Sabtu, 04 Maret 2017

Persahabatan bisa putus karena Pilkada

Jakarta, 3 Maret 2017. Saat ini dimasyarakat kita penuh dengan intrik intrik negatip khususnya menjelang Pilkada di Jakarta. Pengaruhnya cukup besar sehingga banyak peristiwa peristiwa  yang saling curiga bahkan pertemanan mulai kendor. Unsur politik begitu besar sehingga ketika membaca tulisan disosmed ada kekuatiran apakah ini berita benar atau hoax yang sedang populernya. begitu juga saya coba berdiskusi setiap ada kesempatan di lapangan tenis jika ada turnamen sehingga tahu mana rekan yang sangat fanatik terhadap isu isu yang sedang berkembang. Dalam kesempatan lainnya dalam percakapan di WA saya pernah terima teguran dari rekan baik yaitu dengan kata kata 

" Opa tidak merasakan perasaan kaum Moeslim. Karena Opa Non Moeslim"  Begitu ngototnya rekan saya ini ketika saya katakan ini karena masalah Pilkada sehingga terjadi begitu ngototnya bagi yang kontra. Tetapi tetap tidak diakui kalau itu masalah politik.

Wow sampai begitunya masalah kasus Ahok menjadi perbincangna secara nasional bahkan internasional. Pro Kontra sudah biasa dalam kehidupan sehari hari. Tapi karena saya bukan seorang politikus maka masalah politik ini .


Tetapi ada satu tulisan cukup menarik yaotu
" Atheis dimusuhi karena tidak bertuhan. BerTuhan dimusuhi karena Tuhannya beda. Tuhannya sama dimusuhi karena nabinya beda. Nabinya sama dimusuhi karena aliranya beda. Alirannya sama dimusuhi karena pendapatnya berbeda. Pendapatnya sama dimusuhi karena partainya beda. Partainya sama dimusuhi karena pendapatanya beda"
  

Tidak ada komentar: