Senin, 04 Juli 2011

Waktu sama ada 2 TDP

Jakarta, 4 Juli 2011. Minggu lalu kegiatan turnamen nasional cukup padat dimana setiap masyarakat berkeinginan selenggarakan suatu turnamen nasional. Hal ini sudah lama saya prediksikan akan terjadi di Indonesia. Bisa dibayangkan saat ini di Indonesia ada 33 Pengurus Provinsi Pelti dan membawahi Pelti kabupaten/Kotamadya sejumlah 491. Apakah kita bisa menolak masing masing pihak berkeinginan selenggarakan TDP Nasional?

Awalnya turnamen nasional khususnya yunior diselenggarakan disaat liburan sekolah tetapi sekarang sudah tidak berlaku lagi, setiap bulannya ada turnamen. Hal ini dirintis oleh RemajaTenis dimana saya selaku pemekarsa untuk memenuhi salah satu kebutuhan petenis yunior didalam pembinaannya. Maka dibulan Juni - Juli selalu secara beruntun turnamen nasional yunior. Artinya setiap minggu mulai dibuka oleh Thamrin Cup di Jakarta diikuti berturut turut Oneject Indonesia (Bandung),Tegal Open, Tugu Muda. Dulu rangkaian ini mulai dari Thamrin, Pangdam Siliwangi, Tugu Muda, Batik Keris dan ditutup di Malang Piala Gajayana. Ini terjadi ditahun 1990an.
Sekarang ditahun 2010 diubah menjadi Thamrin Cup, Oneject (pengganti Piala Pangdam Siliwangi), Tegal Open, Tugu Muda, Bakrie Jogja, Bakrie Blora. Ini turnamen di pulau Jawa. Tahun lalu dibulan ini RemajaTenis muncul di Banjarmasin berbarengan dengan Tegal Open.
Sepengetahuan saya, tidak ada larangan jika ada turnamen yang bersamaan waktunya tetapi beda provinsi. Ini pandangan yang saya kenal di kalangan PP Pelti.
Sewaktu keinginan Piala Bupati Bogor agar digelar bersamaan dengan Tegal Open, saya sendiri sudah menganjurkan agar diundur saja keminggu berikutnya. Tetapi karena Pelti Kab Bogor berkeinginan agar dalam suasana Hari Jadi Bogor bisa digelar secepatnya karena Pelti Bogor akan tunjukkan aktivitasnya ke Bupati Bogor kalau tenis ada kegiatan. Ini untuk pertama kali Kabupaten Bogor menggelar event nasional. Cabang olahraga lainnya hanya gelar pertandingan persahabatan saja.
Jadi keinginan ini tidak bisa dibendung, dan jika diijinkan oleh PP Pelti maka event ini bisa berjalan. Ada satu pemikiran juga jika tidak diijinkan seperti keinginan beberapa orang maka keinginan agar ada event tidak bisa dibendung, bisa saja penyelenggara akan selenggarakan turnamen tenis yunior juga yang tidak diakui Pelti walaupun Pelti sendiri yang selenggarakan. Sayang dong kalau tidak diup-grade menjadi event nasional. Hal seperti ini banyak terjadi dimana penyelenggara turnamen yunior diadakan dengan melanggar salah satu ketentuan yang tabu disuatu turnamen yunior yaitu berikan prize money. Hal seperti ini banyak juga penggemarnya dimana orangtua tidak mau tahu apakah ini TDP atau bukan yang penting yang dikejar adalah hadiahnya dengan dalih dari pada keluar kota buang uang lebih baik yang dalam kotanya tanpa keluar uang akomodasi dll.

Akhirnya PP Pelti menyetujui dengan keluarkan SK TDP nya. Dan saya so pasti akan terima omelan dari teman2 di Tegal, sebagai konsukuensi keluarnya pengakuan PP Pelti. Betul juga sayapun terima telpon dari teman2 di Tegal. Saya hanya sampaikan kalau suatu saat akan terjadi hal seperti ini.Teman inipun masih mau mendengar. Karena saya juga yakin peserta di Tegal akan tetap banyak karena kategorinya lebih tinggi daripada di Cibinong.

Saya teringat juga sewaktu RemajaTenis tanggal 14-17 Mei 2011 yang diselenggarkan di Bantul. Sebenarnya RemajaTenis sudah mendapatkan SK TDP tetapi dikatakan kalau belum ada. Sayapun tidak ambil pusing padahal saya yakin sudah ada SK TDPnya. Menyadari kalau saya ini punya penyakit lupa jadi saya juga bingung. Lebih baik saya ngalah saja walaupun dapat keterangan dari petugas yang biasa ketik SK TDP bahwa dia tidak pernah buat SK TDP untuk Remaja Tenis 14 -17 Mei 2011 di Jakarta. Maka apa yang terjadi jadwal Karawang Open yang semula diajukan oleh panpelnya setelah jadwal RemajaTenis, tiba tiba berubah dimajukan sama dengan RemajaTenis. Saya terima pertanyaan waktu itu, apakah siap kalau diadu dengan Karawang Open. Saya menyadari ini bukan solusi yang tepat, karena menurut saya yang rugi adalah atletnya sendiri. Kesempatan ikut 2 event bisa bingung hanya bisa pilih satu event saja. Kalau soal takut sih tidak takut. Itu yang saya katakan, dan saya hanya berikan solusi kalau RemajaTenis akan mengalah. Saya menyadari semua ini kalau ini merupakan salah satu rekayasa saja dari orang yang kurang menyenangi eksistensinya RemajaTenis. Walaupun 2 provinsi tetapi letaknya berdekatan, dimana pesertanya berasal dari tempat yang sama. Maka keputusan saya adalah pindah saja ke Jawa Timur atau lainya. Maka didapat daerah Bantul di D.I.Y yang bersedia menyediakan lapangan tenisnya.

Kepada rekan dari Tegal saya sampaikan kalau tidak perlu kuatir dengan pesertanya karena so pasti beda kategori kedua turnamen dimana banyak yang akan mencari kategori lebih tinggi, dan terbukti sudah peserta Tegal Open lebih banyak dibandingkan Piala Bupati Bogor.

Tidak ada komentar: