Jakarta, Dunia tenis kehilangan mata pencarian khusus tenis profesional. Karena kehidupan mereka sudah sepenuhnya income didapat dari turnamen2. Tapi bagi top player masih tertolong dengan adanya sponsor2, sehingga tabungannya masih bisa bertahan sampai kapan sampai kapan tidak ada yang tahu.
Begitu banyak petenis sekelas ATP/WTA- ITF Challenger sangat merasakan sekali tanpa turnamen yang dibatalkan membuat petenis tanpa penghasilan dan bahkan membuat frustasi karena ketidak pastian sampai kapan situasi ini akan berakhir.
Nasibnya seperti pekerja informal lainnya butuh pekerjaan bagi petenis yang didapat dari turnamen profesional.
Bagaimana dengan nasib petenis Indonesia?
Bagi petenis yang dipersiapkan untuk Olimpiade maupun Youth Olympic sudah ada jaminan seperti yang disetujui oleh Kemenpora. Karena sudah ada anggarannya. Tetapi hanya untuk 10 petenis yaitu Christopher Rungkat, Aldila Sutjiadi, Beatrice Gumulya, Jessy Rompies, Priska M Nugroho, Janice Tjen, Naufaldo Jati Agatra, Gunawan Trismuwantara , Kholisa Siti Maisaroh, Tiara Naura.
Senin, 20 April 2020
Rabu, 01 April 2020
Nasib atlet tenis dilanda COVID 19
Jakarta, 1 April 2020. Makin lama tertundanya turnamen bahkan cendrung untuk dibatalkan membawa dampak yang kurang bagus bagi pembinaan tenis Indonesia. Apalagi saat ini mereka sedang menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON ) XX di Papua. Tetapi apa daya keadaan atau situasi saat ini Pemerintah sedang menggalakkan Physical Distancing, sehinga masyarakat harus mengikutinya. Bahkan anggota DPR RI sudah mengusulkan juga agar PON XX ditunda ke 2020.
Selain pembinaan tenis terhambat karena tidak tersedia wadah untuk bertanding akibat COVID 19 melanda dunia, berakibat bagi atlet cabang olahraga (Cabor) individual yaitu Tenis karena atlet tenis khususnya professional tak berdaya tidak ada penghasilan yang didapat kecuali atlet tenis yunior.
Atlet tenis elite atau dunia sudah mulai menjerit karena tidak ada pemasukan, tetapi tidak berarti bagi atlet 10 besar dunia yang sudah pasti telah banyak kocek didapat dari sponsor dll.\Tapi bagi atlet kelas Chalengger ITF masih membutuhkan turnamen sebagai sumber pendapatannya, karena sumber penghasilan dari turnamen dibatalkan oleh ITF sementara waktu. Hanya membuat atlet stress adalah tertudanya itu tidak bisa ditentukan kapan bisa selesai
Bagaimana nasib atlet Indonesia ?
\
Langganan:
Postingan (Atom)