Minggu, 15 Oktober 2017

TENIS : TINGGAL MENUNGGU HARI

Jakarta, 10 October 2017. Tidak disangka sangka pertenisan Indonesia dlm masa penentuan nasib bagi pemangku keputusan kebijakan kebijakan masa depan . Tepatnya tgl 25 November 2017 dikota Banjarmasin Kalimantan Selatan. Acara Musyawarah nasional Pelti. Tinggal menunggu hari Karena sisa waktu 46 hari.
Kesepian melanda suasana masyarakat tenis yang saat ini menunggu nasib pertenisan Indonesia sesuai dengan sepinya prestasi didapat oleh PP PELTI 2012-2017. Jadi tidaklah heran jika ketidak pedulian masyarakat tenis terhadap Musyawarah nasional Persatuan Tenis seluruh Indonesia atau PELTI.
Teringat 5 tahun silam tepatnya Agustus 2012 sudah ada calon Ketua umum PP PELTI yang diorbitkan melalui media massa yaitu nama mantan Atlet nasional yang membuat PP Pelti saat itu terbangun kesadarannya. Karena tidak rela jika tongkat estafet kepemimpinan jatuh kepada calon ketua umum mantan petenis nasional tersebut yang dianggap tidak layak memimpin induk organisasi.

Saat ini terlihat berbeda karena secara resmi masih malu malu calon calon yang akan maju.
Dalam pengamatan dilapangan baik mendengar dan melihat secara tidak langsung karena mendapat masukan dari para pihak.
Ada 2 calon yang secara diam diam sudah lakukan manuver ke masyarakat tenis Indonesia.
Kedua calon berasal dari BIROKRAT yang sebenarnya kurang dikehendaki oleh rekan rekan pemangku jabatan di Pengda Pelti. Nah jika tidak ada lagi calon yang datang dari swasta maka tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan.
Calon yang pertama dengan jabatan Irjen disalah satu kementerian sedangkan yang satu lagi adalah wakil menteri.
Latar belakang kedua belah pihak dari segi Tenis belaka. Mulai dari kepekaan terhadap tenis an sich. Calon pertama mantan petenis aktip karena sejak yunior aktip ikuti turnamen nasional dan bahkan saat inipun masih rutin latihan tenis. Bahkan pernah duduk sebagai Humas PB pelti 1996-2000 dibawah kepemimpinan Ketua umum PB Pelti Moerdiono.
Calon kedua tidak jelas latar belakangnya. Hanya info yang diberikan oleh tim suksesnya kalau senang tenis dan suka berlatih di htl Borobudur sehingga kurang dikenal masyarakat tenis.
Munculnya calon yg kedua akibat dari keinginan mantan ketua umum PB Pelti 1998-2002 yang prihatin terhadap pertenisan Indonesia saat ini
Dari latar belakang kedua calon yang jelas maupun kurang jelas sebenarnya faktor terpenting adalah dibutuhkan motivasi yang tulus dari diri sendiri ingin benahi pertenisan yang lagi terpuruk bahkan istilah yang diberikan oleh tim sukses salah satu calon adalah dalam Tenis Indonesia dalam posisi rata dengan tanah. Artinya siapapun yang akan jadi kelanjutan kepengurusan sudah lebih mudah. Apakah benar demikian? Atau semangat awal begitu tinggi karena desakan pihak luar sehingga berani ambil alih tanggung jawab dari Maman WIrjawan untuk 5 tahun mendatang.
Ada kekuatiran besar ditangan pemegang suara di Munas Pelti adalah ditengah jalan justru sebaliknya. Bisa diberikan peringatan yang secara gamblang disampaikan karena kedua calon ini berasal dari birokrat. Pertanyaan timbul adalah jika keduanya sudah tidak lagi
memangku jabatan apakah masih mau atau bisa mencari dana tersebut. Pertanyaan muncul ada dasar nya. Yaitu pengalaman sewaktu Ketua
Pelti sebelumnya ada 3 Ketua umum yang dalam perjalanannya awalnya masih menjabat menteri kemudian separuh jalan lengser dari menteri. Setelah ketiga Mentari tersebut yang hanya mampu satu periode sadar atas kemampuannya. Kemudian masuk sosok swasta Martina Widjaja yang bisa berlangsung dua periode.
Pengalaman seperti ini menghantui pemegang suara yaitu Pengda Pelti yang saat ini mayoritas pernah mengalaminya.
Sebenarnya yang dibutuhkan seorang Ketua umum PP Pelti adalah sebagai entrepreneur sehingga bisa buat terobosan terobosan yang bisa mengangkat pamor tenis sendiri. Bukan hanya mengorbitkan seorang petenis dunia. Tetapi bagaimana bisa jadikan tenis suatu pertunjukan yang menarik sehingga masyarakat awampun bisa tertarik. Begitu pula bisa kembangkan Tennis is Business. Semaraknya dunia bisnis tenis maka bisa menghasilkan pembinaan yang merata. Sehingga lebih mudah mengorbitkan petenis dunia. Disamping itu selama ini yang selalu digembar gemborkan adalah figur yang mau keluarkan dana pribadi. Disinilah letak kekeliruan tersebut. Saya pernah kemukakan hal ini dalam wawancara dengan Radio BBC bebarapa tahun silam.
Figur yang dibutuhkan adalah yang mampu mengcreate dana operasional yang cukup besar sebagai modal kerja membisniskan tenis sendiri.
Waktu sudah tinggal 46 hari. Kedua calon sudah lakukan manuver kedaerah daerah dengan gunakan medsos sehingga tidak diketahui masyarakat tenis. Ada perbedaan pendekatan dari kedua calon. Jika calon yang pertama lebih kependekatan langsung program Pelti sedangkan calon yang kedua hanya melalui tim suksesnya saja yang belum dikenal oleh Pengda menggunakan telpon belaka. Perbedaan pendekatan seperti ini sangat menonjol sehingga tidak diketahui masyarakat membuat masyarakat yang Ingin Ikut memantau dibuat tidak berdaya. Ketidak tahuan Pengda terhadap kedua calon cukup mengkhawatirkan jika salah memilihnya
Kalau 5 tahun silam menjelang Munas 2012 beberapa bulan sebelumnya sudah muncul. 3 calon Ketua umum PP PELTI. Dan diberitakan dimedia massa.
Melihat situasi seperti ini sudah keluar dari harapan Pengda terhadap birokrat. Tetapi oleh promotor dari calon saat ini beranggapan kalau swasta yang tanggung justru tidak menjual . Sudah terbukti saat ini sosok Maman WIrjawan sulit mencari sponsor. Tetapi sebenarnya adalah motivasi yang Tulus merupakan kunci keberhasilan sehingga tetap konsisten untuk fight terhadap tenis ditambah lagi jika tidak berkelut dengan tenis dalam kesehariannya .
Disamping kedua hal diatas maka untuk calon pemimpin harus ada leadership sehingga conflict internal bisa diatasi. Pengalaman sejak Pengurus Besar kemudian menjadi pengurus pusat Pelti ketiga ketua umum yang saat menjabat menteri kmd lengser menteri disetengah kepengurusannya sudah tidak dilirik lagi bahkan oleh pengurus lainnya yang awal kepengurusan masih menghormatinya. Ironisnya demikian di PELTI sendiri.
Saat ini oleh Pengda Pelti sendiri menganggap kedua calon tersebut adalah pilihan terbaik dari yang terburuk.
Sehingga butuh waktu untuk memilih yang mana yang terbaik melalui pengenalan visi dan misinya. Jangan baru dikenal saat Munas. Yang perlu adalah dialog dengan Pengda langsung oleh calon calon sendiri karena calon Ketua umum ini bukanlah boneka dari tim sukses yang banyak unsur conflict of interest.
Jadi sebaiknya jangan sampai memilih kucing dalam karung. Selamat memilih yang terbaik sesuai hati nurani. ( penulis August Ferry RATURANDANG)

Tidak ada komentar: