Selasa, 01 September 2020

PELTI Dalam Kenangan ( 2 )


Jakarta, 1 September 2020.Pada tgl  26 Desember 1987, PELTI , induk organisasi tenis Indonesia, berusia 52 tahun. Bagi manusia , pada usia itu bisa dikatakan sudah mencapai kematangan dan kearifan – atau malah mulai memasuki masa pikunnya. Tapi, menerapkan ukuran ini pada sebuah organisasi, kita harus berhati-hati, karena usia organisasi bisa jauh lebih panjang ketimbang usia manusia. Matang tidaknya juga tidak tergantung pada dirinya, tapi di tangan para pengelolanya.
Namun khusus bagi PELTI, pada usianya yang ke 52, tidak mencapai kematangan dan pengalaman seorang manusia pada usia yang sama PELTI, seperti juga umumnya manusia pada usia 50-an, bisa dibilang telah mapan. Telah memiliki cukup asset, secara moral maupun material PELTI terbilang tokoh yag berhasil.

Mari kita lihat. Dalam upaya memasyarakatkan  olah raga tenis, kita saksikan kian merakyatnya olah raga raket ini pada tahun tahun belakangan. Jumlah sekolah tenis, frekwensi pertandingan dan sarana lapangan , meningkat jumlahnya. Para petenis tidak lagi berasal dari kalangan eksklusif atau the haves. Dari segi prestasi , raihan medali emas di turnamen internasional bukan lagi angan-angan.
Toh, berbagai kalangan yang ditanyai menghimbau agar prestasi emas yang diraih PRLTI dan para anggotanya jangan membuat kubu tenis Indonesia itu berpuas diri. Kita belum mampu berbicara lantang di event Piala Davis dan Wimbledon. Puasa diri berarti memberi peluang bagi hadirnya kemunduran padahal semboyan PELTI  adalah “ Pantang Surut “.

Moelyono Silam , yang kini menjabat Ketua Bidang Lit-Bang (Penelitian & Pengembangan) PB PELTI masa bakti 1986-1990 mengemukakan bahwa PELTI  selain sebagai organisasi olah raga tenis juga pernah menjadi alat perjuangan melawan penjajah Belanda. Maka , menurut dia,, organisasi ini bukan saja harus melanjutkan peranannya sebagai lembaga pembinaan olah raga tenis tapi juga harus menjadi alat untuk meningkatkan peranan Indonesia - ya lewat tenis itu – di tingkat dunia. “ Ini harus mendasari para pengurus, pembina maupun para pemain kita, Secara teknis maupun administrative, itu jelas tantangan yang cukup bagus.” Ujarnya.

Moelyono yakin, tantangan tersebut dapat ditanggulangi, karena tenaga dan sumber dayanya tersedia di sini. Untuk itu, yang harus dilakukan segera adalah mengadakan perbaikan di dalam pengorganisasian pembinaan dan Latihan. Mengapa segera, karena di tingkat Asia saja prestasi kita masih di belakang Korea Selatan, Jepang msupun India, Hanya dengan organisasi dan sistem pembinaan yang baik, serta dibarengi dengan prestasi yang terus meningkat. Indoneia baru mampu berperan di tingkat internasional. Upaya itu, tentunya, akan sangat didukung oleh jumlah petenis yang lumayan banyaknya dan roda pertandingan yang mencukupi dan teratur.

B.Panerapan, sebagai tokoh yang pernah menggeluti bidang pembinaan dan perwasitan tenis, melihat perkembangan tenis di Indonesia berjalan sangat pesat, seiring pesatnya kemajuan pertenisan dunia. Perkembangan maju itu tidak saja dilihat dari jumlah perkumpulan yang meningkat banyak, pusat pusat pembinaan bibit tenis, jumlah lapangan dan sebagainya, tetapi juga dalam pengorganisasian dan pengelolaan berbagai turnamen berdasarkan peraturan baru yang sesuai dengan ketentuan MIPTC dan ITF.

Menghadapi berbagai tantangan perkembangan zaman, mulai 1987 PELTI memang telah menyusun taktik dan strategi organisasinya dengan mempertimbangkan pelbagai persyaratan federasi pertenisan dunia. Ini terlihat di dalam melaksanakan turnamen turnamen pada tahun tahun terakhir, seperti Pro-Kennex , Green Sands, dan Challenger , yang pada umumnya berhasil baik. Semua hal ini berkaitan sangat erat dengan pengorganisasian, pembinaan dan perwasitan.
“ Perwasitan dan organisasi turnamen sekarang telah mengarah ke profesionalisme”, ujarnya. Maka sanksi-sanksi terhadap para pemain yang indisiplin dikeluarkan tanpa ragu-ragu. “Ini langkah maju, walau belum komplet. Kita harus menerapkannya dengan konsisten.. “ . Pengerapan juga menganggap perlu penambahan personel yang berkaitan dengan pelaksanan pertandingan. Dikatakan, penerapan peraturan secara tegas dan professional akan membentuk disiplin para pemain, dan pada gilirannya akan meningkatkan prestasi. Pelaksanaan PNP dan TDP oleh PELTI dipuji sebagai tindakan yang bagus sekali, yang mempengaruhi peningkatan disiplin para pelaksana pertandingan dan ofisial, dari referee, umpire, penjaga garis, sampai ke ball boys”

Pangerapan menilai , keadaan positif itu lahir karena orang-orang yang duduk di kepengurusan pimpinan Pak Merdiono sekarang inI sangat tanggap. “ Mereka juga sangat hati-hati dalam mengeluarkan sesuatu kebijaksanaan, sehingga terkesan matang. Semuanya klop, apalagi dana juga menunjang,” katanyA.

Lain lagi pendapat Nyonya Tinangon dan Nyonya Ay Pryanti yang dulu pernah beken sebagai pemain nasional. Mereka lebih menyoroti usaha PELTI sekarang mempersiapkan para petenis muda. Keduanya sependapat, pengiriman para pemain muda ke luar negeri, untuk bertanding atau berlatih, sebagai tindakan yang sangat positif – sama bagusnya dengan mengundang petenis-petenis luar negeri berkunjung kemari.  Itulah cara yang dianggap mereka tepat untuk mengukur kemampuan pemain Indonesia.  “ Untuk junior kita sudah maju banyak. Saya yakin bila pembinaan lebih diintensifkam, sewaktu-wakyu Indonesia dapat melahirkan pemain kaliber dunia.” ujar Nyonya Ay Pryanti, yang almarhum suamnya Tan Liep Tjiauw, menjadi pemain Indoesia pertama yang bertanding di Wimbledon.

Keduanya tak lupa memesankan agar para pemain sekarang tidak cepat merasa puas diri pada hasil yang telah dicapai. Pengorbanan dan usaha yang tidak kenal lelah masih diperlukan untuk mencetak hasil yang sempurna. Cintailah tenis dengan sepenuh hati bila ingin berprestasi, kata mereka. “ Para pemain sekarang harus lebih maju dari pemain dulu, krarena perhatian dari PELTI  kini lebih besar. Berusaha terus, jangan berpuas diri, apalagi besar kepala”.

Mereka menghimbau agar pelatih dalam negeri lebih banyak diberi kesempatan. Pelatih asing boleh saja didatangkan, tapi hanya untuk menambah bekal pengetahuan kepada para pelatih Indonesia- yang memang sangat diperlukan sesuai perkebangan zaman. TAMMAT ,( Foto Ny Ay Pryanti.   Ditulis oleh Benny Mailili (alm) pada HUT PELTI ke 52)
  

Tidak ada komentar: