Jakarta, 20 Desember 2011. Ada perbedaan besar dalam menangani pertandingan tenis dan pertandingan tenis kursi roda diajang multi event SEA Games. Jika unuk single event yang sudah pernah saya laksanakan di Jakarta maupun Solo, masih mirip dengan pertandingan tenis (able body) biasa. Saya mulai melihat perbedaannya seaktu saya mendapatkan kepercayaan menjadi Ketua Panitia Pelaksana Wheelchair Tennis (Tenis Kursi Roda). Perbedaan muncul khusus untuk multi event sepetri SEA Games dan untuk disable body disebut ASEAN Paragames yang baru selesai di kota Solo Jawa Tengah. Tepatnya tanggal 15-19 Desember 2011.
Keduanya tetap mengacu kepada Rules of Tennis dan Rules of Whelchair Tennis yang tidak banyak perbedaannya yang jelas didlam hal pantulannya saja. Yaitu untuk wheelchair tennis bola boleh dua kali mantul dimana pantulan pertama harus didalam lapangan permainan.
Untuk Asean Paragames ada ketentuan lain yaitu mengacu kepada aturan yang dibuat oleh APSF (Asean Para Sport Federation) yang merupakan asosiasi olah raga cacat se Asean. Dalam acuannya disebutkan semua peserta harus diperiksa dulu tingkat kevavatannya oleh classifier yang sudah ditunjuk oleh APSF. Khususnya kelas QUAD oleh aturan ITF disebutkan harus ada sertifikat Quad yang dikeluarkan oleh ITF. Seluruh pertandingan internasional yang mempertandingkan kelas Quad pesertanya harus memiliki sertifikat Quad dari ITF.
Salah satu atelt tuan rumah hampir tidak dibolehkan ikut pertandingan Quad menurut kacamata classifier tersebut. Tetapi akhirnya bisa juga setelah melalui perdebatan kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar