Minggu, 27 Oktober 2013

Ketidak puasan atas peraturan setempat

Jakarta, 26 Oktober 2013. Sewaktu saya berada dalam kendaraan mau kerumah adik saya di Rawamangun, saya menerima pertanyaan melalui telpon dari salah satu orangtua petenis yunior. Pertanyaan ini cukup menarik dan perlu semua pelaku tenis mengetahuinya. Karena sudah menyangkut aturan pertandingan tenis. Walaupun saya sudah tidak ikut campur dengan turnamen tenis kecuali turnamen sendiri yaitu RemajaTenis tetapi saya masih sering dimintakan pendapat masalah aturan main dalam suatu pertandingan. Bahkan ada pertanyaan mengenai pembinaan tenis bagi putra dan putrinya. Tetapi saya selalu tidak mau mengatakan kalau saya ini super tahu. Walaupun kadang kala teman2 yang suka maupun tidak suka saya, katakan kalau saya ini " Professor Tenis ". Dan sebelum memutuskan saya selalu berkonsultasi dengan petugas di induk organisasi yang sekarang masih terlibat langsung dalam pertenisan khususnya turnamen. Dan saya selalu katakan menurut pendapat saya dan akan saya cross check dengan berwenang dalam hal seperti ini, sehinga beri waktu untuk menjawab yang benar.

Kebetulan saat itu sedang ada pertandingan tenis yunior dimana sistem pertandingannya setengah kompetisi bukan sistem gugur sehingga hasil akhir sering membuat ketidak puasan pihak orangtua yang merasa dirugikan atas keputusan petugas yang berkuasa (bukan Direktur Turnamen).
Pertanyaannya adalah dalam pertandingan ada 3 atlet yang menang 2 x dan kalah sekali. Bagaimana cara perhitungannya. Ini saya kira tidak perlu konsultasi lagi sudah bisa disampaikan pengetahuan saya kepada orangtua tersebut. Sebagai contoh si A mengumpulkan games kemenangan/kekalahan adalah 36-31, si B 34-16 dan si C 34-32. Nah siapa yang sebagai peringkat 1 , 2 dan 3. Sepengetahuan saya yang digunakan adalah perhitungan prosentasi games kemenangan dibagi games kekalahan kekalahan. Sehingga jelas sekali kalau prosentasi terbaik itu yang teratas. Saya diberitahukan kalau anaknya dikalahkan sedangkan prosentasinya lebih baik. Kemudian saya sampaikan saja protes ini ke petugas tertinggi di turnamen tersebut yang kebetulan bukan turnamen diakui Pelti. Walaupun demikian aturan pertandingan sama.
Tetapi sat itu saya sampaian juga apakah sudah dicantumkan aturan pertandingannya jika terjadi seperti kejadian ini. Nah, kalau sudah dicantumkan kita tidak bisa menolaknya walaupun aturannya salah.
Sayapun angkat telpon bertanya kepada petugas Pelti yang bertanggung jawab penempatan petugas pertandingan diturnamen, maka didapatkan jawaban kalau yang digunakan adalah perhitungan prosentasi.
Info berdasarkan telpon dari orangtua tersebut katakan jawaban dari petugas pertandingan adalah karena games kemenangan anaknya lebih rendah dibandingkan lawannya padahal games kekalahannya lebih rendah dibandingkan yang dimenangkan tersebut. Saya pun anjurkan kepadanya agar berani protes tunjukkan kalau  orangtua juga tahu aturan jadi petugas tersebut tidak bisa semena mena memutuskan bukan berdasarkan aturan pertandingan resmi, kecuali ada ketentuan tersendiri yang telah dipublikasikan sebelum pertandingan dimulai. Pengetahuan seperti ini perlu diketahui bukan hanya oleh orangtua tetapi juga oleh petenis sendiri sehingga jika ada kejanggalan bukan orangtua atau pelatih yang protes tetapi atletnya sendiri bisa membela dirinya. Ini sebagai masukan juga dari saya kepada masyarakat tenis.

Tidak ada komentar: