Jakarta, 5 Agustus 2014. Hari ini saya terima pesan melalui WA datang dari rekan tenis di D.I.Y. Apakah dia masih duduk dalam kepengurusan Pengda Pelti D.I.Y atau tidak saya tidak ketahui lagi karena duu saya tahu dia itu anggota pengurus. Dan juga sebagai akademisi di salah satu PT Negeri di DIY.
Bunyi SMS sebagai berikut " Kami prihatin dg kondisi pertenisan kita, even semakin jarang , pembinaan jln ditempat/bahkan mundur, bgmn mo muncul yayuk2 baru, mbok ya dibuat sentra2 pembinaan didaerah, daerah dibantu dana utk penyelenggaraan even dan pembinaan, mjd tgs PB utk mengibarkan mrah putih di even internas, Selama itu tdk dilaks ya mbelgedes." Begitulah uneg2 keluar dari rekan HY yang saya kenal sudah lama. Saya hanya balas dengan " Tenis di Jawa msh lbh baik dibandingkan diluar Jawa."
Dari SMS dia diatas saya hanya bisa senyum senyum saja. Karena kalau dimintakan agar dibuat sentra2 pembinaan itu sebenar betul sekali kalau MAU dijalankan. Kenapa saya katakan MAU, karena saya melihat kurang punya NIAT dari petinggi Pelti didaerah sendiri. saya teringat seaktu tahun 2002-2012 masa bakti Martina Widjaja selaku Ketua Umum PP Pelti, pernah ditawarkan konsep sentra sentra pembinaan kepada Pengda Pelti diseluruh Indonesia. Tim pelatih dibentuk oleh PP Pelti dan pelatih yang terpiih sudah disiapkan agar bisa bergiir melatih ke daerah daerah dalam waktu minimal seminggu.
Mau tahu dari 33 Pengda Pelti yang beri respons bisa dihitung dengan jari. Waduh cilaka dong. Tapi akhirnya dilaksanakan juga di Padang, Pekanbaru. Dua Pengda ini yang mau jalankan dan berjalan dengan konsep program dibuat dari Jakarta dan setiap 2-3 bulan sekali didatangkan kedaerah pelatih kepala. Ini berjalan cuma setahun bahkan ada yang tidak sampai setahun sudah mandek. Yang lucunya waktu itu di Pekanbaru terjadi, lapangan latihan untuk sentra.pembinaan digembok sehingga tidak bisa masuk pesertanya. ini ka aneh tapi memang terjadi. Dan yang gembok adalah salah satu anggota Pengurus kalau tidak salah.
Program boleh bagus tapi sistem recruitmennya yang salah kalau tidak dibina dengan baik. Jadi didaerah masih ada sisitem piih kasih sehingga beberapa orangtua ataupun pelatih tidak mau kirimkan atletnya. Seharusnya menurut saya pemiihan atlet masuk sentra itu harus melalui seleksi sehingga ada kebanggaan bisa masuk dalam sentra pembinaan tersbut.
Nah, kalau sekarng ada yang sudah sadar betapa pentingnya sentra pembinaan semoga bisa membuka mata seluruh pembina didaerah daerah termasuk Peltinya sekalian sehingga tenis bisa berkembang.
Saya sendiri mencoba bekerja sama dengan pembina didaerah dan haru bisa dan dicoba karena disini Pengda Peltinya tidak aktip. Ya, mudah mudahan masih ada yang mau peduili. Itu harapan saya
1 komentar:
Semua daerah sama aj Om Feri.., kalau mo jadi atlet tenis harus banyak berkorban secara PRIBADI. Jalani aja semampunya, syukur2 bisa jadi referensi utk mencari pekerjaan si ANAK.. he..he..he..
Posting Komentar