Sabtu, 25 Januari 2020

Mengabaikan Peranan Direktur Turnamen, Akibatnya ?

Jakarta, 26 Januari 2020. Masalah peranan Direktur Turnamen sangatlah penting didalam suatu kejuaraan tenis baik yunior maupun senior sekalipun. Hal ini belum sepenuhnya dipahami oleh pelaksanan turnamen. Karena segala pertanyaan masalah non tehnis ditujukan oleh Direktur turnamen, kalau masalah tehnis sudah menjadi domain Referee.

Selama ini yang terjadi adalah Direktur Turnamen hanya kerja sambilan saja akibatnya jadi semrawut. Oleh karena itu AFR mengusulkan kepada PP Pelti selaku penanggung jawab TDP di Indonesia melakukan Workshop Direktur Turnamen karena makin maraknya TDP khususnya yunior jika tidak ditata dengan baik yang jadi korban selalu atletnya.

Ditahun 2019 mulai kelihatan geliat penyelenggara TDP Junior artinya makin banyak TDP Junior dengan muka2 baru dan makin banyak keluhan didapat dari para orangtua, Sebagai penyelenggara turnamen sepatutnya diberika panduan sehinga tidak meriugikan peserta atau orangtua peserta u=yang sudah banyak mengeluarkan dana uantuk ikut serta TDP Junior.
Sebenarnya tingkat kesulitan didalam pelaksanaan TDP Junior lebih banyak dibandingakan TDP Kelompkok Umum
Apalagi dalam pelaksanaan menggunakan lokasi turnamen dibeberapa tempat. Bisa dihitung berapa kota besar yang hanya mengguanakan satu lokasi saja. Seperti di Medan. Pekanbaru, Palembang (Jakabaring) , Jakarta, Surabaya, Solo , Bantul, Makassar , Manado, Samarinda , Balikapan dan Bulungan.
Mereka sadar kalau TURNAMEN itu KEBUTUHAN atlet, hanya sayangnya kesadaran itu baru muncul di Tanah Jawa. Memanfaatkan hari liburan yang tidak menganggu jadwal sekolah.



Tapi harap dimaklumi karena andaikan PP Pelti akan melakukan workshop jadi bingung siapa yang jadi pembibcara karena yang duduk dalam kepngurusan menangani pertandingan kebanyakan adalah petugas Referee. Tapi ada rekan anggota PP Pelti dibidang lain juga berpengalaman sebagai Direktur Turnamen Internasional yang dimilikinya. Pengetahuan yang dimiliki bisa dimanfaatkan. Kita mulai saja dengan tugas dan tanggung jawab Referee, Kebanyakan menjadi Referee itu otodidak karena tidak diajarkan secara resmi, Tapi bukan masalah, kita mulai lakukan pembenahan jangan makin semrawut. 
Jangan sampai terjadi direktur turnamen sebelum selesai tugas pertandingan sidah pulang ke Jakarta, ini pernah terhadi.
Kasihan para orantua pemain sudah mengirbankan waktu sedangkan Direktur Turnamen berkerja tidak sepeniuhnya apalagi petugas jadi Pengurus Pelti.

Kesemrawutan pelaksanaan turnamen khususnya junior akibat penanggung jawab turnamen (Direktur Turnamen) tidak memahami tuhgas dan tangung jawab nya selaku turnamen. Apalagi peserta atau orangtuan turnamen tidak mengetahui kepada siapa harus bertanay dalam setiap tirnamen. Akibatnay siapa saja yang duduk dimeja panitia jadi sadsaran kemarahan. Padahal sehatrusnya Direktur Turnamen yang memiliki kantor tersendiri sebagaimana Referee juga memiliki kantor kerja.


Tidak ada komentar: