Sabtu, 19 Maret 2011

Kampanye Adakan TDP Nasional DI Papua Barat

Jakarta, 19 Maret 2011. PON XVIII tahun 2012 di Riau khusus tenis persyaratan pesertanya adalah kelahiran tahun 1991 atau ditahun 2012 berusia 21 tahun. Perubahan ini sesuai dengan permintaan KONI Pusat adanya pembatasan usia peserta, selaku pemilik PON agar pembinaan olahraga itu bisa berkembang dan meningkat. Saya sudah tidak mau membahas masalah ini karena ada yang pro dan tentunya ada yang kontra dengan alasan masing masing, karena bicara masalah pembinaan itu tidak akan habis habisnya karena semua orang ahli didalamnya.

Sewaktu berada di Manokwari setelah pelantikan Pengprov Pelti Papua Barat, saya menyempatkan diri bertukar pikiran dengan rekan2 pengurus tetapi sayangnya saya tidak lihat rekan yang memegang bidang pembinaan. Timbul dugaan saya yang negatip, karena saya sempat menyindir dalam pidato saya agar Papua Barat tidak lakukan hal yang tidak dikehendaki atlet daerahnya, yaitu untuk PON membeli atlet dari daerah lain.Alasan saya karena saya merasakan sebagai atlet daerah sewaktu ikuti PON V Bandung , dampaknya adalah atlet daerah akan demotivasi.

PON 2012 dilaksanakn tanggal 11 September 2012, kemudian rencana Pra PON oleh PP Pelti 16 Februari 2012. Apa yang bisa dilakukan oleh Pengprov Pelti Papua Barat yaitu persiapan PON melalui Pra PON. Karena usia 21 tahun membuka peluang petenis yunior daerah ikut serta. Walaupun kenyataan sudah mulai terlihat daerah2 gerilia membeli atlet yunior dari daerah lain. Ini tidak bisa dihindari. Tapi yang penting anggota PP Pelti dilarang terlibat dalam transaksi jual beli atlet ini.

Sayapun memberikan jalan keluar kepada Pelti Provinsi yaitu dengan selenggarakan TDP Nasional Kelompok Umum dikota masing masing. Daripada kirim atletnya bertanding keluar provinsinya yang jelas sekali membutuhkan beaya cukup besar. Dana yang besar itu bisa digunakan dengan adakan TDP nasional didaerahnya. Cukup sediakan prize money Rp. 10 juta saja, sudah akan mendapatkan PNP. Dengan prize money rendah, turunnya atlet dari Jawa kedaerah ini sangat kecil karena beayanya cukup besar. Harus diakui kalau daerah mau bikin TDP Nasional maunya berikan prize money aduhai seperti Rp 100 juta agar banyak atlet nasional yang datang. Akibatnya atlet daerah hanya bisa ikut kualifikasi atau babak utama dengan fasilitas wild card saja.
Kemudian timbul pertanyaan kalau lapangan didaerahnya tidak memenuhi syarat. Sayapun bercerita sewaktu pertama kali saya mendapatkan TDP Nasional Khatulistiwa beberapa tahun silam. Waktu itu saya membawa tim untuk eksibisi di Pontianak. Tanpa disangka sehari sebelum eksibisi saya sedang berada dilapangan tenis Sutera Pontianak melihat petenis nasional sedang latihan, masuklah Walikota Pontianak Dr Buchary Abd.SpKK yang merupakan teman saya sebelum menjadi Walikota, bahkan masih sebagai dokter umum sedangkan sekarang sudah menajdi dokter spesialis Kulit Kelamin.
Dia mendengar saya datang bersama petenis nasional,langsung sorenya dicari dilapangan tenis. Dia juga hobi main tenis. Waktu dia sanggupi mau sponsori TDP Nasional, ada pertanyaan yang sama. "Apakah lapangan ini memenuhi syarat?" Saya beritahukan kepada Walikota tersebut bahwa kalau banyak turnamen nasional di Jawa juga lapangannya tidak memenuhi syarat. Padahal ini hanya tipuan saya agar niatnya jangan sampai lepas gara2 lapangan tidak memenuhi syarat. Saya katakan sama walikota karena dia seorang dokter, maka saya cenderung kearah kesehatan. " Yang penting adalah toiletnya harus bersih." So pasti beresin toilet tidak butuh dana besar.
Dan saya sampaikan kepada rekan2 di Papua Barat. Ibaratnya anda mau hajatan dirumah, sedangkan rumah anda kumuh, tentunya sebelumnya rumah itu akan dirapi rapikan karena akan ada tamu. Sama juga dengan lapangan tenis. Begitu hari H nya saya datang ternyata lapangannya sudah di cat rapi. Ini contohnya saya berikan untu memotivasi kepada rekan rekan didaerah. Papua Barat memiliki kota Sorong yang ada klub yang aktif dan sarana memadai dibandingkan Manokwari.

Jika ingin adakan TDP Nasional kelompok Umum, ajukan dan isi formulir TDP dan PP Pelti akan tunjuk tenaga Referee dari luar Papua Barat. Tenaga Wasit dari setempat sudah cukup digunakan walaupun minim atau belum berpengalaman. Satu dua hari sebelumnya bisa dilakukan penataran wasit oleh Referee Nasional yang ditunjuk. That's All !

Tidak ada komentar: