Rabu, 11 Desember 2019

Daerah Lebih Banyak selenggarakan Non TDP

Jakarta, 13 Desember 2019. Beberapa hari yang lalu sempat berkomunikasi dengan salah satu anggota Pengurus Provinsi Pelti diluar Jawa, yang kebetulan dikenal sewaktu masih sebagai petenis daerah. Saat ini setelah menjadi anggota Pengurus mau berikan sesuatu bagi tenis Indonesia. Kendala yang dihadapi adalah tidak ada atau visi dan misi dalam kepengurusan tersebut. Atau juga kebiasaan lama tunggu petunjuk dari ketua. 

Dia menyampaikan bahwa akan ada kegiatan tenis didaerahnya. Yang ternyata lebih banyak untuk veteran.
Ini juga terjadi bagi daerah daerah lainnya. Dibanding kan turnamen yunior yang sangat didambakan oleh petenis yunior tersebut Memang untuk tahun 2019 banyak kegiatan didaerah tersebut tetapi tidak  didaftarkan sebagai Turnamen Diakui Pelti (TDP). Betapa pentingnya TDP bagi petenis daerah karena selama ini kalau mendapatkan PNP (Peringkat Nasional Pelti ) harus terbang ke pulau Jawan. Tentunya butuh beaya besar apalagi yunior tentunya orangtua atlet iut mendampainginya. Bayangkan untuk atlet 10-12 tahun so pasti didampingi ortunya maka dibutuhkan puluhan juta uantuk datang ke Jakarta. Dan hanya bisa lakukan sekali dua kali saja.

Hal yang saya dialami oelh AFR ketika masih jadi petenis yunior (sekitar tahun 1958-1962) ketika masih berdomisi;i di Bali dan Lombok, Kemampuan orangtua sebagai Pegawai Negeri Sipil terbatas baik dana maupun waktu. Saat itu setahun maksimum bisa ikuti 1-2 turnamen tenis nasional dipulau Jawa.
Banyak daerah mempunyai kegiatan tetapi semua itu tdak terdaftar sebagai TDP, bahkan dibuat agenda veteran. Hal ini bisa saja karena sebenarnya dulu veteran masih dibawah Pelti itu termasuk program pemassalan tenis 

Kemudian diminta nasehat bagaimana caranya agar TDP untuk tahun 2020, Ya ini baru niat yang baik. Kita tunggu saja agar terealiser . 
Sebagai contoh yang telah AFR lakukan untuk daerah. Kota Medan dengan PengKota Pelti Medan yang sebagian besar AFR tidak kenal hanya WA saja termasuk ketuanya, Kota Medan dengan menggunakan dana APBD tiap tahun telah selenggarakan Kejuaraan Tenis antar Pelajar, Oleh AFR ditawarkan agar menjadi kejurnas (agar nilai jualnya lebih tinggi) dan termasuk dalam kalender TDP 2019, Disetujui juga penawaran tersebut dengan biaya tidak terlalu sedikit sedangkan anggarannya sekitar Rp 200 -300 juta, Maka terlaksana . Hal hal yang seperti ini banyak terjadi di daerah yang memanfaatkan dana APBD. Tapi kebanyakan daerak juga yang diselenggarakan adalah pertandingan veteran dan yunior setempat yang non TDP, Jika semua daerah sudah mempunyai visi dan misi kemajuan tenis tentunya sedikit menjamin pertenisan yang kita dambakan.

Sebaiknya sebagai Pengurus Pengprov berorientasi kepada TDP sedangkan non TDP itu serahkan kepada club sebagai penyelenggara.

j


1 komentar:

BELAJAR BAHASA mengatakan...

artikel cukup menarik