dan prinsip AFR jangan dilepas. 


Anggaran so pasti rendah saja. Sisanya bisa dicari. Karena pembicaraan di lapangan tenis Sutera Pontianak  maka pertanyaan selanjutnya  adalah  " Apakah lapangannya memenuhi standard ? " Karena Walikotanya seorang dokter maka jawabannya harus yang logis.
" Banyak lapangan di Jawa sama seperti ini, Yang penting adalah toiletnya harus bersih untuk pemain. " 

Maka setelah dapat kesepakatan anggaran yang juga sengaja AFR berikan anggaran yang rendah sekitar Rp 30 juta atau minimal maka disepekatai masuk APBD tahun depan. 
Setahun kemudian menjelang hari H, ternyata lapangan sudah direnovasi alias dicat ulang.

Cerita lengkapnya, lahirnya TDP Khatulistiwa Cup di lapangan Sutera Pontianak.Tahun 2003an. Sewaktu PP Pelti adakan ekshibisi tenis di lapangan Sutera Pontianak. AFR sedang berada di lapangan tenis untuk latihan. Muncullah Walikota Pontianak Dr,. Buchari Abdurrachaman Sp KK (alm) yang sudah dikenal oleh AFR sebelum terpilih Walikota,. Sewaktu memasuki gerbang lapangan,   hanya AFR dan beberapa anggota Pengda Kalbar yang datang menyambut kadatangannya sedangkan Ketua Pengda Kalbar hanya duduk diam saja. Rupanya ada hard feeling antara ketua Pengda (mantan Sekot Pontianak) dengan Walikota , karena persoalan pribadi. Beliau mendengar ada eksibisi tenis , untuk keinginan ketemu AFR karena teman lama. 

Ada pertanyaan AFR kepadanya. " Apa peran serta Anda sebagai Walikota terhadap Olahraga?" Langsung dijawab. " Setiap tahun adakan kejuaraan sepakbola" . AFR balik bertanya kira2 berapa beayanya. Disebutlah angka Rp 50 juta. Langsung AFR tantang bagaimana kalau tenis diberi Rp 30 juta lebih murah. Sisanya cari sendiri karena tidak mendidik kalau anggaran dipenuhi seluruhnya. Langsung deal, padahal hanya trick saja agar berhasil. Selanjutnya usaha sendiri

Dalam pelaksanaan tahun depan timbul masalah lain,  menjelang sebulan pelaksanaan AFR langsung SMS ketua Pengda Pelti Kalbar menanyakan persiapannya karena tidak ada laporan persiapannya, tetapi dapat jawaban tanya saja ke Walikota. Ada yang gak beres. Kemudian SMS ke Walikota, ternyata anggaran Rp 30 juta yang sudah disepakati  diminta oleh Ketua Pengda lebih dari Rp 30 juta diluar kesepakatan. Akhirnya setelah clear, bisa terlaksana , selama 2-3 tahun berturut turut.

Sekarang yang dimaksud dengan memenuhi standard itu apa, . Apakah ukuran lapangan, atau jarak antara dinding dan lapangan. Kalau standar nasional tidak ada, yang ada adalah standar internasional dikeluarkan oleh ITF, yang berdasarkan jenis pertandingan atau kelasnya. Standar minimal ada untuk semua pertandingan kecuali untuk Davis Cup/Fed Cup jelas ada dan juga tergantung antar zone atau Grup Dunia berbeda. Ukuran permainan tetap sama untuk seluruh kejuaraan tenis. Dan semua kontraktor lapangan tenis sudah mengetahuinya karena ada dalam pedomannya.

Teringat dulu sewaktu pertama kali terjun ke turnamen internasional, AFR iseng2 mengukur ukuran permainan lapangan tenis yang akan digunakan. Ini di Jakarta bisa terjadi.  Ternyata melenceng sedikit akhirnya di renowasi saja.

Ada juga sewaktu bikin turnamen di Jayapura Papua. Lapangan yang akan digunakan PON XX tahun 2021 yang telah direnovasi. Tapi ini tidak mengenai ukuran lapangan permainan tetapi arah Utara Selatan atau Timur Barat. Yang lazim adalah arah Utara Selatan bukan Timur Barat seperti di Jayapura. Ini ada pengaruhnya untuk pemain, karena bisa silau kena sinar matahari . Hal ini AFR sudah sampaikan kepada Ketua Pengda Pelti Papua mengenai keanehan yang terjadi. Bukan berarti tidak bisa digunakan.

Tenis , itu banyak aturannya. Berlaku untuk pemain dan ofisial pertandingan dan bahkan spanduk2 pun diatur warnanya. Tetapi pelanggaran pelanggaran tersebut banyak kala diabaikan oleh Referee. Kok bisa karena Referee sebagai penanggung jawab turnamen.
Seringkali di Jakarta, AFR melihat adanya pelanggarannya. Tapi kebanyakkan yang bertugas di Jakarta adalah Referee berasal Asia maka banyak toleransinya. Pertanyaan itu pernah AFR sampaikan pada salah satu Referee dari Asia yang kebetulan dikenal. Maka jawabannya selama tidak ada komplein dari pemain kita biarkan. Ini berlaku untuk turnamen kelas terendah yang di Indonesia baru sanggup laksanakan turnamen internasional. Tapi jangan coba coba dengan Referee bule atau kebanyakan dari Australian ridak ada kompromi,

Tidak ada komentar: