Senin, 08 Januari 2018

Beberapa Kejadian Menjelang Munas Pelti 2017

Jakarta, 7 Januari 2018. Setelah makan malam disalah satu resto di jalan Sudirman milik Raja Okta kira kira pukul 22.00 , saya disamperin oleh rekan Ferry Hadju dari kantor Kemenpora. Saat itu saya sedang ikuti rapat Panpel Asian Paragames (INAPGOC). Ferry Hadju sudah lama saya kenal dan yang mau diperkenalkan adalah rekan Ferry Kono yang juga berasal dari Gorontalo kalau lihat namanya.
Jadilah pertemuan pertama kalinya ketiga nama FERRY bisa bertemu.

Kemudian disampaikan kalau ada rekannya yang mau bertarung dalam Munas Pelti 2017 di Banjarmasin. Namanya Gde Widiade, CEO PT Perija (Persatuan Sepakbola Jakarta). Dia minta pendapat apa ada kemungkinan . Sayapun menjawab coba beritahu latar belakang keinginan tersebut dan kira kira visi dan misinya seperti apa.

Sebelum beri komentar maka saya bertanya dulu siapa yang membawa dia ke Tenis. Maka disebutnya nama DWW mantan petenis nasional.
Dia katakan kalau alasannya mau jadi Ketua Umum PP Pelti adalah mau menunjukkan kalau dia berhasil pimpin Pelti seperti keberhasilannya memimpin Persija. Waduh inilah kelebihannya, dan kekurangannya dia itu bukan orang tenis. tapi kelebihannya dia mengerti manajemen olahraga. Dan salah satu kekurangannya adalah tim suksesnya karena sudah tidak bisa dipercaya oleh Pengda Pengda berdasarkan pengalaman Munas Pelti 2012 di Manado.

Saya katakan so pasti uang motivasi tim suksesnya. Langsung diakuinya kalau sudah dibuat pengajuan budget tim suksesnya. Saya hanya katakan tidak perlu sebutkan berapa nilai budget tersebut so pasti ratusan juga bahkan miliar. " Ini kelemahan pihak Anda jika gunakan tim sukses seperti mereka."

Sayapun sudah mendengar kalau dua hari lagi sedang dikumpulkan oleh rekan US para Pengda Pekti yang mau mendukung GW, kemudian saya diajak oleh rekan BN untuk hadir sama sama karena disediakan kamar hotel. Beberapa Pengda juga menghubungi saya cerita tentangrencana tersebut, bahkan banyak yang katakan hanya ingin memenuhi undangan yang diberikan. Padahal beberapa minggu sebelumnya menerima undangan dari pihak RAA di Jogja.
Sayapun menolak karena tidak mau berpihak kesalah satu kandidat karena keduanya punya kelemahan.

Menjelang Munas saya diundang oleh INAPGOC (panpel Asian Paragames 2018 ke Bandung ada rapat yaitu tangal 26-28 Nopember 2017.
Sebelumnya saya lempar isu seolah olah dapat undangan ke Munas dan menginap di Novotel Hotel. Dampaknya ada,  saya ditunggu tunggu oleh rekan Pengda di Banjarmasin, bahkan ada yang cari saya ke hotel Novotel Banjarmasin. Ya, nggak ketemu karena ada di Novotel Bandung. " Ku tipu kau."
Tetapi monitor Munas jalan terus karena tiap hari ditilpon rekan Pengda di Banjarmasin.
Tetapi ada kejadian menarik ketika beberapa hari menjelag Munas saya ditilpon oleh Rekan Ferry tersebut, katakan kalau GW sudah mau mundur, Alasannya tim sukses minta dana Rp 100-150 juta per Pengda kalau mau menang." Gila, saya bilang jangan diikuti maunya itu. Apa kubilang sebelumnya".

Tidak ada komentar: