Senin, 24 Februari 2020

Yang Benar adalah Tenis, Bukan Tenis Lapangan

Jakarta, 24 Februari 2020. Sampai saat ini masih ada saja anggota pengurus Pelti di daerah maupun Cabang menanggapi keliru terhadap istilah tenis lapangan. Ini karena ketidak tahuannya terhadap sejarah istilah tersebut.
Pada suatu saat membaca WA yang dikirim oleh orangtua pelatih di grup WA. Terlihat pada spanduknya tulisan TENIS LAPANGAN saat anaknya adakan coaching clinic. Kemudian dengan maksud baik diberitahukan kesalahan tersebut ternyata ditanggapi lain oleh orang tua tersebut. Kebetulan kenal tapi ada kesan selama ini dia kurang suka terhadap AFR.

Karena yang bersangkutan juga ikut dalam kepengurusan Pelti didaerah nya maka dicoba meluruskan istilah Tenis Lapangan itu. Dulu sewaktu menjabat di Pelti sendiri, setiap rapat dengan KONI Pusat jika keluar statement Tenis Lapangan maka AFR langsung meralat karena jangan berlarut larut, Karena sebagai pengurus Pelti tentunya berkewajiban meluruskan istilah Tenis Lapangan menjadi TENIS saja tanpa embel embel lapangan.

Ada sejarahnya. Karena dulu waktu PELTI merupakan kepanjangan Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (1986-1990) sebagai pengganti Persatuan Lawn Tennis Indonesia, maka istilah ini secara resmi menyatakan cabang olahraga tenis atau tenis lapangan. Tetapi setelah ini berubah menjadi Persatuan Tenis seluruh Indonesia maka istilah tenis lapangan berubah dan ini kewajiban anggota pengurus baik di Pusat maupun Daerah dan Cabang untuk meluruskannya.

Kemudian agak emosional juga oleh yang bersangkutan menjawab WA tersebut dengan mengatakan daripada bikin turnamen hanya cari untung saja. Lho kok jadi belok topik pembicaraan.

Ini juga perlu diketahui istilah bikin turnamen cari untung. Sebanarnya Pelti sendiri tulang punggung dana yang diperoleh untuk operasionalnya adalah KEUNTUNGAN dari Turnamen. 

Timbul pertanyaan apakah bikin turnamen itu ada untungnya. Kalau dikelola dengan baik maka tentunya ada untung. Bahkan ITF sendiri dana yang diperoleh itu berasal dari turnamen ITF Grand Slam , santion fee turnamen ke Pelti, dan iuran anggota. Kalau dulu Pelti belum menjalankan nya, tetapi sekarang dengan adanya Kartu Tanda Anggota Pelti juga merupakan sumber dana operasional , disamping dana berasal dari sponsor.

Teringat waktu 1986-1990, sewaktu duduk sebagai Manager Program Pertandingan PB Pelti, kegiatan Eksibisi Michael Chang ke Indonesia menghasilkan untung sekitar Rp 200 juta.

Kok bisa ada untung dari turnamen. Buatlah budget semakasimal mungkin sehingga bagian pencarian dana untuk memcapainya. Tetapi dalam pelaksanannya cost yang keluar seminimal mungkin. Sehingga ada kelebihan dana yang digunakan untuk operasional Organisasi.

Begitu juga disaat dipercayakan mengendalikan Green Sands Satellite Circuit selama 2 tahun ternyata selalu ada kelebihan dana. Tahun pertama diberikan Rp 100 juta oleh sponsor habisnya hanya Rp 80 juta , begitu juga tahun depannya diberikan hanya Rp 80 juta, ternyata bisa dihabiskan Rp 60 juta. Justru karena itu diberi kepercayaan oleh pimpinan.

Tidak ada komentar: