Jakarta, 14 Juli 2011. Hari ini saya terima SMS dari salah satu orangtua yangputranya cukup aktip ikuti turnamen tenis yunior. Isinya sangat mengagetkan sekali karena selama ini saya menganggap turnamentersebut sudah mengerti mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan khususnya turnamen yunior. Bunyi SMS tersebut sebagai berikut. " Pak..kejuaraan B kok dapat uang ya pak." begitulah SMS tersebut datang dari Jogja yang sedang berlangsung saat itu. Sayapun langsung kirimkan SMS kepada penyelenggara. " Mohon kepada pemenang B Jogja tdk diberikan peize money sesuai ketentuan TDP tdk diperkenankan beri hadiah uang. Mhn jgn dilanggar." Tetapi SMS saya ini tidak dijawab. Karena ingin tahu lebih detail sayapun kirimkan SMS kepada orangtua yang melaporkan masalah ini. Dan juga kepada orangtua lainnya sebagai peserta. Ada jawabannya . Mmgpak juara dpt uang dan HP, quarter dpt baju celana. Tetapi ada juga orangtua yang beri jawabannya agak lucu. Setahu saya dari dulu turnamen B ini selalu berikan uang. Dan karena saya minta diberikan buktinya maka saya terima jawabannya.
Amplop d ambil...sbgai bukti pengambilan uang. dan uangnya d ambil oleh pemenangnya. Penasaran juga maka saya kirim SMS ke refeee yang bertugas dan penanggung jawab wasit di PP Pelti. Dapat jawaban dari penanggung jawab wasit Didapatka data dari referee yang bertugas kalau penyelenggara berikanberpacu ke voucher. Karena saya tetap mencari tahu maka saya kemukakan kepada penanggung jawab wasit bukti laporan dari orangtua pemenang menyatakan ada uang cash. Maka saya terima balasan dari penanggung jawab wasit yaitu. " Menurut keterangan yg sy dpt orangtua pemain yg ambil." Ini berkembang terus dan karena saya tetap ngotot kirim sms kepada referee yangtidak menanggapinya, maka tiba tiba saya terima jawabannya esok hari ." Sepngetahuan saya, pemain dapat piagama, Piala dan hadiah bola." Tetapi karena saya masih kurang yakin jawabannya ini maka saya krimkan sms lagi sebagai tanggapan. Kemungkinan setelah ketahuan beri prize money maka diubahlah caranya. Tetapi sehari sebelumnya sudah ada yangmenerimanya kemudiandihari terakhir diganti caranya dengab berikan bolayang kemudian bola itu dibeli panitia ditempat pertandingan. Cara cara seperti ini sudah jelas melanggar. Tetapi ada yang menarik salah satu rekan saya coba investigasi orangtua pemenang yang dikenalnya karena putranya keluar sebagai pemenang. Jawaban yang diterima agak lucu. Karena orangtua itu katakan jangan beri tahu kepada saya. Ada pengakuannya juga sebagai pegangan. Waduh saya coba kirimkan sms kepada Ketua Pelti kota Jogja. Yang dalam sms kemasyarakat tenis disebutkan kalau mereka tidak pernah mendapatkan teguran dari PP Pelti. Saya langsung kirimkan sms menyebutkan jika ada pelanggaran aturan TDP dengan berikan hadiah uang (dalam bentuk apapun) maka tdk diakui sebagai TDP. Dan sms sys dibalasnya pula . Isinya. " Maaf menurut yg saya tau tidak ada hadiah apapun kecuali piagam, piala dan sovenir, jadi selain tsb diatas tidak ada, karena saya juga ikut menyerahkan utk salah satu pemenang, terima kasih". Maka saya forward saja sms yg saya terima dari salah satu orangtua pemenang yang terima hadiah uang.Dan sebutkan hasil investigasi dari rekan2 di Pelti ada ditemukan hadia pemberian uang.Akhirnya diapun mau mengerti.
Ya, kalau begitu terus maka saya kasian terhadap petenis yang menerima hadiah uang yang nilainyatidak terlalu besar karena uang yang diterima sekitar dibawah Rp. 500 ribu.
Rabu, 27 Juli 2011
Jumat, 08 Juli 2011
Harus jeli persiapkan atlet ke PON 2012
Jakarta, 8 Juli 2011. Menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 di Riau oleh PP Pelti akan diselenggarakan Pra-PON yang waktunya masih belum ditentukan sekali karena ada permintaan agar dilaksanakan akhir tahun 2011.
Disamping itu pula ada ketentuan baru dimana peserta PON ini harus kelahiran tahun 1991, sehingga beri peluang kepada atlet2 daerah bisa berkembang dan bisa ikuti event akbar sekali 4 tahun ini.
Tetapi kalau saya ikut perkembangan ada daerah yang tenang tenang saja tidak terlihat aktivitasnya tetapi ada yang sudah mempersiapkan dirinya bahkan ada daerah sudah mulai lakukan import atlet daerah lain atau dengan kata lain mutasi atlet atau lebih kasar dikatakan beli atlet.
Saya mencoba membuka atau menganalisa keadaan pertenisan saat ini yang saya kira tidak semua daerah mengetahuinya.
Daerah 12 tempat yang diperebutkan daerah dalam PON maka 8 daerah akan masuk langsung didalamnya termasuk tuan rumah. Ketujuh daerah ini dipilih berdasaran 2 atletnya yang memiliki Peringkat NasionalPelti (PNP) tertinggi.
Saya mau coba membaca peta kekuatan berdasarkan PNP terakhir ( 1 April 2011. Dari nama nama yang tercatat 53 atlet ternyata yang bisa ikuti PON ini hanya 24 putra dan dari 42 nama putri yang layak ikut hanya 37 petenis.Memang putri yunior lebih banyak memiliki PNP dikelompok umum atau senior.
Bagaimana kesempatan atlet atlet bisa ikuti PON?
Coba kita lihat dari putra lebih dulu. Ada 24 putra. Andaikan distribusi atlet dari 24 tersebut kita asumsikan perdaerah 2 maka ada 12 daerah yang layak, sedangkan yang masuk langsung tanpa ikuti PRa_PON adalah 7 daerah dan 1 tuan rumah masuk langsung. Artinya hayna 14 atlet saja yang dihitung, tetapi kenyataannya akan berbeda karena ada daerah yang memiliki 3-4 atletnya.
Saya coba analisa dulu, dari 24 atlet tersebut mewakili daerah mana saja.
DKI ada 5, Jawa Barat 3, Jawa Tengah 4, Jawa Timur 3, Sumut 1, Kalimantan Barat 1. Berarti hanya 6 dan tuan rumah yang langsung masuk ke PON 2012.
Bagaimana dengan putri yang memiliki PNP ada 37 petenis. Kalau dirata ratakan saja secara kasar, maka andaikan setiap daerah 2 didapat 18 daerah.
Coba kita lihat dari 37 nama tersebut pembagian nya seperti apa.
DKI 11, Jabar 4, Jateng 11, Jatim 2, DIY 2, Kalbar 1, Sumsel 1, Sumut 1,Kaltim 1, Sumbar 1, Sulut 1. Berarti ada 11 daerah plus 1 tuan rumah.
Melihat peta ini seharusnya rekan rekan duidaerah lebih jeli melihat peluangnya. Saat ini baru satu daerah yang menyatakan tidak ikut Pra-PON yaitu Papua.
Saya sendiri sewaktu bertemu rekan rekan didaerah telah menyampaikan masalah peluang bisa didapat asal tahu cara caranya. Salah satu yang saya anjurkan agar setiap daerah bisa selenggarakan turnamen nasional kelompok umum sehingga bisa mendapatkan PNP bagi daerahnya. Ini lebih murah daripada kirimkan atletnya ikuti turnamen di Jakarta.
Disamping itu pula ada ketentuan baru dimana peserta PON ini harus kelahiran tahun 1991, sehingga beri peluang kepada atlet2 daerah bisa berkembang dan bisa ikuti event akbar sekali 4 tahun ini.
Tetapi kalau saya ikut perkembangan ada daerah yang tenang tenang saja tidak terlihat aktivitasnya tetapi ada yang sudah mempersiapkan dirinya bahkan ada daerah sudah mulai lakukan import atlet daerah lain atau dengan kata lain mutasi atlet atau lebih kasar dikatakan beli atlet.
Saya mencoba membuka atau menganalisa keadaan pertenisan saat ini yang saya kira tidak semua daerah mengetahuinya.
Daerah 12 tempat yang diperebutkan daerah dalam PON maka 8 daerah akan masuk langsung didalamnya termasuk tuan rumah. Ketujuh daerah ini dipilih berdasaran 2 atletnya yang memiliki Peringkat NasionalPelti (PNP) tertinggi.
Saya mau coba membaca peta kekuatan berdasarkan PNP terakhir ( 1 April 2011. Dari nama nama yang tercatat 53 atlet ternyata yang bisa ikuti PON ini hanya 24 putra dan dari 42 nama putri yang layak ikut hanya 37 petenis.Memang putri yunior lebih banyak memiliki PNP dikelompok umum atau senior.
Bagaimana kesempatan atlet atlet bisa ikuti PON?
Coba kita lihat dari putra lebih dulu. Ada 24 putra. Andaikan distribusi atlet dari 24 tersebut kita asumsikan perdaerah 2 maka ada 12 daerah yang layak, sedangkan yang masuk langsung tanpa ikuti PRa_PON adalah 7 daerah dan 1 tuan rumah masuk langsung. Artinya hayna 14 atlet saja yang dihitung, tetapi kenyataannya akan berbeda karena ada daerah yang memiliki 3-4 atletnya.
Saya coba analisa dulu, dari 24 atlet tersebut mewakili daerah mana saja.
DKI ada 5, Jawa Barat 3, Jawa Tengah 4, Jawa Timur 3, Sumut 1, Kalimantan Barat 1. Berarti hanya 6 dan tuan rumah yang langsung masuk ke PON 2012.
Bagaimana dengan putri yang memiliki PNP ada 37 petenis. Kalau dirata ratakan saja secara kasar, maka andaikan setiap daerah 2 didapat 18 daerah.
Coba kita lihat dari 37 nama tersebut pembagian nya seperti apa.
DKI 11, Jabar 4, Jateng 11, Jatim 2, DIY 2, Kalbar 1, Sumsel 1, Sumut 1,Kaltim 1, Sumbar 1, Sulut 1. Berarti ada 11 daerah plus 1 tuan rumah.
Melihat peta ini seharusnya rekan rekan duidaerah lebih jeli melihat peluangnya. Saat ini baru satu daerah yang menyatakan tidak ikut Pra-PON yaitu Papua.
Saya sendiri sewaktu bertemu rekan rekan didaerah telah menyampaikan masalah peluang bisa didapat asal tahu cara caranya. Salah satu yang saya anjurkan agar setiap daerah bisa selenggarakan turnamen nasional kelompok umum sehingga bisa mendapatkan PNP bagi daerahnya. Ini lebih murah daripada kirimkan atletnya ikuti turnamen di Jakarta.
Kamis, 07 Juli 2011
Pembina Kurang Menghargai Perjuangan atletnya
Jakarta, 7 Juli 2011. Ada satu permasalahan yang saya perhatikan didunia pertenisan kita ini. Ada permasalahan yang bisa dianggap sepele. Semua pihak mengakui kalau peranan orangtua itu sangat dominan didalam memajukan pendidikan putra dan putrinya begitu pula di pertenisan disamping pelatihnya. Ada sesuatu hal yang saya perhatikan perlu juga dipahami bagi para orangtua selaku pembina. Kita akui kalau penggemar tenis itu datang dari berbagai kalangan mulai dari menengah keatas bahkan ada juga yang berasal dari kalangan bawah.
Saya bisa bicara disini berdasarkan pengamatan saya disetiap turnamen khususnya kalangan petenis yunior. Setiap atlet bertanding tentunya membutuhkan perhatian baik dari pelatih maupun orangtuanya.
Memang setiap orangtua maupun pelatih mempunyai pandangan berbeda dengan saya. Tetapi sedikitnya didalam membangun pembinaan putra dan putrinya itu diperlukan juga suatu penghargaan terhadap prestasi yang didapatnya. Nilai penghargaan tentunya akan berbeda beda tergantung dari mana melihatnya. Karena saya pernah merasakan sebagai atlet yunior. Coba kita perhatikan jika melihat didalam suatu acara baik dikalangan bawah maupun atas. Acara lucky draw. Yang hadir memberikan perhatian cukup besar. Padahal nilai barang yang dijadikan hadiah setiap orang bisa membelinya sendiri. Tetapi anthusiasnya mereka mengikutinya. Karena semua mata tertuju kepadanya jika berhasil mendapatkan lucky drwa tersebut. Hal yang sama juga pada petenis yunior. Ada kebanggan disaat acara penyerahan hadiah, semua mata tertuju kepadanya dan diabadikan dengan foto.
Ada beberapa contoh kecil, disaat putra ataupun putrinya mendapatkan prestasi baik mulai dari semifinalis , ataupun runner up dan juga juara, tentunya perlu mendapatkan perhatian baik dari penyelenggara maupun pembinanya. Kalau putra ataupun putrinya menjadi juara ataupun runner up, maka pembinanya masih berikan waktu untuk menunggu acara pemberian penghargaan tersebut. Artinya mau menunggu saat upacara pemberian penghargaan kepada pemenang. Tetapi beda jika hanya mencapai semifinal saja, maka penghargaan yang diberikan oleh penyelenggara itu diangap remeh artinya acara tersebut tidak akan dihadirinya karena ingin pulang cepat cepat. Saya perhatikan sekali, jika ini terjadi bagi atlet yang baru pertama kali menjadi semifinalis, kemudian ditinggal pergi juga oleh pembinannya maka ada sedikit kekecewaan tersendiri. Bagi atlet tentunya ada kebanggaan dengan membawa pulang piala dan piagam yang diterimanya tetapi diterimanya dalam acara khusus yaitu acara pemberian hadiah dan diabadikan dalam foto foto.
Ada lagi kasus lainnya, dimana penghargaan bagi pemenang ditolak oleh pembinanya. Ini kasus benar benar terjadi. Memang saya perhatikan ada beberapa pelaksana turnamen didalam promosi turnamen dengan berbagai cara untuk menarik atlet tersebut bisa berpartisipasi. Berbeda dengan beberapa tahun silam. Karena minimnya turnamen sehingga ada kepastian kehadiran pemain terutama jika dimusim liburan sekolah. Saat ini munculnya turnamen sehingga tiba saatnya pembina tersebut bisa memilih turnamen tersebut sesaui dengan kemampuan koceknya sendiri.
Mau tahu promosi yang dilakukan penyelenggara. Kalau yang biasa sesuai anjuran Pelti, cukup cantumkan hadiah dalam bentuk piala dan piagam sebenarnya sudah cukup . Tetapi akibat persaingan tersebut maka dicantumkan adanya hadiah barang berupa sovenir. Tetapi ada juga dengan berani mencantumkan nilah hadiah barang tersebut mencapai puluhan juta rupiah. Bagi kalangan tertentu bisa mengartikan lain. Saya pernah berdebat dengan salah satu orangtua atlet yang termakan dengan promosi tersebut. Pembina ini lupa kalau dicantumkan hadiah berupa sovenir ataupun barang tersebut dianggapnya ada hadiah uang cash. Hadiah berupa barang dengan nilai puluhan juta bisa juga diartikan mulai dari harga Piala, Piagam dan sovenir. Untuk turnamen yunior mempertandingkan kelompok umur 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun, 16 tahun dan ditambah 18 tahun maka panitia harus sediakan piala sejumlah 10 x 4 bh= 40 piala. Tetapi bisa juga hanya diberikan kepada juara dan runner up, berupa piala dan piagam. Dan semifinalis tidak diberikan piala tetapi piagam. Total hadiah tersebut termasuk sovenir di total bisa saja mencapai puluhan juta rupiah. Kecewa merasa tidak sesuai harapannya, tetapi menurut saya termakan dengan promosi, maka pembina ini langsung tidak mau ambil hadiah piagam dan sovenir yang disediakan (apapun bentuknya). Saat itu setelah saya terangkan semuanya pembina (KU 10 tahun) langsung mau pulang dan saya katakan itu hak Anda. Langsung anaknya diajak pulang . Tetapi apa yang terjadi, didepan saya anak itu tidak mau pulang, dan untungnya ayahnya tidak marah2 sama anaknya karena kesal. "Tunggu dulu mau lihat yang bertanding." ujar anak tersebut memberikan alasannya.
Disinilah, yang perlu diperhatikan pembinanya tidak mau mengerti dengan keinginan putranya. Ini pendapat saya. Karena anak ini ingin juga hadir disaat ada acara penyerahan hadiah walaupun hanya sebagai semifinalis.
Ada satu lagi yang buat saya terkejut. Setelah acara penyerahan hadiah dimana ditambah foto bersama (tentunya anak2 ingin foto bersama sebagai kebanggaannya juga) selesailah sudah acara tersebut. Saat saya mau kembali ke Jakarta, sempat rekan saya mendapatkan sms mengatakan kalau hadiah cincin yang diterima putranya (juara) ternyata cincin emas muda. Saya sendiri tidak mengerti masalah emas.
Artinya cincin itu sudah mau dijual oleh ayahnya. Mungkin sudah butuh uang. Belum 2 jam selesai penerimaan ternyata hadiah itu mau dijual.
Disini saya melihat pembinannya kurang menghargai nilai hasil perjuangan putranya untuk mendapatkan hadiah tersebut. Menurut saya seharusnya putranya menikmati dulu cincin tersebut beberapa hari. Sehingga jika ketemu dengan rekan rekannya tentunya akan bertanya hadiah tersbut. Disinilah kebanggaan atlet dibandingkan rekannya yang kurang berhasil diturnamen.
Bisa saja terjadi pembinanya sudah membutuhkan uang untuk kehiduopan sehari harinya atau untuk membeayai anaknya ikuti turnamen dikota lainnya. Tetapi ini semua pendapat pribadi saya saja menghadapi masalah ini. Karena pengamatan saya banyak orangtua/pembina kurang mendukung prestasi atletnya sendiri, akibat ulah yang berlebihan ini. Kegagalan atlet karena ulah pembinanya sendiri.
Saya bisa bicara disini berdasarkan pengamatan saya disetiap turnamen khususnya kalangan petenis yunior. Setiap atlet bertanding tentunya membutuhkan perhatian baik dari pelatih maupun orangtuanya.
Memang setiap orangtua maupun pelatih mempunyai pandangan berbeda dengan saya. Tetapi sedikitnya didalam membangun pembinaan putra dan putrinya itu diperlukan juga suatu penghargaan terhadap prestasi yang didapatnya. Nilai penghargaan tentunya akan berbeda beda tergantung dari mana melihatnya. Karena saya pernah merasakan sebagai atlet yunior. Coba kita perhatikan jika melihat didalam suatu acara baik dikalangan bawah maupun atas. Acara lucky draw. Yang hadir memberikan perhatian cukup besar. Padahal nilai barang yang dijadikan hadiah setiap orang bisa membelinya sendiri. Tetapi anthusiasnya mereka mengikutinya. Karena semua mata tertuju kepadanya jika berhasil mendapatkan lucky drwa tersebut. Hal yang sama juga pada petenis yunior. Ada kebanggan disaat acara penyerahan hadiah, semua mata tertuju kepadanya dan diabadikan dengan foto.
Ada beberapa contoh kecil, disaat putra ataupun putrinya mendapatkan prestasi baik mulai dari semifinalis , ataupun runner up dan juga juara, tentunya perlu mendapatkan perhatian baik dari penyelenggara maupun pembinanya. Kalau putra ataupun putrinya menjadi juara ataupun runner up, maka pembinanya masih berikan waktu untuk menunggu acara pemberian penghargaan tersebut. Artinya mau menunggu saat upacara pemberian penghargaan kepada pemenang. Tetapi beda jika hanya mencapai semifinal saja, maka penghargaan yang diberikan oleh penyelenggara itu diangap remeh artinya acara tersebut tidak akan dihadirinya karena ingin pulang cepat cepat. Saya perhatikan sekali, jika ini terjadi bagi atlet yang baru pertama kali menjadi semifinalis, kemudian ditinggal pergi juga oleh pembinannya maka ada sedikit kekecewaan tersendiri. Bagi atlet tentunya ada kebanggaan dengan membawa pulang piala dan piagam yang diterimanya tetapi diterimanya dalam acara khusus yaitu acara pemberian hadiah dan diabadikan dalam foto foto.
Ada lagi kasus lainnya, dimana penghargaan bagi pemenang ditolak oleh pembinanya. Ini kasus benar benar terjadi. Memang saya perhatikan ada beberapa pelaksana turnamen didalam promosi turnamen dengan berbagai cara untuk menarik atlet tersebut bisa berpartisipasi. Berbeda dengan beberapa tahun silam. Karena minimnya turnamen sehingga ada kepastian kehadiran pemain terutama jika dimusim liburan sekolah. Saat ini munculnya turnamen sehingga tiba saatnya pembina tersebut bisa memilih turnamen tersebut sesaui dengan kemampuan koceknya sendiri.
Mau tahu promosi yang dilakukan penyelenggara. Kalau yang biasa sesuai anjuran Pelti, cukup cantumkan hadiah dalam bentuk piala dan piagam sebenarnya sudah cukup . Tetapi akibat persaingan tersebut maka dicantumkan adanya hadiah barang berupa sovenir. Tetapi ada juga dengan berani mencantumkan nilah hadiah barang tersebut mencapai puluhan juta rupiah. Bagi kalangan tertentu bisa mengartikan lain. Saya pernah berdebat dengan salah satu orangtua atlet yang termakan dengan promosi tersebut. Pembina ini lupa kalau dicantumkan hadiah berupa sovenir ataupun barang tersebut dianggapnya ada hadiah uang cash. Hadiah berupa barang dengan nilai puluhan juta bisa juga diartikan mulai dari harga Piala, Piagam dan sovenir. Untuk turnamen yunior mempertandingkan kelompok umur 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun, 16 tahun dan ditambah 18 tahun maka panitia harus sediakan piala sejumlah 10 x 4 bh= 40 piala. Tetapi bisa juga hanya diberikan kepada juara dan runner up, berupa piala dan piagam. Dan semifinalis tidak diberikan piala tetapi piagam. Total hadiah tersebut termasuk sovenir di total bisa saja mencapai puluhan juta rupiah. Kecewa merasa tidak sesuai harapannya, tetapi menurut saya termakan dengan promosi, maka pembina ini langsung tidak mau ambil hadiah piagam dan sovenir yang disediakan (apapun bentuknya). Saat itu setelah saya terangkan semuanya pembina (KU 10 tahun) langsung mau pulang dan saya katakan itu hak Anda. Langsung anaknya diajak pulang . Tetapi apa yang terjadi, didepan saya anak itu tidak mau pulang, dan untungnya ayahnya tidak marah2 sama anaknya karena kesal. "Tunggu dulu mau lihat yang bertanding." ujar anak tersebut memberikan alasannya.
Disinilah, yang perlu diperhatikan pembinanya tidak mau mengerti dengan keinginan putranya. Ini pendapat saya. Karena anak ini ingin juga hadir disaat ada acara penyerahan hadiah walaupun hanya sebagai semifinalis.
Ada satu lagi yang buat saya terkejut. Setelah acara penyerahan hadiah dimana ditambah foto bersama (tentunya anak2 ingin foto bersama sebagai kebanggaannya juga) selesailah sudah acara tersebut. Saat saya mau kembali ke Jakarta, sempat rekan saya mendapatkan sms mengatakan kalau hadiah cincin yang diterima putranya (juara) ternyata cincin emas muda. Saya sendiri tidak mengerti masalah emas.
Artinya cincin itu sudah mau dijual oleh ayahnya. Mungkin sudah butuh uang. Belum 2 jam selesai penerimaan ternyata hadiah itu mau dijual.
Disini saya melihat pembinannya kurang menghargai nilai hasil perjuangan putranya untuk mendapatkan hadiah tersebut. Menurut saya seharusnya putranya menikmati dulu cincin tersebut beberapa hari. Sehingga jika ketemu dengan rekan rekannya tentunya akan bertanya hadiah tersbut. Disinilah kebanggaan atlet dibandingkan rekannya yang kurang berhasil diturnamen.
Bisa saja terjadi pembinanya sudah membutuhkan uang untuk kehiduopan sehari harinya atau untuk membeayai anaknya ikuti turnamen dikota lainnya. Tetapi ini semua pendapat pribadi saya saja menghadapi masalah ini. Karena pengamatan saya banyak orangtua/pembina kurang mendukung prestasi atletnya sendiri, akibat ulah yang berlebihan ini. Kegagalan atlet karena ulah pembinanya sendiri.
Publikasi memojokkan jika tidak melihat akar permasalahannya
Jakarta, 7 Juli 2011. Beberapa minggu lalu saya pernah menerima telpon dari salah satu rekan wartawan di Jakarta. Dia menanyakan masalah atlet tenis dengan induk organisasi tenis Pelti. Karena saya masih menyetir mobil, maka saya hanya sms saja kalau sebaiknya tunggu selesai saya menyetir mobil. Tetapi akhirnya saya tidak terima telpon walaupun saya sudah selesai menyetir mobil.
Ini masalah yang kalau diterangkan tidak dari awal maka akan terjadi berbeda persepsi dengan sebenarnya.
Saya sendiri karena mengikuti cerita dari awal baik maksud dan tujuan dari policy yang dibuat induk organisasi maka sayapun masih bisa memberikan penjelasan kepada siapa saja, tetapi bukan diambil cerita atau minta jawaban sepotong potong seperti selama ini dilakukan oleh rekan rekan saya sendiri akibatnya jadi bulan bulanan jurnalis.
Diawal tahun diedarkan selebaran masalah seleksi nasional dengan tujuan untuk kepentingan tim nasional jika terpilih dari seleksi tersbut. Jadi keinginan pembuat seleksi sudah jelas dan diketahui pesertanys sendiri. Dari nominasi atletpun sudah diberitahu maksud dan tujuannya.
Setelah seleksi maka akan diambil 3-4 peringkat tertinggi hasil seleksi tersbut. Maka diundanglah atlet yang terpilih dalam satu kegiatan di Jakarta. Kegiatan pertama dengan mengatas namakan Indonesia maka pemenang seleksi (kira kira begitu) diikut sertakan dalam kegiatan pertama. Memang setiap tahun kegiatan ini sudah cukup dikenal masyarakat tenis. Hasil seleksi akan diikutkan sertakan dalam dua kegiatan baik didalam negeri maupun luar negeri. Masyarakat tenis khususnya atlet yang ikut seleksi so pasti mengetahuinya, termasuk orangtua ataupun pelatihnya.
Dalam satu tahun akan diikut sertakan minimal dalam 2 kegiatan internasional . Dalam kegiatan pertama atlet berhasil lolos sebagai pemenang dan sebagai hadiah maka atlet tersebut diundang nantinya keluar negeri ikuti suatu kegiatan sebagai hadiah selama 5 minggu. Ini gratis lho.
Setelah kegiatan pertama , langsung diterima pernyataan kalau untuk akan datang semua komunikasi harus melalui seorang manajer seperti pengakuan tertulisnya. Maka dicobalah komunikasi langsung kepada orangtuanya dan gagal, karena sudah terikat dengan komitmennya ada manajer yang akan melayaninya. Sewaktu terima pemberitahuan tersbut, maka sayapun punya feeling kalau akan timbul masalah. Kenapa demikian, karena berdasarkan pengalaman saya di Tenis Indonesia ini sehingga muncul dugaan tersebut.Ternyata benar juga.
Dalam kegiatan pertama, memang sempat terungkap kalau atlet tersebut layak diundang ikuti tour turnamen diluar negeri yang dibeayai untuk kelompo umur diatasnya (artinya gratis bagi atlenya), tetapi harus melalui induk organisasi di Tanah Air sesuai ketentuan internasionalnya. Ini pendapat pelatih asing terhadap prospek atlet tersebut.
Kemudian Indonesia harus mengirimkan tim nasional ikuti kejuaraan dunia diluar negeri, dimana atlet tersebut sesuai komitmen di seleknas terpilih membela Merah Putih. Saya tahu selama ini ada kebanggaan tersendiri bagi atlet yang baru pertama kali terpilih membela Merah Putih sehingga otomatis akan setuju.
Tapi ini lain lagi, seperti dugaan saya semula. Ternyata mendapat jawaban tidak langsung dari atlet tersebut melalui manajer yang ditunjuknya, kalau tidak bersedia membela ikut dalam tim nasional. Alasannya adalah bukan lawannya dan dia harus berjuang sendiri dalam tim. Disinilah saya melihat ego nya lebih menonjol, bukan keinginan membela Merah Putih.
" Ya, kalau sudah begitu mau diapain lagi. Betulkan dugaan saya sebelumnya kalau akan ada masalah.? " ujar saya kepada rekan sendiri yang bertanggung jawab atas tim nasional ini.
Sehingga induk organisasi harus menerima keinginan tersebut. Masalah ini ada dua pendapat yang berbeda dan sah sah saja. Apalagi kalau tidak ikuti permasalahan sebelumnya. Karena sudah demikian, terpaksa keinginan tidak mau membela Merah Putih harus diterima.
Kemudian terima undangan ikuti tur keluar negeri sebagai hasilnya di kegiatan pertama. Dan langsung dikirimkan kepada petenis tersebut melalui manajernya. Dan jawabannya yang diterima sama juga seperti diatas, menolak karena lebih mengharapkan hadiah tur untuk kelompok umur diatasnya. Ini juga wajar wajar saja keinginan tersebut untuk meningkatkan prestasi. Yang jadi pertanyaan segelintir rekan saya, adalah kenapa musti pilih-pilih sedangkan atlet tersebut sebagai yang diundang. Jadi tergantung yang mengundang.
Inilah masalah yang berkembang dan muncullah persepsi sepihak apalagi ditambah opini dari beberapa teman yang sedikit kecewa yang memojokkan. Wajar saja persepsi orang kecewa berbeda dengan yang tidak kecewa, sehingga kacamata melihat permasalahannya sangat sangat berbeda. Inilah tenis di Indonesia ini
Ini masalah yang kalau diterangkan tidak dari awal maka akan terjadi berbeda persepsi dengan sebenarnya.
Saya sendiri karena mengikuti cerita dari awal baik maksud dan tujuan dari policy yang dibuat induk organisasi maka sayapun masih bisa memberikan penjelasan kepada siapa saja, tetapi bukan diambil cerita atau minta jawaban sepotong potong seperti selama ini dilakukan oleh rekan rekan saya sendiri akibatnya jadi bulan bulanan jurnalis.
Diawal tahun diedarkan selebaran masalah seleksi nasional dengan tujuan untuk kepentingan tim nasional jika terpilih dari seleksi tersbut. Jadi keinginan pembuat seleksi sudah jelas dan diketahui pesertanys sendiri. Dari nominasi atletpun sudah diberitahu maksud dan tujuannya.
Setelah seleksi maka akan diambil 3-4 peringkat tertinggi hasil seleksi tersbut. Maka diundanglah atlet yang terpilih dalam satu kegiatan di Jakarta. Kegiatan pertama dengan mengatas namakan Indonesia maka pemenang seleksi (kira kira begitu) diikut sertakan dalam kegiatan pertama. Memang setiap tahun kegiatan ini sudah cukup dikenal masyarakat tenis. Hasil seleksi akan diikutkan sertakan dalam dua kegiatan baik didalam negeri maupun luar negeri. Masyarakat tenis khususnya atlet yang ikut seleksi so pasti mengetahuinya, termasuk orangtua ataupun pelatihnya.
Dalam satu tahun akan diikut sertakan minimal dalam 2 kegiatan internasional . Dalam kegiatan pertama atlet berhasil lolos sebagai pemenang dan sebagai hadiah maka atlet tersebut diundang nantinya keluar negeri ikuti suatu kegiatan sebagai hadiah selama 5 minggu. Ini gratis lho.
Setelah kegiatan pertama , langsung diterima pernyataan kalau untuk akan datang semua komunikasi harus melalui seorang manajer seperti pengakuan tertulisnya. Maka dicobalah komunikasi langsung kepada orangtuanya dan gagal, karena sudah terikat dengan komitmennya ada manajer yang akan melayaninya. Sewaktu terima pemberitahuan tersbut, maka sayapun punya feeling kalau akan timbul masalah. Kenapa demikian, karena berdasarkan pengalaman saya di Tenis Indonesia ini sehingga muncul dugaan tersebut.Ternyata benar juga.
Dalam kegiatan pertama, memang sempat terungkap kalau atlet tersebut layak diundang ikuti tour turnamen diluar negeri yang dibeayai untuk kelompo umur diatasnya (artinya gratis bagi atlenya), tetapi harus melalui induk organisasi di Tanah Air sesuai ketentuan internasionalnya. Ini pendapat pelatih asing terhadap prospek atlet tersebut.
Kemudian Indonesia harus mengirimkan tim nasional ikuti kejuaraan dunia diluar negeri, dimana atlet tersebut sesuai komitmen di seleknas terpilih membela Merah Putih. Saya tahu selama ini ada kebanggaan tersendiri bagi atlet yang baru pertama kali terpilih membela Merah Putih sehingga otomatis akan setuju.
Tapi ini lain lagi, seperti dugaan saya semula. Ternyata mendapat jawaban tidak langsung dari atlet tersebut melalui manajer yang ditunjuknya, kalau tidak bersedia membela ikut dalam tim nasional. Alasannya adalah bukan lawannya dan dia harus berjuang sendiri dalam tim. Disinilah saya melihat ego nya lebih menonjol, bukan keinginan membela Merah Putih.
" Ya, kalau sudah begitu mau diapain lagi. Betulkan dugaan saya sebelumnya kalau akan ada masalah.? " ujar saya kepada rekan sendiri yang bertanggung jawab atas tim nasional ini.
Sehingga induk organisasi harus menerima keinginan tersebut. Masalah ini ada dua pendapat yang berbeda dan sah sah saja. Apalagi kalau tidak ikuti permasalahan sebelumnya. Karena sudah demikian, terpaksa keinginan tidak mau membela Merah Putih harus diterima.
Kemudian terima undangan ikuti tur keluar negeri sebagai hasilnya di kegiatan pertama. Dan langsung dikirimkan kepada petenis tersebut melalui manajernya. Dan jawabannya yang diterima sama juga seperti diatas, menolak karena lebih mengharapkan hadiah tur untuk kelompok umur diatasnya. Ini juga wajar wajar saja keinginan tersebut untuk meningkatkan prestasi. Yang jadi pertanyaan segelintir rekan saya, adalah kenapa musti pilih-pilih sedangkan atlet tersebut sebagai yang diundang. Jadi tergantung yang mengundang.
Inilah masalah yang berkembang dan muncullah persepsi sepihak apalagi ditambah opini dari beberapa teman yang sedikit kecewa yang memojokkan. Wajar saja persepsi orang kecewa berbeda dengan yang tidak kecewa, sehingga kacamata melihat permasalahannya sangat sangat berbeda. Inilah tenis di Indonesia ini
Senin, 04 Juli 2011
Agar tidak terlihat bodoh
Jakarta, 4 Juli 2011. Ada permintaan atau pertanyaan kepada saya dari orang kedua PP Pelti yaitu masalah ketentuan Davis Cup. Jika nominasi 4 pemain dan 1 kapten telah dikirimkan apakah bisa digantikan oleh sewaktu hari H nya.
Memang saya sudah lama tinggalkan baca aturan ini, maka ada pengertian tentang klausul ini. Memang didalam nominasi yang dikirimkan itu menyebutkan kalau 1 jam sebelum pertandingan 2 nama bisa diganti. Secara gamblang pengertian semua pihak mengatakan kalau mau mengganti maka harus diambil dari 4 nama yang sudah dinominasikan.
Untuk meyakinkan atas ketentuan ini maka cara paling mudah saya akan bertanya kepada rekan wasit luar negeri yang sudah biasa memimpin Davis Cup ini.
Tetapi saya juga tidak mau dikatakan bodoh sekali atas aturan ini, maka saya cari cara bertanya dimana agar mereka membenarkan pendapat saya. Dan ternyata berhasil dan mereka katakan setuju dengan pendapat saya,
Jawabannya adalah kita bisa mengganti 2 nama diambil dari diluar 4 nama yang sudah dinominasikan itu. Begitulah cara saya bertanya karena sudah malas membaca buku ketentuan Davis Cup yang sudah ada.
Memang saya sudah lama tinggalkan baca aturan ini, maka ada pengertian tentang klausul ini. Memang didalam nominasi yang dikirimkan itu menyebutkan kalau 1 jam sebelum pertandingan 2 nama bisa diganti. Secara gamblang pengertian semua pihak mengatakan kalau mau mengganti maka harus diambil dari 4 nama yang sudah dinominasikan.
Untuk meyakinkan atas ketentuan ini maka cara paling mudah saya akan bertanya kepada rekan wasit luar negeri yang sudah biasa memimpin Davis Cup ini.
Tetapi saya juga tidak mau dikatakan bodoh sekali atas aturan ini, maka saya cari cara bertanya dimana agar mereka membenarkan pendapat saya. Dan ternyata berhasil dan mereka katakan setuju dengan pendapat saya,
Jawabannya adalah kita bisa mengganti 2 nama diambil dari diluar 4 nama yang sudah dinominasikan itu. Begitulah cara saya bertanya karena sudah malas membaca buku ketentuan Davis Cup yang sudah ada.
Wasit Mau Boikot
Jakarta, 4 Juli 2011 Ada suatu kejadian yang selama ini sudah lama tidak pernah terjadi dipertenisan Indonesia dimana saya terlibat. Saya sedang di Jakarta turnamen Piala Bupati Bogor sedang berjalan dihari kedua. Saya menerima telpon dari Referee disampaikan bahwa rencana penggunaan lapangan di 5 lokasi diciutkan menjadi 2 lokasi saja. Memang rencana semula saya dapatkan laporan dari penanggung jawab RemajaTenis Rahayu MH kalau Piala Bupati Bogor akan menggunakan 4 lokasi artinya total lapangan ada 8 lapangan, tetapi menjelang turnamen diminta oleh Referee karena pesertanya diluar dugaan, maka permintaan Referee tambahan 2 lapangan lagi dan saya anjurkan juga hubungi sama penanggung jawab Rahayu MH agar disiapkan. Saya sendiri sudah sampaikan kepada Referee agar dihitung kembali kebutuhan lapangan tersebut dengan jumlah pesertanya sebelum putuskan tambah lapangan, karena saya tidak mau pusing diadalam tugas merencanakan persiapan turnamen.Ternyata langsung Rahayu bereaksi dengan hubungi Panpel agar permintaan Refere bisa disiapkan oleh Panpel 2 lapangan Brimob di Kedung Halang. Ini berarti tambah tugas baru lagi bagi Rahayu MH, karena sudah diluar rencana berarti ada tambahan dana.
Saya hanya memonitor kegiatan ini sesuai keinginan Panpel yang baru pertama kali selenggarakan turnamen nasional. Dan tenaga pelaksana diserahkan ke crew RemajaTenis.
Sewaktu terima laporan Referee akan ada pengurangan lapangan maka saya anjurkan lapor saja ke atasannya. Dengan penambahan lapangan dari 4 lokasi menjadi 5 lokasi menjelang turnamen maka akan ada perubahan anggarannya, itu logikanya. Beaya lapangan, ballboys, wasit dan tournament desknya.
Rahayu setelah menerima laporan ini langsung merevisi anggaran yang semula meningkat dan memutuskan akan ada pengurangan anggaran dengan berkurangnya 3 lapangan. Memang lapangan tambahan lapangan Brimob direncanakan hanya 2 hari saja.
Mulai dari pengurangan ballboys, kemudian wasit, tournament desk. Setelah dapat konfirmasi Ball boys tidak ada masalah tetapi masalah muncul adalah wasit. Wasit yang digunakan adalah wasit dari Kabupaten Bogor sebagai prioritas utama ditambah wasit dari Jakarta dan Bandung. Maka Rahayu selaku penanggung jawab mencari wasit tambahan dari Jakarta dan Referee mencari wasit dan tournament desk dari Bandung.
Ada pengurangan wasit oleh Rahayu ternyata tidak disetujui oleh wasit dari Bandung, sedangkan wasit dari Jakarta bukan masalah. Mulailan terjadi miskomunikasi antar Referee dan penanggung jawab. Saya sewaktu dilaporkan oleh Rahayu tentang rencana ini cuma mendengar saja dan biarkan jika permasalahan bisa teratasi.
Yang muncul hari ketiga pagi saya ditelpon oleh Direktur Turnamen yang meminta tolong karena ada informasi kalau wasit wasit akan boikot turnamen. Saya mendengar ini langsung naik pitam juga tetapi kepada Direktur Turnamen kalau masalah ini tidak akan terjadi. Sayapun menjamin turnamen akan berjalan seperti biasanya.
Begitu juga saat Referee melaporkan masalah ini kepada saya dan saya menjamin semua permasalahannya bisa teratasi. Tidak disangka ternyata Referee beri kesempatan kepada salah satu wasit dari Bandung mau bicara langsung kepada saya. "Bisa dibayangkan perasaan Bapak yang sedang bertugas tiba tiba diputuskan." ujar Deni salah satu wasit yang datang dari Bandung. Sayapun langsung sampaikan kalau ini masalah miskomunikasi saja antara Referee dengan Rahayu yang bertanggung jawab atas turnamen ini dan kelihatannya wasit ini mulai menurun nada suaranya. Tetapi saat ini juga saya manfaatkan untuk menyampaikan uneg uneg saya. Langsung saya katakan kalau saya mendengar dari Direktur Turnamen kalau wasit mau boikot. Andaikan rencana boikot ini disampaikan oleh wasit langsung kepada saya maka saat itu juga saya akan usir wasit2 yang mau boikot. Karena tidak ada kamusnya bagi saya wasit mau boikot, artinya mau menggagalkan turnamen ini. Dan saya katakan ini untuk kedua kalinya saya alami wasit mau boikot. Dan langsung saya ceritakan kira2 tahun 1990-1991di Samarinda ada Indonesia Masters. Wasit lokal mau boikot atas kepemimpinan saya selaku Direktur Turnamen, dan saya langsung katakan silahkan keluar saja karena saya tidak butuh tenaga kalian. Ini akibat tidak disiplinnya wasit datang kelapangan. Kebetulan saya waktu itu menolak satu wasit yang datang terlambat dan saya minta tidak perlu tugas hari itu juga. Ternyata dia itu pemimpinnya yang langsung mengajak teman temannya. Dan saya tidak gentar dengan gertakan ini. Masalah ini langsung saya angkat ke media masa dengan harapan dibaca oleh petinggi petinggi di Kalimantan Timur, dan cara ini berhasil, karena langsung saya dihubungi oleh Gubernur Kaltim bahkan Kepala Staf Kodam setempat yang saya sudah kenal sebelumnya di RPKAD.
Menyadari hal ini yang sudah pasti ada yang memanas manaskan situasi, maka sayapun katakan saya tidak gentar atas gertakan tersebut. Ternyata wasit dari Jakarta bisa menerima pengurangannya tetapi kenapa wasit dari Bandung tidak. Ini masalah negosiasi antara Referee yang juga asal Bandung dengan mereka.
Tetapi akhirnya rencana boikot tidak jadi dilakukan karena saya juga ancam kalau sampai terjadi jangan harapkan kebagian tugas di Remaja Tenis yang setiap bulan digelar di Jakarta ataupun Bandung.
Akhirnya saya ketahui ada biangnya dari wasit wasit Bandung tersebut yang menghasut rekan rekan wasit dari Cibinong maupun Jakarta, inipun langsung saya sampaikan kepada Rahayu agar tidak digunakan di RemajaTenis Bandung.
Setelah kejadian ini diakhir turnamen, langsung saya minta petugas crew Piala Bupati Bogor dikumpulkan untuk di berikan pengarahan baik oleh Rahayu maupun saya sendiri agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Dan rekan rekan wasit dari Cibinongpun menyampaikan kalau mereka sempat dihasut oleh salah satu wasit asal Bandung tersebut. Bahkan sempat menyebarkan isu ini dengan pelatih pelatih dari Jawa Barat lainnya. Begitulan keinginan wasit tersebut bisa digagalkan setelah saya ikut campur. Akhirnya yang merasa bersalah saling minta maaf. Selesailah tugas saya dalam mengatasi masalah ini.
Saya hanya memonitor kegiatan ini sesuai keinginan Panpel yang baru pertama kali selenggarakan turnamen nasional. Dan tenaga pelaksana diserahkan ke crew RemajaTenis.
Sewaktu terima laporan Referee akan ada pengurangan lapangan maka saya anjurkan lapor saja ke atasannya. Dengan penambahan lapangan dari 4 lokasi menjadi 5 lokasi menjelang turnamen maka akan ada perubahan anggarannya, itu logikanya. Beaya lapangan, ballboys, wasit dan tournament desknya.
Rahayu setelah menerima laporan ini langsung merevisi anggaran yang semula meningkat dan memutuskan akan ada pengurangan anggaran dengan berkurangnya 3 lapangan. Memang lapangan tambahan lapangan Brimob direncanakan hanya 2 hari saja.
Mulai dari pengurangan ballboys, kemudian wasit, tournament desk. Setelah dapat konfirmasi Ball boys tidak ada masalah tetapi masalah muncul adalah wasit. Wasit yang digunakan adalah wasit dari Kabupaten Bogor sebagai prioritas utama ditambah wasit dari Jakarta dan Bandung. Maka Rahayu selaku penanggung jawab mencari wasit tambahan dari Jakarta dan Referee mencari wasit dan tournament desk dari Bandung.
Ada pengurangan wasit oleh Rahayu ternyata tidak disetujui oleh wasit dari Bandung, sedangkan wasit dari Jakarta bukan masalah. Mulailan terjadi miskomunikasi antar Referee dan penanggung jawab. Saya sewaktu dilaporkan oleh Rahayu tentang rencana ini cuma mendengar saja dan biarkan jika permasalahan bisa teratasi.
Yang muncul hari ketiga pagi saya ditelpon oleh Direktur Turnamen yang meminta tolong karena ada informasi kalau wasit wasit akan boikot turnamen. Saya mendengar ini langsung naik pitam juga tetapi kepada Direktur Turnamen kalau masalah ini tidak akan terjadi. Sayapun menjamin turnamen akan berjalan seperti biasanya.
Begitu juga saat Referee melaporkan masalah ini kepada saya dan saya menjamin semua permasalahannya bisa teratasi. Tidak disangka ternyata Referee beri kesempatan kepada salah satu wasit dari Bandung mau bicara langsung kepada saya. "Bisa dibayangkan perasaan Bapak yang sedang bertugas tiba tiba diputuskan." ujar Deni salah satu wasit yang datang dari Bandung. Sayapun langsung sampaikan kalau ini masalah miskomunikasi saja antara Referee dengan Rahayu yang bertanggung jawab atas turnamen ini dan kelihatannya wasit ini mulai menurun nada suaranya. Tetapi saat ini juga saya manfaatkan untuk menyampaikan uneg uneg saya. Langsung saya katakan kalau saya mendengar dari Direktur Turnamen kalau wasit mau boikot. Andaikan rencana boikot ini disampaikan oleh wasit langsung kepada saya maka saat itu juga saya akan usir wasit2 yang mau boikot. Karena tidak ada kamusnya bagi saya wasit mau boikot, artinya mau menggagalkan turnamen ini. Dan saya katakan ini untuk kedua kalinya saya alami wasit mau boikot. Dan langsung saya ceritakan kira2 tahun 1990-1991di Samarinda ada Indonesia Masters. Wasit lokal mau boikot atas kepemimpinan saya selaku Direktur Turnamen, dan saya langsung katakan silahkan keluar saja karena saya tidak butuh tenaga kalian. Ini akibat tidak disiplinnya wasit datang kelapangan. Kebetulan saya waktu itu menolak satu wasit yang datang terlambat dan saya minta tidak perlu tugas hari itu juga. Ternyata dia itu pemimpinnya yang langsung mengajak teman temannya. Dan saya tidak gentar dengan gertakan ini. Masalah ini langsung saya angkat ke media masa dengan harapan dibaca oleh petinggi petinggi di Kalimantan Timur, dan cara ini berhasil, karena langsung saya dihubungi oleh Gubernur Kaltim bahkan Kepala Staf Kodam setempat yang saya sudah kenal sebelumnya di RPKAD.
Menyadari hal ini yang sudah pasti ada yang memanas manaskan situasi, maka sayapun katakan saya tidak gentar atas gertakan tersebut. Ternyata wasit dari Jakarta bisa menerima pengurangannya tetapi kenapa wasit dari Bandung tidak. Ini masalah negosiasi antara Referee yang juga asal Bandung dengan mereka.
Tetapi akhirnya rencana boikot tidak jadi dilakukan karena saya juga ancam kalau sampai terjadi jangan harapkan kebagian tugas di Remaja Tenis yang setiap bulan digelar di Jakarta ataupun Bandung.
Akhirnya saya ketahui ada biangnya dari wasit wasit Bandung tersebut yang menghasut rekan rekan wasit dari Cibinong maupun Jakarta, inipun langsung saya sampaikan kepada Rahayu agar tidak digunakan di RemajaTenis Bandung.
Setelah kejadian ini diakhir turnamen, langsung saya minta petugas crew Piala Bupati Bogor dikumpulkan untuk di berikan pengarahan baik oleh Rahayu maupun saya sendiri agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Dan rekan rekan wasit dari Cibinongpun menyampaikan kalau mereka sempat dihasut oleh salah satu wasit asal Bandung tersebut. Bahkan sempat menyebarkan isu ini dengan pelatih pelatih dari Jawa Barat lainnya. Begitulan keinginan wasit tersebut bisa digagalkan setelah saya ikut campur. Akhirnya yang merasa bersalah saling minta maaf. Selesailah tugas saya dalam mengatasi masalah ini.
Seharusnya PREMIUM diisi SOLAR
Jakarta, 4 Juni 2011. Setelah melihat turnamen Oneject Indonesia di lapangan tenis Siliwangi Bandung saya kembali ke Jakarta. Dalam perjalanan kembali seorang diri saya tidak menyadari kalau saya sewaktu mengisi bensin di Rest Area Km 99 dari arah Bandung tidak menyadari masuk ke pom bensin yang salah. Kenapa dikatakan salah, karena saya baru sadari setelah sampai di Cibinong. Waktu itu saya mau ke Cibinong karena ada turnamen Piala Bupati Bogor.
Biasanya kalau mau isi bensin selalu ditanya apakah mau premium atau pertamax. Tapi kali ini saya tidk ditanya seperti itu dan saya waktu itu sudah lapar dan ingin ke toilet sehingga pikiran waras mulai hilang. Pertanyaannya hanya mau isi berapa liter. Langsung saya katakan Rp. 150.000 saja.
Setelah itu kendaraan saya parkir karena mau ke toilet dan mau makan siang. Setelah semua ini dipenuhi sayapun langsung meluncur di jalan tol tersebut.
Memang dalam perjalanan saya suka dengar seperti letupan letupan knalpot, saya pikir ini mobil lainnya. Dan saat mau bayar pintu tol di Bekasi kendaraan meluncur pelan dan mati mesin. Begitulah saya paksakan juga sampai selesai bayar tol kendaraan dalam keadaan susah payah bisa meluncur. Saya berpikir hanya karburator kotor. Setiap jalan macet maka mesinpun mati
Puji syukur saja kendaraan bisa sampai di Cibinong. Selesai acara di Cibinong saya jalankan mobil, dan ternyata tidak bisa lagi, dan saya titipkan saja dihalaman Kantor Bupati Bogor.
Esoknya dibantu teknisi Kabupaten dikatakan sudah bisa, dan yang mengejutkan dianjurkan agar turun mesin. Wah gawat nih kerusakannya. Dan mobil bisa berjalan seperti biasa, tapi dalam perjalanan mati mesin lagi. Dan dicoba sampai sudah malam tidak bisa juga. Akhirnya mobil ditarik ke bengkel. Karena sudah malam terpaksa menginap. Besoknya dapat berita kalau salah isi BBM dimana seharusnya Premium ternyata Solar. Ya, baru ketahuan penyakitnya. Kuras tangki dan seterusnya saya minta agar segera dijalankan. Akhirnya setelah dikuras dan dengan embel embel lainnya kendaraan bisa berjalan sebagaimana biasa.
Ini pelajaran beharga bagi saya didalam mengisi tangki bensin...
Biasanya kalau mau isi bensin selalu ditanya apakah mau premium atau pertamax. Tapi kali ini saya tidk ditanya seperti itu dan saya waktu itu sudah lapar dan ingin ke toilet sehingga pikiran waras mulai hilang. Pertanyaannya hanya mau isi berapa liter. Langsung saya katakan Rp. 150.000 saja.
Setelah itu kendaraan saya parkir karena mau ke toilet dan mau makan siang. Setelah semua ini dipenuhi sayapun langsung meluncur di jalan tol tersebut.
Memang dalam perjalanan saya suka dengar seperti letupan letupan knalpot, saya pikir ini mobil lainnya. Dan saat mau bayar pintu tol di Bekasi kendaraan meluncur pelan dan mati mesin. Begitulah saya paksakan juga sampai selesai bayar tol kendaraan dalam keadaan susah payah bisa meluncur. Saya berpikir hanya karburator kotor. Setiap jalan macet maka mesinpun mati
Puji syukur saja kendaraan bisa sampai di Cibinong. Selesai acara di Cibinong saya jalankan mobil, dan ternyata tidak bisa lagi, dan saya titipkan saja dihalaman Kantor Bupati Bogor.
Esoknya dibantu teknisi Kabupaten dikatakan sudah bisa, dan yang mengejutkan dianjurkan agar turun mesin. Wah gawat nih kerusakannya. Dan mobil bisa berjalan seperti biasa, tapi dalam perjalanan mati mesin lagi. Dan dicoba sampai sudah malam tidak bisa juga. Akhirnya mobil ditarik ke bengkel. Karena sudah malam terpaksa menginap. Besoknya dapat berita kalau salah isi BBM dimana seharusnya Premium ternyata Solar. Ya, baru ketahuan penyakitnya. Kuras tangki dan seterusnya saya minta agar segera dijalankan. Akhirnya setelah dikuras dan dengan embel embel lainnya kendaraan bisa berjalan sebagaimana biasa.
Ini pelajaran beharga bagi saya didalam mengisi tangki bensin...
Waktu sama ada 2 TDP
Jakarta, 4 Juli 2011. Minggu lalu kegiatan turnamen nasional cukup padat dimana setiap masyarakat berkeinginan selenggarakan suatu turnamen nasional. Hal ini sudah lama saya prediksikan akan terjadi di Indonesia. Bisa dibayangkan saat ini di Indonesia ada 33 Pengurus Provinsi Pelti dan membawahi Pelti kabupaten/Kotamadya sejumlah 491. Apakah kita bisa menolak masing masing pihak berkeinginan selenggarakan TDP Nasional?
Awalnya turnamen nasional khususnya yunior diselenggarakan disaat liburan sekolah tetapi sekarang sudah tidak berlaku lagi, setiap bulannya ada turnamen. Hal ini dirintis oleh RemajaTenis dimana saya selaku pemekarsa untuk memenuhi salah satu kebutuhan petenis yunior didalam pembinaannya. Maka dibulan Juni - Juli selalu secara beruntun turnamen nasional yunior. Artinya setiap minggu mulai dibuka oleh Thamrin Cup di Jakarta diikuti berturut turut Oneject Indonesia (Bandung),Tegal Open, Tugu Muda. Dulu rangkaian ini mulai dari Thamrin, Pangdam Siliwangi, Tugu Muda, Batik Keris dan ditutup di Malang Piala Gajayana. Ini terjadi ditahun 1990an.
Sekarang ditahun 2010 diubah menjadi Thamrin Cup, Oneject (pengganti Piala Pangdam Siliwangi), Tegal Open, Tugu Muda, Bakrie Jogja, Bakrie Blora. Ini turnamen di pulau Jawa. Tahun lalu dibulan ini RemajaTenis muncul di Banjarmasin berbarengan dengan Tegal Open.
Sepengetahuan saya, tidak ada larangan jika ada turnamen yang bersamaan waktunya tetapi beda provinsi. Ini pandangan yang saya kenal di kalangan PP Pelti.
Sewaktu keinginan Piala Bupati Bogor agar digelar bersamaan dengan Tegal Open, saya sendiri sudah menganjurkan agar diundur saja keminggu berikutnya. Tetapi karena Pelti Kab Bogor berkeinginan agar dalam suasana Hari Jadi Bogor bisa digelar secepatnya karena Pelti Bogor akan tunjukkan aktivitasnya ke Bupati Bogor kalau tenis ada kegiatan. Ini untuk pertama kali Kabupaten Bogor menggelar event nasional. Cabang olahraga lainnya hanya gelar pertandingan persahabatan saja.
Jadi keinginan ini tidak bisa dibendung, dan jika diijinkan oleh PP Pelti maka event ini bisa berjalan. Ada satu pemikiran juga jika tidak diijinkan seperti keinginan beberapa orang maka keinginan agar ada event tidak bisa dibendung, bisa saja penyelenggara akan selenggarakan turnamen tenis yunior juga yang tidak diakui Pelti walaupun Pelti sendiri yang selenggarakan. Sayang dong kalau tidak diup-grade menjadi event nasional. Hal seperti ini banyak terjadi dimana penyelenggara turnamen yunior diadakan dengan melanggar salah satu ketentuan yang tabu disuatu turnamen yunior yaitu berikan prize money. Hal seperti ini banyak juga penggemarnya dimana orangtua tidak mau tahu apakah ini TDP atau bukan yang penting yang dikejar adalah hadiahnya dengan dalih dari pada keluar kota buang uang lebih baik yang dalam kotanya tanpa keluar uang akomodasi dll.
Akhirnya PP Pelti menyetujui dengan keluarkan SK TDP nya. Dan saya so pasti akan terima omelan dari teman2 di Tegal, sebagai konsukuensi keluarnya pengakuan PP Pelti. Betul juga sayapun terima telpon dari teman2 di Tegal. Saya hanya sampaikan kalau suatu saat akan terjadi hal seperti ini.Teman inipun masih mau mendengar. Karena saya juga yakin peserta di Tegal akan tetap banyak karena kategorinya lebih tinggi daripada di Cibinong.
Saya teringat juga sewaktu RemajaTenis tanggal 14-17 Mei 2011 yang diselenggarkan di Bantul. Sebenarnya RemajaTenis sudah mendapatkan SK TDP tetapi dikatakan kalau belum ada. Sayapun tidak ambil pusing padahal saya yakin sudah ada SK TDPnya. Menyadari kalau saya ini punya penyakit lupa jadi saya juga bingung. Lebih baik saya ngalah saja walaupun dapat keterangan dari petugas yang biasa ketik SK TDP bahwa dia tidak pernah buat SK TDP untuk Remaja Tenis 14 -17 Mei 2011 di Jakarta. Maka apa yang terjadi jadwal Karawang Open yang semula diajukan oleh panpelnya setelah jadwal RemajaTenis, tiba tiba berubah dimajukan sama dengan RemajaTenis. Saya terima pertanyaan waktu itu, apakah siap kalau diadu dengan Karawang Open. Saya menyadari ini bukan solusi yang tepat, karena menurut saya yang rugi adalah atletnya sendiri. Kesempatan ikut 2 event bisa bingung hanya bisa pilih satu event saja. Kalau soal takut sih tidak takut. Itu yang saya katakan, dan saya hanya berikan solusi kalau RemajaTenis akan mengalah. Saya menyadari semua ini kalau ini merupakan salah satu rekayasa saja dari orang yang kurang menyenangi eksistensinya RemajaTenis. Walaupun 2 provinsi tetapi letaknya berdekatan, dimana pesertanya berasal dari tempat yang sama. Maka keputusan saya adalah pindah saja ke Jawa Timur atau lainya. Maka didapat daerah Bantul di D.I.Y yang bersedia menyediakan lapangan tenisnya.
Kepada rekan dari Tegal saya sampaikan kalau tidak perlu kuatir dengan pesertanya karena so pasti beda kategori kedua turnamen dimana banyak yang akan mencari kategori lebih tinggi, dan terbukti sudah peserta Tegal Open lebih banyak dibandingkan Piala Bupati Bogor.
Awalnya turnamen nasional khususnya yunior diselenggarakan disaat liburan sekolah tetapi sekarang sudah tidak berlaku lagi, setiap bulannya ada turnamen. Hal ini dirintis oleh RemajaTenis dimana saya selaku pemekarsa untuk memenuhi salah satu kebutuhan petenis yunior didalam pembinaannya. Maka dibulan Juni - Juli selalu secara beruntun turnamen nasional yunior. Artinya setiap minggu mulai dibuka oleh Thamrin Cup di Jakarta diikuti berturut turut Oneject Indonesia (Bandung),Tegal Open, Tugu Muda. Dulu rangkaian ini mulai dari Thamrin, Pangdam Siliwangi, Tugu Muda, Batik Keris dan ditutup di Malang Piala Gajayana. Ini terjadi ditahun 1990an.
Sekarang ditahun 2010 diubah menjadi Thamrin Cup, Oneject (pengganti Piala Pangdam Siliwangi), Tegal Open, Tugu Muda, Bakrie Jogja, Bakrie Blora. Ini turnamen di pulau Jawa. Tahun lalu dibulan ini RemajaTenis muncul di Banjarmasin berbarengan dengan Tegal Open.
Sepengetahuan saya, tidak ada larangan jika ada turnamen yang bersamaan waktunya tetapi beda provinsi. Ini pandangan yang saya kenal di kalangan PP Pelti.
Sewaktu keinginan Piala Bupati Bogor agar digelar bersamaan dengan Tegal Open, saya sendiri sudah menganjurkan agar diundur saja keminggu berikutnya. Tetapi karena Pelti Kab Bogor berkeinginan agar dalam suasana Hari Jadi Bogor bisa digelar secepatnya karena Pelti Bogor akan tunjukkan aktivitasnya ke Bupati Bogor kalau tenis ada kegiatan. Ini untuk pertama kali Kabupaten Bogor menggelar event nasional. Cabang olahraga lainnya hanya gelar pertandingan persahabatan saja.
Jadi keinginan ini tidak bisa dibendung, dan jika diijinkan oleh PP Pelti maka event ini bisa berjalan. Ada satu pemikiran juga jika tidak diijinkan seperti keinginan beberapa orang maka keinginan agar ada event tidak bisa dibendung, bisa saja penyelenggara akan selenggarakan turnamen tenis yunior juga yang tidak diakui Pelti walaupun Pelti sendiri yang selenggarakan. Sayang dong kalau tidak diup-grade menjadi event nasional. Hal seperti ini banyak terjadi dimana penyelenggara turnamen yunior diadakan dengan melanggar salah satu ketentuan yang tabu disuatu turnamen yunior yaitu berikan prize money. Hal seperti ini banyak juga penggemarnya dimana orangtua tidak mau tahu apakah ini TDP atau bukan yang penting yang dikejar adalah hadiahnya dengan dalih dari pada keluar kota buang uang lebih baik yang dalam kotanya tanpa keluar uang akomodasi dll.
Akhirnya PP Pelti menyetujui dengan keluarkan SK TDP nya. Dan saya so pasti akan terima omelan dari teman2 di Tegal, sebagai konsukuensi keluarnya pengakuan PP Pelti. Betul juga sayapun terima telpon dari teman2 di Tegal. Saya hanya sampaikan kalau suatu saat akan terjadi hal seperti ini.Teman inipun masih mau mendengar. Karena saya juga yakin peserta di Tegal akan tetap banyak karena kategorinya lebih tinggi daripada di Cibinong.
Saya teringat juga sewaktu RemajaTenis tanggal 14-17 Mei 2011 yang diselenggarkan di Bantul. Sebenarnya RemajaTenis sudah mendapatkan SK TDP tetapi dikatakan kalau belum ada. Sayapun tidak ambil pusing padahal saya yakin sudah ada SK TDPnya. Menyadari kalau saya ini punya penyakit lupa jadi saya juga bingung. Lebih baik saya ngalah saja walaupun dapat keterangan dari petugas yang biasa ketik SK TDP bahwa dia tidak pernah buat SK TDP untuk Remaja Tenis 14 -17 Mei 2011 di Jakarta. Maka apa yang terjadi jadwal Karawang Open yang semula diajukan oleh panpelnya setelah jadwal RemajaTenis, tiba tiba berubah dimajukan sama dengan RemajaTenis. Saya terima pertanyaan waktu itu, apakah siap kalau diadu dengan Karawang Open. Saya menyadari ini bukan solusi yang tepat, karena menurut saya yang rugi adalah atletnya sendiri. Kesempatan ikut 2 event bisa bingung hanya bisa pilih satu event saja. Kalau soal takut sih tidak takut. Itu yang saya katakan, dan saya hanya berikan solusi kalau RemajaTenis akan mengalah. Saya menyadari semua ini kalau ini merupakan salah satu rekayasa saja dari orang yang kurang menyenangi eksistensinya RemajaTenis. Walaupun 2 provinsi tetapi letaknya berdekatan, dimana pesertanya berasal dari tempat yang sama. Maka keputusan saya adalah pindah saja ke Jawa Timur atau lainya. Maka didapat daerah Bantul di D.I.Y yang bersedia menyediakan lapangan tenisnya.
Kepada rekan dari Tegal saya sampaikan kalau tidak perlu kuatir dengan pesertanya karena so pasti beda kategori kedua turnamen dimana banyak yang akan mencari kategori lebih tinggi, dan terbukti sudah peserta Tegal Open lebih banyak dibandingkan Piala Bupati Bogor.
Ada lagi atlet palsukan data kelahirannya
Jakarta, 3 Juli 2011. Iseng iseng melihat begitu banyaknya petenis mengajukan permohonan Kratu Tanda Anggota Pelti ternyata menemukan sesuatu yang patut dicurigakan keasliannya. Memang disaat ini masih ada saja kelakuan orangtua yang bertindak tidak sportip. Lebih menyedihkan juga sampai hati memalsukan dokumen negara yang semua tahu akibatnya akan berurusan dengan aparat negara jika saya laporkan.
Kebetulan melihat masuknya permohonan datang dai Jawa Timur. Satu map baru masuk, kemudian saya teringat sewaktu di Surabaya, ada satu petenis cilik (kalau tidak salah di KU 10 tahun putr) asal Madura. Kemungkinan dari Sampang kalau tidak salah ingat.
Sewaktu turnamen RemajaTenis di Surabaya, orangtua petenis Sampang tersebut sudah dimintakan agar perlihatkan akte kelahirannya. Janji tingal janji karena sampai akhir turnamen tidak muncul akte tersebut.
Saya lihat kejanggalan di fotocopy akte kelahiran atas nama Muh.Nur Naulana Iqbal asal Sampang tercatat lahir 23 Juni 2001.
Keanehan yang saya lihat adalah di nomor akte, kemudian tanggal dikeluarkannya akte tersebut. Begitulah tulisan direkayasa terlihat sekali dimana fotocopy ini dibuat seolah olah sudah berkali kali di foto copy sehingga ada yang dikaburkan.
Langsung saya kirimkan sms kerekan2 tenis di Madura khususnya Sampang yang nomornya saya miliki. Tapi tidak ada respons.
Melihat kenyataan ini saya yakin sekali kalau fotocopy akte ini direkayasa dan dibuat dengan memalsukan tahun kelahirannya.
Inilah dia tanpa saya cari ada saja yang bisa diketahui tanpa sengaja atas perbuatan perbuatan seperti ini.
Dengan saya berani membongkar data atlet yang memalsukan tahun kelahirannya akan memberikan dampat makin banyak akan datang orang yang tidak senang dengan saya. Inilah resikonya.
Kebetulan melihat masuknya permohonan datang dai Jawa Timur. Satu map baru masuk, kemudian saya teringat sewaktu di Surabaya, ada satu petenis cilik (kalau tidak salah di KU 10 tahun putr) asal Madura. Kemungkinan dari Sampang kalau tidak salah ingat.
Sewaktu turnamen RemajaTenis di Surabaya, orangtua petenis Sampang tersebut sudah dimintakan agar perlihatkan akte kelahirannya. Janji tingal janji karena sampai akhir turnamen tidak muncul akte tersebut.
Saya lihat kejanggalan di fotocopy akte kelahiran atas nama Muh.Nur Naulana Iqbal asal Sampang tercatat lahir 23 Juni 2001.
Keanehan yang saya lihat adalah di nomor akte, kemudian tanggal dikeluarkannya akte tersebut. Begitulah tulisan direkayasa terlihat sekali dimana fotocopy ini dibuat seolah olah sudah berkali kali di foto copy sehingga ada yang dikaburkan.
Langsung saya kirimkan sms kerekan2 tenis di Madura khususnya Sampang yang nomornya saya miliki. Tapi tidak ada respons.
Melihat kenyataan ini saya yakin sekali kalau fotocopy akte ini direkayasa dan dibuat dengan memalsukan tahun kelahirannya.
Inilah dia tanpa saya cari ada saja yang bisa diketahui tanpa sengaja atas perbuatan perbuatan seperti ini.
Dengan saya berani membongkar data atlet yang memalsukan tahun kelahirannya akan memberikan dampat makin banyak akan datang orang yang tidak senang dengan saya. Inilah resikonya.
Langganan:
Postingan (Atom)