Minggu, 19 Juli 2015

Davis Cup INA v PAK, memalukan

Jakarta,  20 Juli 2015. Bicara Tenis lebih bergengsi  Davis Cup by BNP Paribas karena semua petenis top disetiap negara sangat bangga bisa ikuti Davis Cup tersebut. Dulu namanya Davis Cup by NEC sekarang menjadi Davis Cup by BNP Paribas karena perubahan sponsornya saja.
 Davis Cup by BNP Parias zone Asia Ozceania Grup 2 baru  berlangsung tanggal 14-16 Juli 2015 di Stadion Tenis GBK Jakarta.  Jadwalnya sebenarnya adalah 17-19 Juli 2015, tetapi karena bertepatan dengan Hari Idul Fitri maka tuan rumah usulkan diundurkan ke Agustus tetapi ditolak dan diputuskan  14-16 Juli 2015. Untuk tingkat dunia, tidak ada turnamen yang bertepatan dengan jadwal Davis Cup ini. Sehingga minggu lalu adalah minggunya Davis Cup diseluruh dunia yang bersamaan waktu penyelenggaraannya.

Pertama kali teribat dalam kepengurusan pertandingan Davis cup tahun 1988 dimana awal Februari Indonesia melawan Thaiand dan menang 4-1. Sepi penonton saat itu. Nah setelah itu Indonesia kena penalti sekitar USD 250.00 karena kesalahan panpel tidak jalankan ketentuan Davis Cup. ITF hanya melihat foto2 lapotan pembukaannya dimana ada ofisial Indonsia sok mau ikut2 defile didalam acara pembukaan. Padahal saat itu sudah diberitahu tidak boleh tetapi dasar kepala batu karena merasa sebagai petinggi Pelti saat itu main masuk saja. Panitia tidak punya buku pegangan Davis Cup yang selalu dikirimkan oleh ITF, karena waktu itu masih semrawut alamt sekretariat PB Pelti, belum ada serah terima dari kepengurusan lama. Sekretariat PB Pelti dimana selama ini dijatuhkan kerumah pengurus sehingga Panpel tidak terima ketentuan Davis Cup. Perubahan dilakukan setelah diberitahukan alamat tetap seretariat di Senayan. Dilanjutkan April 1988 dengan melawan Tiongkok. Menang lagi dan penonton untuk pertama kali memadati stadion tenis Gelora BK ini. Setelah itu final zone Asia Ocania grup 1 melawan Korea dan menang 3-2. Lolos ke grup dunai thun 1999. Ini yang paling seru karena sudah ketinggalan dihari pertama -0-2 tetapi kemudian bisa membalikkan keadaan menjadi 3-2. Penonton pun histeris beri dukungan kepada Tintus dkk, bahkan saking senangnya penonton, arloji Rolex milik Tintus bisa hilang lenyap digondol.
Juli 2015, terlepas dari kualitas pertandingan yang disuguhkan oleh petenis tuan rumah, yang jadi perhatian adalah penyelenggaranya sendiri karena ada beberapa kejanggalan didepan mata yaitu keterlambatan konsumsi pada hari pertama sehingga merugikan pemain kedua belah pihak. Bahkan keluhan ini ternagkat oleh media oleh pelatih tuan rumah sendiri.
Dan yang kedua adalah adegan adu mulut antara panitia dengan pemain tamu dari Pakistan diarena center court disaksikan oleh mata penonton saat sedang berlangsung pertandingan. Nah, pertandinganpun terhenti sejenak karena turun tangannya Referee langsung.

Masalah pertama, sebenanya sebelum hari pertandingan paling lambat hari Senin 13 Jui 2015 sudah ada pertemuan yang disebut Captain’s meeting dimana yang hadir adalah Non Playing captain kedua peserta didampingi oleh Team Manager (kalau ada) dan dipimpin oleh Referee didampingi Direktur Turnamen bersama Ketua Panpel. Pembicaraannya salah satunya adalah masalah kebutuhan konsusmi peserta untuk disuguhkan Panpel (untuk itu kehadiran Direktur Turnamen mutlak) di players room maupun didalam lapangan. Jadi Panpel pun lebih gampang menyediakan kebutuhan mereka berdasarkan permintaannya. Sebenarnya tidak ada keluhan lagi kalau panpel sigap. Termasuk pula jadwal penyuguhannya sudah ditetapkan. Nah, kalau sampai terjadi keterlambatan seperti ini maka kesalahan itu ada ditangan Direktur Turnamen dibawah kontrol Ketua Panpel

Masalah kedua adalah adu argumentasi antara Panpel dengan pemain yang dari pihak tamu, maka seharusnya panpel tersebut mengenal dulu aturan aturan turnamen tenis internasional. Dan sangat disayangkan saat itu adalah justru panpel apakah itu Direktur Turnamen atau Ketua Panpel justru duduk bersama tim tuan rumah menjadi suporter dengan nyata nyata yang sebenarnya tidak diperkenakan bertingkah seperti suporter. Harus bisa dibedakan kedudukan sebagai petinggi Pelti maupun Panpel. Sebagai manusia wajar saja ada keinginan besar tuan rumah harus menang dengan memberikan dukungan seperti lazimnya suporter dengan spanduk2 kecil disela sela pertandingan. Kalau mau sebagai suporter pindah tempat duduknya ke tribun saja itu lebih etis. Walaupun sudah dianjurkan oleh rekannya sesama Panpel melalui HT yang setiap saat melekat ditangan panpel. “Sabar”


Kasus seperti ini baru pertama kali terjadi, panpel sebenarnya tidak berhak menegur karena bukan wewenangnya . Jadi wewenang Referee yang harus dihormati. Mungkin pemain Pakistan tidak mau mendengar apa yang disampaikan Panpel karena merasa  wewenang Referee kok diambil alih Panpel. Ada ketentuan didalam pertandingan dilapangan semua tanggung jawab adalah Referee.Sikap Panpel duduk bersama tim tuan rumah bahkan menjadi suporter dengan pakaian Panpel tentunya sudah menyalahi . 

Tidak ada komentar: