Jumat, 04 Juni 2010

Mimpi Jadi Petenis Dunia (LANJUTAN-2)

Jakarta, 4 Juni 2010. Setelah mencoba membuka masalah dukungan orangtua terhadap pembinaan putra dan putrinya, maka faktor penentu lainnya adalah pelatih. Dimana peranan pelatih terhadap kemajuan atlet tersebut.
Sepengetahuan saya, pelatih ada peranannya yang justru bisa mamajukan atlet tersebut dan juga bisa menyebabkan kehancuran atletnya sendiri. Ada berbagai macam pelatih yang dibutuhkan untuk pembinaan atlet tersebut. Pelatih teknik ataupun pelatih fisik juga berperan besar.
Yang perlu mendapatkan perhatian adalah didunia tenis sudah bukan barang asing kalau atlet tenis itu dibesarkan oleh banyak pelatih, artinya pelatih dasar dan setelah ke prestasi pelathnya sudah berbeda. Ibaratnya guru Taman Kanak Kanak, beda dengan guru Sekolah Dasar maupun Guru Sekolah Menengah Umum maupun Universitas. Tetapi ada juga orangtua yang sungkan ganti pelatih bagi putra dan putrinya. Kalau begini ceritanya maka atlet tersebut akan terhambat kemajuannya. Keahlian pelatih berbeda beda tingkat kemampuannya, ada yang ikuti pendidikan kepelatihan resmi oleh badan dunia dan ada yang otodidak.
Kenapa saya katakan kalau kita tidak perlu malu untuk pindah pelatih.Yang jadi pertanyaan kenapa malu pindah pindah pelatih. Seharusnya sewaktu dipegang pelatih sang pelatih harus punya target kemajuan atlet tersebut. Apakah karena sungkan atau ada faktor lainnya. Tetapi tidak benar juga kalau pindahnya dalam waktu singkat.
Tetapi perlu kejelian juga dalam memilih pelatih. Ada pelatih yang ahli didalam kepelatihan atlet usia dini yang tidak semua pelatih bisa lakukan dengan sempurna. Dan ada juga pelatih yang bisa menangani atlet prestasinya.
Sepengetahuan saya jika sudah berbicara soal prestasi yang tentunya ada batasan jumlah atlet yang ditanganinya. Maka kepelatihan yang dilakukan tidaklah lebih dari 4 atlet didalam grupnya. Bukannya dalam grup tersebut sampai 10-20 atlet dilatihnya. Karena makin sedikit atlet yang ditanganinya maka makin banyak kesempatan bagi atletnya memukul bola tersebut atau koreksi yang diberikan pelatih.
Saya sendiri pernah melihat pelatih terkenal dari Australia yang pernah menangani Ivan Lendl mantan petenis nomor satu dunia, melatih Andrian Raturandang dan Suwandi langsung di Salamander Bay Austraia, yang waktu itu usia kedua petenis ini masih kategori yunior. Penanganan fisik diserahkan ke pelatih lainnya sedangkan teknik langsung ditanganinya.
Jadi atlet tersebut harus dilatih langsung oleh pelatih tersebut dan ikut langsung mendampingi atletnya ke turnamen turnamen.

Ada juga yang harus diperhatikan oleh pelatih ini. Harus punya etika didalam menjalankan profesinya. Kadang kala saya sedih mendengar pelatih A didepan umum menjelek jelekan pelatih B dan begitu juga sebaliknya didalam marketingnya untuk menarik perhatian muridnya.

Didalam menjalankan tugas pembinaan yang perlu mendapatkan perhatian adalah keterlibatan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Ini masih kurang dilakukan oleh pelatih kita. Apakah mereka ini punya data base lengkap dari atletnya?. Bagaimana perkembangan fisik mereka dari bulan kebulan. Begitu pula dengan data kesehatannya. Apakah kondisi HB (Haemoglobin) dalam darah atlet termonitor. Karena kalau HB nya rendah sulit kita kembangkan teknik permainannya. Begitu pula kondidi gisi yang masuk kedalam tubuh atlet tersebut.
Sudah bukan waktunya lagi kita menganalisa atlet dengan feeling. Harus bisa dilakukan dengan IPTEK. Semua termonitor dengan baik, sehingga pelatih bisa menganalisa sebelum menjalankan atau sedang menjalankan program latihannya tersebut. Kita bisa memanfaatkan Laboratorium Kesehatan dan Olahraga yang dimiliki oleh Fakultas Ilmu Keolahragaan yang ada di Universitas Negeri Jakarta , Universitas Negeri Surabaya dan juga Universitas Negeri Yogyakarta.
Tetapi yang termasuk penting adalah komunikasi antara pelatih fisik dan teknik maupun orangtya harus dilakuakn setiap waktu. Diskusi setiap hasil pemeriksaan atau tes harus sering dilakukan sehingga pelatih bisa memberikan porsi latihan yang benar.Memang keterlibatan multi displin ilmu sangat penting dan saling terkaitdan harus saling dikomounikasikan perkembangannya.
Menurut pendapat saya bagi atlet usia dibawah 12 tahun tidak perlu latihan setiap harinya. Sudah cukup 4 kali seminggu @ 1,5 jam, setelah ada perkembangan usianya maka ditingkatkan kembali. Disampin itu pula keterlibatan berbagai macam kegiatan olahraga lainnya juga perlu diterapkan bagi kemajuan atlet. Artinya atlet tersebut dianjurkan pula mengenal permainan olahraga lainnya seperti sepakbola, renang, bola basket, softball atau hand ball.(berlanjut)

Tidak ada komentar: